Prinsip Pembelajaran Bahasa
Prinsip pembelajaran bahasa untuk anak usia dini adalah interaksi aktif. Ada tiga
hal penting yang menjadi sumber pembelajaran bahasa/bagi anak di
kelas, yaitu :
a. Anak
Anak perlu dirangsang untuk dapat saling bercakap-cakap satu dengan yang lainnya. Dengan interaksi
aktif antar
anak, maka bahasa anak akan berkembang
dengan cepat. Karena itu
di lembaga PAUD
perlu rnenggabungkan anak dari
berbagai usia. Harapannya
adalah anak yang lebih
tua
dapat mencontohkan bahasa yang
Iebih kaya kepada anak yang Iebih muda, demikian
sebaliknya anak yang Iebih muda akan banyak belajar
dari
anak
yang Iebih tua.
b. Orang Dewasa (Tutor/Pendidik)
Orang dewasa yang hanya diam di dalam
kelas kurang mendukung perkembangan bahasa anak. Segala sesuatu yang dilakukan anak dapat
diperkuat o!eh pendidik dengan ucapan-ucapan yang menggali
kemarnpuan berpikir anak Iebih tinggi yang tentunya akan terucap
melalui percakapannya dengan pendidik. Pendidik menggali
dengan pertanyaan-
pertanyaan terbuka sehingga anak dapat berpikir aktif.
Karena itu perlu
pendidik yang aktif akan memberikan pengalaman pada anak
dalarn menggunakan bahasa yang tepat. Pendidik juga perlu rnengucapkan kalimat dengan bahasa yang benar.
Jika orang dewasa
memberikan contoh kata-kata yang keliru, maka anak akan meniru kata-kata tersebut.
Berikut ini beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh orang
dewasa
untuk memfasilitasi
pembelajaran bahasa
anak, antara lain:
1.
Pembelajaran bahasa bagi anak-anak menjadi mudah apabila mereka
memiliki lingkungan dan stimulasi yang tepat.
2.
Bayi
belajar dan
mendapat
ide
untuk "bicara" dari
mendengar orang-orang disekitarnya bercakap-cakap.
Oleh karena itu, saat beraktivitas dengan bayi upayakan untuk selalu mengatakan apa yang
kita
lakukan, seperti: “Ayo ganti popok dulu.
Wah popoknya basah. Ibu ambil popoknya, dibersihkan dulu ya pakai air, sekarang dilap, nah baru
pakai
popok yang bersih. sudah selesai”.
3.
Anak siap belajar untuk membuat suara dari bahasa yang ia pelajari. Bila seorang anak hidup dalam
lingkungan dimana dua bahasa dipakai maka ia akan dapat membunyikan suara kedua bahasa
tersebut. Seperti suara mobil dan binatang, ini dapat membantu meningkatkan
kemampuan mendengar
anak.
4.
Pertama-tama
kita
harus menjadi pendengar
yang baik.
Bicaralah sebanyak mungkin dengan bayi
dan
mencoba membuat percakapan pribadi dengan
mereka. Usahakan agar anak
melihat
bahasa tubuh
anda.
5.
Biarkan anak memahami
perkataan dan perasaan kita dengan cara
mencocokkan apa yang kita katakan dengan
apa
yang kita lakukan atau yang kita
katakan dengan ekspresi wajah kita.
6.
Sangatlah
penting untuk
mengaitkan antara
perkembangan bahasa
dengan perkembangan lingkungan dan sosial anak-anak Kurikulum seharusnya diletakkan
pada kerangka budaya.
7.
Pendidik terlampau sering membuat setting belajar untuk anak usia dini
terkesan mirip
"sekolah". Akibatnya banyak pendidik
terdorong
mulai
mengajarkan membaca, menulis, berhitung dan aspek
formal lain dari pembelajaran.
Sesungguhnya membelajarkan
anak
usia
dini memerlukan waktu lebih lama sampai anak
siap menerima.
8.
Belajar membaca dan menulis
akan terserap
jauh Iebih cepat dan efektif
oleh
anak-anak yang sudah memiliki
latar belakang
pemaharnan dan
kemampuan verbal. Contohnya ditambahkan seperti apa pemahaman dan kemampuan verbal itu. Untuk menambah kosa-kata anak, pendidik harus
menggunakan kata-kata tersebut
secara ekspresif. Penggunaan kosakata baru sebaiknya dilakukan berulangkali. Dan kata-kata tersebut
hendaknya bermakna dan menyentuh perasaan anak-anak sehingga tidak
mudah
dilupakan.
9.
Bergembiralah dalam
membawakan
lagu
anak dengan berekpresi sesuai dengan irama.
10.
Dengarkan apabila anak
sedang
berbicara sampai
selesai
baru
kemudian tanggapi.
c. Lingkungan
Lingkungan tempat anak itu berada juga harus
merupakan lingkungan yang
aktif, yaitu lingkungan yang
kaya dengan
bahasa. Orang
dewasa bisa meletakkan
banyak kata di lingkungan bermain anak.
Di mana-mana
anak
dapat melihat tulisan
sehingga menolong
anak dalam mempelajari keaksaraan. Misalnya : kalau ada meja, dapat diberi tulisan "m e j a", dll. Pendidik yang aktif akan membawa lingkungan di luar
anak yang kaya dengan bahasa ke dalam
pikiran anak dan juga mengeluarkan segala sesuatu yang ada di dalam pikiran anak ke luar melalui bahasa yang diucapkan anak. Dengan
dernikian pengetahuan anak akan terus
bertambah.
Selain tiga hal penting diatas, berikut ini adalah beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi perkembangan
bahasa dan mendorong
percepatan
dalam pemerolehan
bahasanya, yaitu:
1.
Anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan.
Anak
selalu dibiasakan untuk ikut dalam pembicaraan. Bila ada benda yang dibicarakan
orang
tua dapat
menunjuk
dan
menyebutkan nama benda itu. (sebagaimana disebutkan di atas, bahwa lingkungan yang kaya bahasa akan menstimulasi perkembangan bahasa anak. Stimulasi
tersebut
akan optimal jika anak tidak merasa tertekan.
Anak yang tertekan dapat menghambat kemampuan bicaranya. Dapat ditemukan anak gagap yang disebabkan karena tekanan
dari
lingkungannya).
2.
Pandang mata anak
saat
berbicara. Kontak tersebut mendorong anak aktif berbicara, Menunjukkan sikap dan
minat yang tulus pada anak.
Anak
usia
dini emosinya masih kuat, karena itu pendidik harus
menunjukkan minat dan perhatian
tinggi kepada anak. Orang dewasa perlu merespon anak dengan tulus.
3.
Menyampaikan pesan verbal diikuti
dengan pesan non verbal. Dalam
bercakap-cakap
dengan anak, orang dewasa
perlu
menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ucapannya.
Perlu diikuti gerakan, mimik
muka, dan intonasi yang sesuai. Misalnya: orang
dewasa berkata,"saya senang"
maka
perlu
dikatakan dengan ekspresi muka senang, sehingga anak
mengetahui seperti
apa
kata senang
itu sesungguhnya.
4.
Melibatkan anak
dalam komunikasi.
Orang dewasa perlu melibatkan anak untuk
ikut
membangun komunikasi. Kita
menghargai ide-idenya dan rnemberikan respon yang
baik terhadap bahasa anak.
5.
Gunakan
ejaan yang benar. Hindari
ejaan yang dibuat-buat,
seperti
cayang, antik ya (sayang, cantik
ya)
6.
Bicarakan apa yang benar-benar dilakukan dan dialami anak. misalnya,
‘ayo kita makan ya’, wah adik
kepanasan, mari mama
bedaki badannya’
7.
Beri respon yang lebih banyak atas pertanyaan anak. Misalnya, saat
anak bertanya ‘dari mana ma’. Jawab dengan mama dari toko di sebelah, ini
beli
gula untuk buat teh manis
ayah’.
8.
Gunakan tata bahasa yang benar
dalam berbicara. Hal ini penting karena anak peniru yang unggul.
Ia akan terbiasa dengan percakapan sehari-hari.
Misalnya, ‘Ibu akan
memandikan
kamu/adik’
9.
Betulkan kesalahan bahasa anak dengan lembut, baik dalam
pengucapan mapun susunan. Misalnya, Mama, mam adik nasi. Dengan lembut orang
tua mengatakan
‘adik
mau
makan nasi
ya’.
Hindari mentertawakan ucapan dan dialek anak. anak akan malu atau justru mengulang-ngulang
kesalahan itu.
10. Hindari memaksa
anak untuk menghafal kata. Sebenarnya
anak suka mengulang-ulang kata yang baru dikenal. Orang tua dapat mendukung aktivitas ini. Tetapi, bila anak enggan orang tua tidak perlu mendorong
lagi.
No comments:
Post a Comment