Kemandirian anak usia dini
berbeda dengan kemandirian remaja ataupun orang dewasa. Jika definisi mandiri
untuk remaja dan orang dewasa adalah kemampuan seseorang untuk bertanggung
jawab atas apa yang dilakukan tanpa membebani orang lain, sedangkan untuk anak
usia dini adalah kemampuan yang disesuaikan dengan tugas perkembangan. Adapun
tugas-tugas perkembangan untuk anak usia dini adalah belajar berjalan, belajar
makan, berlatih berbicara, koordinasi tubuh, kontak perasaan dengan lingkungan,
pembentukan pengertian, dan belajar moral. Apabila seorang anak usia dini telah
mampu melakukan tugas perkambangan, ia telah memenuhi syarat kemandirian.
Tetapi, untuk membentuk kemandirian anak usia dini itu gampang-gampang susah.
Hal ini tergantung dari orangtuaanak dalam memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan psikologis anak. Tentu saja ini merupakan tugas orangtua untuk
selalu mendampingi anaknya, sebab orangtua adalah lingkungan yang paling dekat
dan bersentuhan langsung dengan anak. Peran orangtua atau lingkungan terhadap
tumbuhnya kemandirian pada anak sejak usia dini merupakan suatu hal yang
penting. Hal ini mengingat bahwa kemandirian pada anak tidak bisa terjadi
dengan sendirinya. Anak perlu dukungan, seperti sikap positif dari orangtua dan
latihan-latihan ketrampilan menuju kemandiriannya.
Dalam menanamkan kemandirian
pada anak, hindarilah perintah dan ultimatum Karena dapat membuat anak selalu
merasa berada di bawah orangtua dan tidak mempunyai otoritas pribadi. Disiplin
dan rasa hormat tetap bisa dilatih tanpa Anda menjadi galak pada anak.
Mengarahkan, mengajar serta berdiskusi dengan anak akan lebih efektif daripada
memerintah, apalagi bila perintah tidak didasari dengan alasan yang jelas. Lama
kelamaan anak akan bergantung pada perintah atau larangan Anda dalam melakukan
segala sesuatu. Senantiasa katakan dan tunjukkan cinta, kasih sayang serta
dukungan pada balita secara konsisten, hal ini akan meningkatkan rasa percaya
dirinya. Dengan demikian dia akan lebih yakin pada dirinya, serta tidak ragu
untuk mencoba hal-hal yang baru.
Orangtua juga harus bersikap
positif pada anak, seperti: memuji, memberi semangat atau memberi pelukan
hangat sebagai bentuk dukungan terhadap usaha mandiri yang dilakukan anak.
Adanya penghargaan atas usaha anak untuk menjadi pribadi mandiri, terlepas dari
apakah pada saat itu ia berhasil atau tidak. Dengan tumbuhnya perasaan
berharga, anak akan memiliki kepercayaan diri yang sangat dibutuhkan dalam
proses tumbuh kembang selanjutnya. Betapapun kotornya anak pada saat ia mencoba
makan sendiri, betapapun tidak rapinya anak pada saat ia mencoba mandi sendiri,
betapapun lamanya waktu yang dibutuhkan anak untuk memakai kaus kaki dan
memilih sepatu atau baju yang tepat, hendaknya orangtua tetap sabar untuk tidak
bereaksi negatif terhadap anak, seperti mencela atau meremehkan anak. Apabila
orangtua/lingkungan bereaksi negatif atau tidak menghargai usaha anak untuk
mandiri, maka hal ini akan berdampak negatif pada diri anak, seperti anak bisa
tumbuh menjadi seorang yang penakut, tidak berani memikul tanggung jawab, tidak
termotivasi untuk mandiri dan cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah.
Selain itu, untuk menjadi
pribadi mandiri, seorang anak juga perlu mendapat kesempatan berlatih secara
konsisten mengerjakan sesuatu sendiri atau membiasakannya melakukan sendiri
tugas-tugas yang sesuai dengan tahapan usianya. Orangtua atau lingkungan tidak
perlu bersikap terlalu cemas, terlalu melindungi, terlalu membantu atau bahkan
selalu mengambil alih tugas-tugas yang seharusnya dilakukan anak, karena hal
ini dapat menghambat proses pencapaian kemandirian anak. Kesempatan untuk
belajar mandiri dapat diberikan orangtua atau lingkungan dengan memberikan
kebebasan dan kepercayaan pada anak untuk melakukan tugas-tugas
perkembangannya. Namun demikian peran orangtua atau lingkungan dalam mengawasi,
membimbing, mengarahkan dan memberi contoh teladan tetap sangat diperlukan,
agar anak tetap berada dalam kondisi atau situasi yang tidak membahayakan
keselamatannya. Bagi anak-anak usia dini, latihan kemandirian ini bisa
dilakukan dengan cara melibatkan anak dalam kegiatan praktis sehari-hari di
rumah, seperti melatih anak mengambil air minumnya sendiri, melatih anak untuk
membersihkan kamar tidurnya sendiri, melatih anak buang air kecil sendiri,
melatih anak menyuap makanannya sendiri, melatih anak untuk naik dan turun
tangga sendiri, dan sebagainya.
Selain bersikap positif dan
selalu mendukung anak, praktek kemandirian juga perlu diajarkan kepada anak
melalui materi ketrampilan hidup dengan konsep-konsep sederhana. Seperti
contoh: si anak diajarkan untuk mengerti bahwa semua barang miliknya (sepatu,
mainan, boneka, buku cerita dll) diperoleh karena orangtua bekerja untuk
mndapatkan penghasilan supaya mampu membeli semua yang dia butuhkan. Karena
itu, perlu adanya sikap tegas terhadap anak bahwa tidak semua yang dia inginkan
harus dipenuhi pada saat itu juga. Perlu ada waktu menunggu atau mengajarkan si
anak untuk menabung terlebih dahulu sebelum membeli sesuatu. Dengan konsep
seperti itu, dalam diri anak akan tertanam nilai untuk menghargai jerih payah orangtuasekaligus
belajar menjadi pribadi mandiri. Materi yang bersifat akademis bisa dikatakan
sebagai salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang harus dipelajari
anak. Yang utama adalah ketrampilan anak untuk menjadi seorang yang mandiri. Banyak manfaatnya jika pelajaran mengenai kemandirian
diberikan pada anak usia dini. Tidak hanya teori, melainkan mengajak anak untuk
mempraktekannya dengan konsep-konsep sederhana tanpa harus menunggu lulus SMA
atau lulus Perguruan Tinggi. Tentu hasilnya akan lebih efektif dan maksimal
jika hal itu diajarkan pada usia dini.
Semakin dini usia anak untuk
berlatih mandiri dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, diharapkan
nilai-nilai serta ketrampilan mandiri akan lebih mudah dikuasai dan dapat
tertanam kuat dalam diri anak. Untuk menjadi pribadi mandiri, memang diperlukan
suatu proses atau usaha yang dimulai dari melakukan tugas-tugas yang sederhana
sampai akhirnya dapat menguasai ketrampilan-ketrampilan yang lebih kompleks
atau lebih menantang, yang membutuhkan tingkat penguasaan motorik dan mental
yang lebih tinggi. Dalam proses untuk membantu anak menjadi pribadi mandiri
itulah diperlukan sikap bijaksana orangtua atau lingkungan agar anak dapat
terus termotivasi dalam meningkatkan kemandiriannya.
No comments:
Post a Comment