BERTAHAN DI SEBUAH CINTA YANG TAK
PASTI
Seorang
gadis berusia 20 tahun terus berjalan sendirian di sebuah tempat sepi tapi
indah, tempat dimana seorang laki-laki itu reza, datang berlari menghampirinya,
terus berlari dengan senyuman diwajahnya, mengusap-usap rambut kepalanya dan
membawanya pergi, tapi.. Semua itu hilang, ketika nisa, nama gadis 20 tahun ini
kehilangan sosok sahabat,sekaligus kaka yang ternyata memilih wanita lain
dibandingkan nisa yang sudah 1(satu) tahun ini dikenalnya terlebih mereka saling
bersaudara, rumah mereka yang berdekatan, bahkan bersampingan membuat lilah
yang selalu cemburu melihat sosok reza yang membawa pacar kerumahnya, terlebih
sapaan kasihsayang usapan rambut ke kepala pacarnya membuat air mata nisa
menetes, dan hanya bisa melihat kebahagiaan mereka di lantai atas
rumahnya,"Tuhan, apa aku hanya diciptakan untuk mencintai,bukan dicintai,
aku Lelah untuk selalu bertahan, aku lelah untuk selalu terdiam,dan aku lelah
untuk selalu menunggu,tapi ketika aku lelah dan ingin melepaskan,dia malah
menarik dan mengulurkan tali agar aku tetap terdiam agar tak bisa
pergi",bisik hati lilah dengan air matanya yang menetes.
Keesokan
harinya, terlihat nisa yang sedang berdiri sendirian di depan rumahnya, dan
reza keluar dengan mengendarai motornya,"nisa...",sapa reza,"hay
ka...",jawabnya,"kenapa belum berangkat kuliah",tanya
nisa,"iya ka, motornya mogok, ban nya kempes,,"jawab
nisa,"yeahhh.. Hari ini kaka udah janji mau nganterin icha pacar kaka, gimana
dong, kalau nisa ngomongnya dari awal, pasti kaka udah nganterin nisa
ko",jawab reza,"iya gak apa-apa ko ka, kaka pergi aja, nisa bisa naik
angkot,udah sana buru berangkat,kasihan, pacar kaka nungguin",bantah nisa
mencoba menerima,"yaudah, kalau gitu kaka pergi dulu yah,nanti pulang
sekolah ke toko yah,,",pamit reza,"iya ka...",jawabnya, dan reza
pun segera pergi,"aku rindu saat aku naik duduk dibelakang motor
kaka,memegang pinggangnya dengan erat,merasakan hangatnya pundakmu, dan elusan
rambut dikepala ini ketika aku akan pergi",bisik hati lilah mengusap air
yang menetes dari matanya,
Lilah
terus berjalan sendirian di kampus menuju kelasnya, tiba-tiba seorang laki-laki
yang juga teman lilah, kiki namanya terus mengganggu lilah dengan gayanya yang
kocak,dan ngocol itu, terlebih, kiki menyukai dan cinta kepada nisa, tapi nisa
selalu saja mengacuhkan kiki, padahal dari segi fisik, mereka memang tidak
berbeda jauh, sama-sama tampan, bahkan kiki lebih kaya, tapi entah kenapa hati
lilah hanya tersimpan untuk reza,"pagiii cantikkk...",sapa kiki,"pagiii...",jawab
nisa,"gimana soal sms kemarin, udah ada jawaban",tanya
kiki,"aduhhhh.. Udah deh ki,aku itu lagi gak semangat buat ngebahas soal
cintanya kamu,,",ketus lilah,"loh ko gitu sih nis,aku tuh cinta sama
kamu.."Jawab kiki terus mengikuti lilha,"iya tapi aku tuh gak cinta
sama kamu",jawabnya agak membentak dan berhenti,"kenapa nis, kenapa
kamu gak bisa cinta sama aku, aku itu ganteng,aku kaya,aku baik,aku
perhatian,humoris,romantis, dibandingkan si reza yang bisanya cuma bikin kamu
nangis,tampan biasa,kaya juga biasa,dan yang pasti dia itu cuma bisa bikin hati
kamu terluka, kamu mau terus bertahan buat dia nis, buka hati kamu nis,
bukaaa..",bentak kiki emosi, dan lilah langsung menampar
kiki,"plakkkk...."Dan itu membuat kiki terdiam,"aku gak perlu
ceramah kamu,dan aku harap,jauhi aku,dan gak usah deketin aku
lagi,,",bentak nisa,"tapi nis,nisaaaa.. Nisaaaa...",
Di
sebuah toko, tepatnya sebuah Distro milik orangtua reza, nisa datangi untuk
bertemu reza, tapi tiba-tiba disana, terlihat icha pacar reza juga datang,terlebih
reza terus menyuapi pacarnya itu, dengan perlahan-lahan dan menahan rasa kecewa
nisa terus melangkah menghampiri mereka,"nisaaa, ayo duduk nis, kamu udah
makan belum, biar diambilin,,,",tanya reza,"gak usah ka makasih,aku
udah makan tadi dikampus ko..",jawabnya,"ohh ya bagus
dong",jawab reza, dan kembali menyuapi pacarnya, dan itu membuat lilah
merasa tak tahan menahan rasa cemburu dan sakit, terutama matanya yang sudah
berlinang,"ka, aku pergi dulu yah, ada urusan...",pamitnya
terburu-buru, segera pergi dengan hujan derasa yang turun,"tapi nis,
diluar lagi hujan, nisaaa...nisaaa..",reza mencoba mencegah, tapi nisa
terus berlari dengan hujan yang turun sangat deras, dan tiba-tiba tertabrak
sebuah motor karna tak hati,"ahhhh...",teriak nisa yang tergeletak di
tanah,
HARAPAN YANG KOSONG
Semua
berawal ketika di parkiran, aku bertemu dengan dia. Tak ada perasaan yang aku rasakan, hanya biasa dan sebatas
teman yang sering dilihat tetapi tidak pernah saling menyapa. Entah mengapa,
setelah berturut-turut terus bertemu, ada perasaan yang mengganjal di hatiku.
Perasaan yang tak menentu ketika bertemu dengannya. Aku memberanikan diri
menanyakan namanya dengan salah seorang teman sekelasnya. Aku yang selalu penuh
dengan rasa penasaran, mencari tau tentang dia.
Awalnya,
dia juga seperti memberi respon yang sama, sehingga membuatku semakin gigih
untuk mengenalnya lebih jauh. Menurutku dia adalah cowok misterius, dingin dan
cuek. Karena kesehariannya yang selalu dapat di tebak. Datang ke sekolah tepat
5 menit sebelum bel, dan pulang sekolah tepat 10 menit sesudah bel. Dan
kesehariannya itu membuat kegiatan rutinku juga untuk sekedar melihat paras nya
dari jauh. Menunggunya lewat tepat di depan kelas ku dengan menaiki sepeda
motornya. Walaupun hanya dapat melihatnya dari ketinggian sekitar 2,5 atau 3
meter, tetapi hal itu membuatku geregetan.
Aku
selalu berusaha mencari tau semua hal tentang dia, dimulai dengan mencari tau
akun nya di dunia maya, mau pun mencari tau pin
bb nya. Sampai ketika, aku pernah melihat nya bersama teman sekelasku. Dari
situ, aku mulai menanyakan semua tentang dia. Menceritakan apa yang kurasakan,
dan pastinya mengenalnya lebih dalam lagi. Awalnya, temanku mengatakan kalau
dia itu malu mendekati seorang cewek. Tapi itu
tidak mungkin apabila dia sudah pernah menjalin hubungan sebelumnya. Temanku
juga sudah bercerita dengan dia tentang aku. Memang mengejutkan karena
responnya sedikit dingin, dia hanya diam dan tak menjawab.
Tak
lama setelah aku mendapat pin nya, aku mengirim
pesan singkat melalui bbm.
Aku:
“PING!!!”
Dia:
“Y?”
Dan
hanya itu yang dia jawab. Sontak aku terkejut dan merasa kecewa. Sebegitu cuek
kah dia?
Semenjak
itu, aku tidak berani lagi untuk mencoba berkomunikasian dengannya. Bagaimana
bisa kami dekat, sedangkan dia pun hanya dapat mempertahankan sikap cueknya.
Tapi itu juga merupakan tantangan tersendiri buatku.
Dan
tepat ketika ulang tahunnya, aku kembali memberanikan diri. Aku mengirim ucapan
di salah satu akun nya di dunia maya. Sungguh, menanti balasan darinya adalah
yang paling ku tunggu-tunggu. Harap-harap cemas, hanya itu yang kurasakan saat
itu. Tepat pukul 7 malam, ak membuka ucapan yang tadi ku kirim. Dan hasilnya,
kecewa yang kudapatkan. Hanya sekedar ‘like’. Tak ada kata ‘terima kasih’,
‘senyum’ atau pun yang lain. Kekecewaan itu terlalu sakit, sehingga untuk
pertama kalinya, aku meneteskan air mata untuknya. Setiap hari, sebelum bel
masuk berbunyi dan sesudah bel pulang berbunyi, aku selalu menunggu nya di balkon depan kelasku, walau hanya untuk melihat dia
sebentar saja.
Penantian
ku seakan sia-sia ketika dia bercerita kepada temanku, bahwa dia telah menjalin
hubungan dengan wanita lain.
Aku,
yang selalu menyukainya, tetapi tidak ada sedikitpun respon yang dia berikan.
Sakit?
Tentu!
Dan
mulai dari itu, aku tidak lagi mengharapkannya. Sekedar menanyakan nya lagi
saja, aku tidak berfikiran lagi. Karena untuk ku, hal itu sudah sangat
menyakitkan. Aku juga tidak ingin mengganggu, karena terus mengusik
kehidupannya. Aku juga tidak ingin membuat pasangannya merasa tidak nyaman. Dan
kini, sendiri itu jauh lebih nyaman.
KAYU BAKAR AJAIB
Waktu itu, aku sedang duduk di
dalam metromini. Aku mengutak-atik laptopku untuk membuat skripsi. Aku duduk di
samping seorang ibu yang penampilannya sungguh tak layak, ia sedaritadi hanya memperhatikanku.
Aku tak nyaman jika dilihat, karena aku malu.
“Maaf bu, ada
yang bisa saya bantu? Mengapa ibu dari tadi melihat saya?” tanyaku pada ibu
itu.
“Eh.. oh.. Gini nak ibu dari tadi memerhatikanmu karena ibu mau tanya, berapa harga lektok itu?” tanya ibu itu. “Lektok? Apa itu bu?” tanyaku heran. “Yang sedang kamu pakai, berapa harganya?” tanya ibu itu lagi. “Oh ini, ini bukan lektok bu tapi laptop. Harganya paling murah Rp.5.000.000. Memang kenapa bu?” tanyaku. “HAH!! Apa tidak ada yang harganya Rp. 100.000?. Kalau segitu harus kerja 10 tahun” kata ibu itu shock. “Ibu, memang kenapa?” tanyaku semakin penasaran. “Gini nak, anak ibu sekarang kuliah dia perlu laptop untuk buat stipsi” jelas ibu itu. “Bukan stipsi bu, skripsi” kataku membenarkan. “Ya kayak gitulah, dia minta dibeliin laptop tapi, ibu gak punya uang” katanya pasrah.
“Eh.. oh.. Gini nak ibu dari tadi memerhatikanmu karena ibu mau tanya, berapa harga lektok itu?” tanya ibu itu. “Lektok? Apa itu bu?” tanyaku heran. “Yang sedang kamu pakai, berapa harganya?” tanya ibu itu lagi. “Oh ini, ini bukan lektok bu tapi laptop. Harganya paling murah Rp.5.000.000. Memang kenapa bu?” tanyaku. “HAH!! Apa tidak ada yang harganya Rp. 100.000?. Kalau segitu harus kerja 10 tahun” kata ibu itu shock. “Ibu, memang kenapa?” tanyaku semakin penasaran. “Gini nak, anak ibu sekarang kuliah dia perlu laptop untuk buat stipsi” jelas ibu itu. “Bukan stipsi bu, skripsi” kataku membenarkan. “Ya kayak gitulah, dia minta dibeliin laptop tapi, ibu gak punya uang” katanya pasrah.
“Memang apa pekerjaan ibu?”
tanyaku. “Ibu tukang cari kayu bakar” jawab ibu itu. “Sehari berapa bu
penghasilannya?” kataku layaknya wartawan. “Gak tentu nak” jawab ibu itu yang
sepertinya kewalahan menjawab pertanyaanku. “Wah hebat, padahal ibu hanya
bekerja sebagai pencari kayu bakar, namun semangat ibu sangat besar untuk
menyekolahkan anak ibu” kataku kagum. “Anak ibu kuliah ambil jurusan apa?”
tanyaku yang tak ada habis-habisnya. “Arsitektur, dimana ya bisa dapat laptop
yang murah?” tanya ibu itu. “Wah bagus ya, tapi arsitektur mahal biayanya. Oh,
kalau ibu gak mampu beli laptop, ibu suruh saja anak ibu ke rental
komputer, Rp.3000 sudah bisa main 1 jam” jawabku.
“Wah murah sekali, nanti ibu
suruh anak ibu ke rental kolputer. Makasih ya nak” kata ibu itu senang. “Bukan
kolputer bu, tapi komputer. Iya sama-sama bu” kata sambil tersenyum. “Kolputer
komputer sama aja kali” katanya. “Beda bu. Hahahaha” kataku tertawa.
Lalu kami turun di terminal. Kini aku tidak bersama ibu itu, ia melanjutkan
perjalanannya ke jurusan metromini lain.
Kini aku mendapat pelajaran,
tidak mesti orang kaya saja yang sekolah, namun orang miskin juga bisa.
Buktinya ibu itu, walaupun dia hanya pencari kayu bakar, namun dia dapat
menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang paling tinggi.
ENTAH
Pagi hari ibuku selalu
membangunkanku dengan cara-caranya yang tak bisa
kutebak. Kali ini ia membangunkanku dengan mencubit hidungku sangat keras.
Katanya, ia sudah membangunkanku tiga kali, tapi
aku tak kunjung bangun meninggalkan mimpi-mimpiku yang tak karuan itu.
Wajarlah, namanya juga anak SD.
Saat aku pergi ke meja makan,
ternyata tak ada secuil makanan pun di atas meja.
Yang ada hanya piring dan sendok yang tertata sangat rapi. “Hani, kamu beli
makanan di sekolah saja ya, ini uang sakumu ibu tambah, ibu beragkat kerja
dulu.” teriak ibu sambil memakai sepatu dengan serabutan. “Kenapa ibu nggak
masak hari ini? biasanya sesibuk apaun pekerjaannya ia selalu menyempatkan
waktunya untuk memasak walaupun hanya mie instan dan telur.” Gumamku sambil
mengunci pintu rumah.
Jalanan sudah sangat ramai.
Padahal masih jam 6 pagi. Apa ada perubahan jam kerja? sehingga para pekerja
berangkat lebih awal dari biasanya. Ataukah semuanya telah kerasukan setan
rajin? aku terus memikirkan hal itu di sepanjang jalan menuju sekolah.
Sampai di pertigaan, sekolahku
terlihat sangat sepi, tidak ada rentengan penjual di depan gerbang sekolah.
Hanya terlihat satu dua anak yang masih berkeliaran. Aku fikir aku telat, jadi
aku berlari dengan cepatnya agar tidak dihukum.
Tapi anehnya, di halaman sekolah masih banyak anak yang berkeliaran dan bermain
dengan teman-temannya.
Terdegar teriakan Ani yang
melengking di telingaku. “haaaiii…” “apa?” jawabku agak malas.
“hehe… gak jadi deh.” “Hey hey… Ani, sadarlah
kawan kau hanya buang buang waktu saja kalau cuma ingin bilang yang gituan.”
Terangku sambil menunjukkan tampang kesal. Tanpa bicara apapun Ani langsung
pergi meninggalkanku. “Kenapa Ani gak langsung crita saja? biasanya ceritanya
sampai membanjiri memori otakku.” Celotehku sambil masuk ke kelas.
Hari ini, para pahlawan yang
katanya tanpa tanda jasa itu, kenapa terlihat bermalas-malasan. Bahkan hari ini
yang mengajar di kelasku hanya Pak Ahmat, guru agama. Cara mengajarnya pun
berbeda dari biasanya. Sepanjang pelajaran pun ia tidak mengeluarkan kosa
kata-kosa kata terkocak yang biasa membuatku tak bisa berhenti tertawa.
Entah, sebenarnya ini hari apa?
Kenapa semua orang berubah seratus delapan puluh puluh puluh derajat dari
biasanya. Di memori otakku hanya ada satu kata yaitu, ENTAHLAH.
MENCINTAI DIAM DIAM
Aku
hanya bisa terdiam dengan keputusannya waktu itu, keputusan untuk mengakhiri
hubungan kami. Aku sudah mencoba untuk mempertahankannya, tapi
semuanya sia-sia saja. Cinta tak bisa dipaksa, buat apa aku pertahankan
semuanya jika di memang sudah tak mencintaiku lagi?.
Sudah
tiba saatnya, saat dimana aku harus merelakan, mengikhlaskan, pergi dan menjauh
dari dia. Sebelum putus memang hubungan kami kurang baik, banyak terjadi
kesalah pahaman, banyak yang memprovokatori hubungan kami. Sangat disayangkan
karena hubungan kami telah direstui oleh pihak keluargaku.
Aku
menatap langit di luar yang sedang mendung,
apa-apaan ini? Apakah langit ingin mengejekku? Kondisi hatiku memang sedang
tidak baik, aku lebih banyak memilih diam, dan menggalau di kamar curhat lewat
dumay, yang kurasa cuman dumay yang bisa mengerti.
Kebahagiaan
itu, aku mulai kehilangan kebahagiaan itu. Senyumanku yang selalu ada di pagi hari kini tak ada lagi. Kenapa waktu begitu
tidak adil? Mengapa dia membuatku kehilangan kebahagiaan itu di saat aku telah
benar-benar mendapatkannya. Aku mulai merasa tak bisa menjadi diriku sendiri,
aku lari, aku menghindar dan tak mau menerima kenyataan. Seharusnya aku
berhenti bermimpi, aku bukanlah segalanya untuknya, aku hanyalah sebuah
kenangan, kenangan yang setiap harinya akan hilang. Seharusnya aku sadar dia
akan segera menemukan pengganti ku yang bisa membuatnya tersenyum setiap
harinya. Nantinya akan cukup sakit jika tahu alasannya tersenyum bukanlah
karena aku.
Aku
termenung terpaku melihat langit yang penuh dengan bintang-bintang,
keindahan malam itu mengajakku untuk tetap tersenyum dalam keadaanku ini. Aku
sudah mulai sadar cinta tak selamanya seperti yang aku inginkan, terkadang
cinta menginginkan hal lain seakan-akan ingin bebas, terbang dan berkreasi
dengan imajinasinya sendiri. Entah kenapa di saat cinta sudah saling mencintai tapi malah keadaan yang melarangnya
bersatu, bahkan bisa memisahkan dan menghancurkannya seperti yang ku alami
sekarang.
Sunyi
yang kurasa saat itu berubah menjadi keramaian yang tak jelas dari mana
asalnya, aku kembali teringat akan masa lalu, masa bahagia bersamanya, canda,
tawa, janji-janji, mimpiku yang sama dengannya, yang kurahap akan menjadi
nyata, semua itu membuatku mendengar suara genderang yang tak berhenti
mengiringi setiap detak jantungku. Ingin ku teriak, tapi suaraku tertahan, air
mata pun seketika jatuh, entah air mata apa ini? Apakah ini air mata kebahagiaan
karena aku sudah bisa terlepas dari cinta yang hanya bisa membuatku sakit?
Ataukah ini air mata penyesalan, penyesalan cinta karena aku sudah kehilangan
orang yang bisa membuatku bahagia, cinta yang telah merasuk ke dalam setengah
hidupku.
Cinta,
aku benar-benar rapuh, aku mencintainya sungguh benar mencintainya. Seharusnya
aku bisa mengumumkan kepada dunia, “aku bahagia, aku sangat bahagia
bersamanya.” apa yang menurut kita baik belum tentu menurut allah itu yang
terbaik. Allah gak akan ngasih cobaan diluar batas kemampuan umatnya, sesatu
yang diawali dengan baik, akhirnya pun akan baik. Di dunia ini gak ada yang
sempurna, ya itulah hidup semakin kita mencari kesempurnaan, semakin pula kita tak akan pernah mendapatkannya.
Ada
banyak hal yang tidak bisa aku katakan, hatiku ini akan terus mengingatmu,
mengingat kenangan yang masih mampu untuk kuingat, setelah ini aku tidak
benar-benar tau apa yang akan terjadi karena waktu akan terus berputar. Di saat
kamu merasakan kebahagiaanmu nanti, aku harap aku juga bisa ikut merasakannya.
Cinta ini, perasaan ini hanya akan kusimpan, akan kubiarkan hilang dengan
sendirinya. Bukankah itu akan lebih baik? Harus membiarkanmu pergi bukanlah hal
yang semudah ucapan, aku akan membalikan badan sehingga aku tak akan melihatmu
meniggalkanku. Tak peduli sebanyak apa air mata yang akan menetes.
Walaupun
aku sangat menginginkan cinta dan sayangmu yang lebih dan lebih kepadaku.
Walaupun aku sangat menginginkan kepedulianmu terhadapku, perhatianmu kepadaku.
Aku akan tetap seperti ini, mengenangmu dengan caraku, mencintaimu dengan
caraku, dalam diam akan kusimpan semuanya, dalam diam aku akan pelan-pelan
melepaskanmu
SAHABAT SELAMANYA
Namaku Sintia dwi putri. Aku
biasa di panggil sintya. Aku adalah seorang siswa di sma 2 Padang. Aku adalah
seorang yang berasal dari keluarga kecil yang sederhana. Hari-hari ku dipenuhi
dengan aktivitas belajar, mengajar mengaji, dan membantu orangtua ku.
Suatu pagi yang cerah aku
sedang berbincang-bincang dengan teman-teman ku. Tiba tiba datang ibu Ria, memanggil teman ku Via. Kami semua hanya terdiam tanpa
berkata apapun.
“Via kamu ikut ibu sebentar ya,” ucap ibu Ria
“Via kamu ikut ibu sebentar ya,” ucap ibu Ria
“Kemana bu?”
“Ke kantor ada
yang ingin ibu bicarakan kepada mu” jawab bu Ria
Kami semua mengikuti Via menuju
ke ruang guru, dan mencoba mendengarkan percakapan Via dengan Ibu Ria.
Ternyata Via sedang bermasalah
dengan biaya sekolahnya. Dia sudah menunggak spp selama 3 bulan. Aku merasa
prihatin dengan teman ku yang satu ini dia sudah terlalu sering bermasalah
dengan keuangan
Via adalah anak yang baik,
walaupun dia berasal dari keluarga kurang mampu, tapi semangatnya untuk sekolah
sangatlah tinggi.
Tak lama
kemudian Via keluar dari ruang guru, dengan wajah sedih, kami pun tetap terdiam
tanpa bisa berbuat apa-apa.
Melihat ini semua, aku dan
teman teman yang lain mendapat Ide untuk membantu Via. Yaitu dengan cara
mengadakan bazar pakaian murah. Pakaian disini ada yang sudah bekas pakai tapi
masih layak di gunakan dan ada juga yang baru. Pakaian bekas nya kami ambil
dari pakaian kami yang jarang di pakai. Dan pakaian barunya kami dapatkan dari
bantuan orang tua Ririn yang memiliki butiknya sendiri.
Beberapa hari kami melakukan
kegiatan ini, sedangkan Via hanya bingung dan tak tau apa-apa dengan semua yang
kami lakukan ini. Setelah semua uangnya terkumpul dan pakaian pakaian itu habis
terjual, barulah kami memberikan uangnya kepada Via.
“hai vi?” ucap ku, menyapa Via.
“hai juga sin”, Balasnya
Aku menceritakan tentang dan
apa tujuan kami melakukan kegiatan bazar beberapa hari belakangan ini kepada
Via. Bahwa itu semua tidak lain adalah untuk membantu Via agar dia bisa
melunasi biaya sekolahnya. Dia terlihat meneteskan air mata.
“Lho kok, kamu nangis sih, Ayo
terima aja kita semua ikhlas kok ngelakuin ini semua buat kamu”
“aku cuman sedih karena aku
pasti nggak bakalan bisa balas kebaikan kalian semua” balas Via
“Kita kan pleennndd,” semua menjawab kompak.
“Kita kan pleennndd,” semua menjawab kompak.
BILAKAH
Seperti biasa, pagi-pagi aku
bangun dari tempat tidur… dengan susah payah aku beranjak dari tempat tidur
menuju kursi kesayanganku, aku buka jendela, kutunggu sampai orang yang keluar
dari rumahnya. Dia yang selalu tersenyum
menyapaku, tak seperti tetangga-tetangga seumuranku yang lain mereka selalu
cuek ketika aku lontarkan senyumku kepada mereka.
Seperti biasa, guru
pembimbingku masuk ke dalam ruangan. Dengan susah payah dia membimbingku. Dia
adalah guru tersabar yang pernah aku temui, dia tak pernah marah walaupun aku
sulit menangkap pelajaran yang dia berikan.
Kamarku yang tanpa jam dinding ini, menyulitkan aku untuk mengatur waktu, sebenarnya
aku ingin mempunyai jadwal kegiatan yang sudah teratur rapi. Tapi entah kenapa, ibuku tak pernah memberikan jam
dinding, kalender atau yang lainnya di kamarku.
Sudah siang, ini waktuku duduk
kembali menatap jendelaku, karena biasanya orang yang kutunggu telah pulang
sekolah. Tapi hari itu berbeda, kurasakan hatiku tak karuan karena kulihat
orang yang menjadi harapan terakhirku itu bergandengan tangan dengan seorang
gadis cantik. Mereka terihat bahagia, sampai-sampai si dia lupa untuk menyapaku seperti biasanya. Rasanya ingin
kuceritakan semua itu kepada ibuku, tapi aku tidak bisa… aku terlalu lemah
untuk menceritakannya. Aku hanya bisa menangis di pelukan ibuku, ibuku yang tak
tahu maksudku pun turut menangis tanpa menanyakan ada apa.
Kutangisi hal itu setiap hari,
sehingga mungkin ibuku bingung dan penasaran tentang apa yang anak gadisnya
rasakan. Ibuku sampai-sampai menceritakan maksudnya kepada guru pembimbingku
dan mungkin mereka merencanakan sesuatu untukku.
Aku tak bisa melawannya, karena
aku tak bisa melawan ibuku…
Hari itu, guruku mencoba
mencari pengertianku, dan akhirnya dia memberiku sebuah buku cantik yang tak
pernah kulihat sebelumnya. Dan dia menyebutnya itu “buku harian” dia berpesan
kepadaku “Jangan pendam semua perasaanmu, keluarkan… Kalau tidak sanggup untuk
mengeluarkannya di depan seseorang… maka tulislah, ini buku istimewa, karena
ini sudah memiliki hukum yaitu PRIVASI, jadi tidak ada yang boleh membukanyam”.
Malam
itu, kutuliskan semua unek-unekku selama ini, aku ingin mencoba merefresh
hatiku yang sudah kotor.
Andai
dia tahu apa maksudku…
Andai dia tahu kalau aku menyayanginya
aku ingin berdekatan dengan dia
Aku ingin seperti mereka yang bebas
Andai ibuku jujur kepadaku kenapa? kenapa?
kenapa dia tak pernah mengizinkanku pergi dan melihat keluar bersama teman-temanku…
kenapa dia hanya bilang kalau aku spesial…
dan Andai ibuku jujur kalau aku CACAT…
Andai dia tahu kalau aku menyayanginya
aku ingin berdekatan dengan dia
Aku ingin seperti mereka yang bebas
Andai ibuku jujur kepadaku kenapa? kenapa?
kenapa dia tak pernah mengizinkanku pergi dan melihat keluar bersama teman-temanku…
kenapa dia hanya bilang kalau aku spesial…
dan Andai ibuku jujur kalau aku CACAT…
SERBA PERTANYAAN
Haiii
perkenalkan namaku anastasia, aku gadis berusia
16 dan sekarang aku duduk di kelas ehhh seharusnya maksudnya karena aku sudah
tidak melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas karena… ehemmm pengen tahu?,
ya udah baca sampai habis okay!
Tiga
tahun yang lalu
“Kamu yang mulai duluan” papa
“terserah apa kata kamu, tapi yang jelas aku minta cerai” mama
“fine kita bertemu di pengadilan”.
“Kamu yang mulai duluan” papa
“terserah apa kata kamu, tapi yang jelas aku minta cerai” mama
“fine kita bertemu di pengadilan”.
Yah,
suara itu yang sering aku, aku tidak tahu apa itu perceraian?
Mungkin itu berbentuk seperti permen atau jenis makanan lain, tapi bukannya permen itu manis dan sangat enak?, tapi kenapa mama selalu menangis jika dikaitkan dengan kata perceraian itu, entahlah aku tidak tahu sama sekali.
Mungkin itu berbentuk seperti permen atau jenis makanan lain, tapi bukannya permen itu manis dan sangat enak?, tapi kenapa mama selalu menangis jika dikaitkan dengan kata perceraian itu, entahlah aku tidak tahu sama sekali.
“Mama
kamu belum jemput tasya?” kejut bu maria, “emmm belum buk” jawabku, “apa perlu
kamu ibu antar pulang?”, “gak bu, bentar lagi mama dateng kok”, “oh ya sudah
ibu pulang duluan”, “iya bu”.
Dua
jam sudah aku mondar mandir di depan gerbag sekolahku ini, tiba-tiba dua unit mobil berhenti di hadapanku.
“Mama minta maaf ya sayang telat jemputnya” ucap mama
“Iya ma, gak papa” aku
“Ibu macam apa kamu ini, sudah jam segini baru jemput tasya, untung aku juga datang, jadi selama ini kamu selalu menelantarkan tasya” papa.
Dan bla bla bla, seperti biasa mereka bertengkar, mereka egois dan tidak pernah memikirkan perasaanku, dan tanpa sepengetahuan mereka aku pergi, tepat dugaanku mereka tak menyadari kepergianku dan mereka masih sibuk dengan perceraian tersebut.
“Mama minta maaf ya sayang telat jemputnya” ucap mama
“Iya ma, gak papa” aku
“Ibu macam apa kamu ini, sudah jam segini baru jemput tasya, untung aku juga datang, jadi selama ini kamu selalu menelantarkan tasya” papa.
Dan bla bla bla, seperti biasa mereka bertengkar, mereka egois dan tidak pernah memikirkan perasaanku, dan tanpa sepengetahuan mereka aku pergi, tepat dugaanku mereka tak menyadari kepergianku dan mereka masih sibuk dengan perceraian tersebut.
Aku
tak tahu sebenarnya itu terjadi apa karena aku? Mungkin iya.
Aku
berjalan gontai, langkah demi langkah kulalui, hujan yang mengguyur seluruh dan
entah mengapa aku merasa menjadi orang yang tidak memiliki siapapun dan aku
hanya sebatang kara.
Sejak
saat itu, aku memilih untuk pergi dari kehidupan orang tuaku, hari-hari kulalui
dengan hidup sendiri dan untuk mendapatkan makanan pun aku harus harus bekerja,
yah, aku bekerja sebagai kasir di salah satu minimarket.
Apakah
tindakanku ini benar?, mungkin iya
Dan
sesekali aku menengok kedua orangtuaku dari kejauhan, dan ketika aku
menengoknya aku bahagia sekali karena mereka masih hidup bersama, aku sering
melihat mamaku menggenggam sepucuk surat yang dariku, yaitu surat yang berisi
pertanyaan apa itu perceraian?.
Sekarang di usiaku yang sudah belasan aku paham apa itu perceraian, aku bahagia dengan keputusanku, dan lebih baik aku yang harus pergi agar orangtuaku tidak bertengkar dan pasti tidak ada kata perceraian lagi.
Sekarang di usiaku yang sudah belasan aku paham apa itu perceraian, aku bahagia dengan keputusanku, dan lebih baik aku yang harus pergi agar orangtuaku tidak bertengkar dan pasti tidak ada kata perceraian lagi.
Meskipun
aku hidup tanpa mereka, aku cukup bahagia dengan kerukunan mereka, dan aku
tidak merasa sendiri, jika aku merindukan kedua orang tua ku, aku cukup melihat
mereka dari kejauhan. Aku merasa seperti manusia mistrius, hahahahhah.
JANGAN MARAH DONK PUTRI
Aku
berjalan tergesa-gesa melewati lorong sekolah. Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB.
Sial, benar-benar sial. Aku terlambat lagi. Kali ini Putri pasti tidak akan
memaafkan aku. Aku makin mempercepat jalanku menuju gedung perpustakaan. Jam
segini warga di sekolahku memang masih beraktifitas. Ada
kegiatan ekstrakulikuler, belajar tambahan, kegiatan kelas, belajar kelompok,
dan lain-lain. Dan sekarang aku sudah ada janji dengan Putri untuk belajar
bersama di perpustakaan. Sebenarnya janjinya dari satu jam yang lalu. Tetapi
aku terlalu asyik bermain PlayStation di rumah temanku hingga lupa waktu.
Kuhentikan
kakiku di depan pintu perpustakaan. Dengan nafas yang masih putus-putus,
kuperhatikan sekilas seluruh ruang perpustakaan mencari sosok Putri. Ternyata
dia masih disini, membaca buku sambil bertopang dagu. Kulangkahkan kaki menuju
tempatnya. Dia selalu memilih tempat di dekat jendela ketika kami belajar
bersama.
Aku
memberanikan diri untuk menyapanya, “Hai, Put.” Putri menatapku, tetapi dia
mengalihkan pandangannya kembali ke buku, tidak menjawab sapaanku. Aku kembali
menyapanya, dan kali ini disertai alasan kenapa aku terlambat.
“Maaf
ya, Putri. Aku keasyikan main PS di rumah Gio, sampai lupa
waktu.” Kudengar dia menghela nafas, menutup buku yang dibacanya dan
memasukkannya ke dalam tas. Dia berdiri dan meninggalkanku. Aku heran, kemudian
bertanya padanya, “lho, Put. Mau kemana? Kita nggak jadi belajarnya?”
“Belajar
aja sendiri sana!” ujarnya dengan ketus. Sepertinya Putri benar-benar marah
besar. Dia belum pernah membentakku seperti tadi. Putri berlalu meninggalkanku.
Aku panik, secepat mungkin kuikuti dia sambil
terus berbicara.
“Putri.
Aku minta maaf, aku tau aku salah. Ajari aku ya. Aku masih belum mengerti
tentang limit trigonometri.” ucapku memelas.
Putri
berbalik, menatapku dengan tajam. Wah, dilihat dari ekspresi wajahnya, sebentar
lagi dia akan meledak. “Aku capek, Dika. Setiap kita janjian, kamu selalu
datang telat. Kamu selalu bilang ‘maafin aku Putri’. Tetapi nyatanya kamu tidak
berubah. Aku bisa maklum kalau kamu telat 10 atau 15 menit, tapi kamu selalu
telat berjam-jam. Kamu juga bilang akan berusaha tingkatkan nilai kamu, tapi
aku merasa hanya aku yang berusaha untuk kamu. Sementara kamu sendiri nggak
berusaha. Kamu selalu mendahului aktifitas kamu yang nggak penting itu. Main PS
lah, Futsal lah, Basket lah. Sementara untuk nilai
kamu sendiri kamu tidak mau memperjuangkan. Aku muak lihat tingkah kamu, Dika.
Kalau bukan tante Maya yang nyuruh aku buat ngubah
kamu, aku nggak akan mau capek-capek gini!”
Aku
melihat Putri mengambil nafas. Aku jadi kasihan lihat dia. Benar juga apa kata
dia. Aku selalu buat dia susah. Tidak mengerti perasaan dia yang sudah lama berusaha demi aku. “Ok, Put. Tapi sekali ini aku
benar-benar janji sama kamu. Aku akan berusaha,” ujarku sambil menggenggam
tangannya. Putri melepaskan genggaman tanganku. “Aku mau pulang, Dika. Percuma
aku ngajar kamu sekarang. Suasana hatiku kacau gara-gara kamu.” Lalu Putri
pergi meninggalkan aku.
Aku
hanya terdiam menatap sahabatku itu pergi. Kalau sudah seperti ini, terpaksa
nanti malam aku akan meminta maaf dengan memberikannya coklat. Semarah apapun
Putri, dia tidak akan bisa menolak coklat, apalagi coklat cadbury. Karena itu
adalah makanan kesukaannya.
PUTRI
Terlihat
seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Begitu melihatku dia langsung
tersenyum. “Eh, nak Dika. Cari Putri ya?”
Aku tersenyum membalas keramahannya, “iya, tante. Saya mau minta ajarin sama Putri, masih ada materi yang belum mengerti. Putrinya ada kan, tante?”
Tante Sarah mempersilahkan aku untuk masuk, lalu menutup pintu. Dia berbalik kemudian menjawab pertanyaanku, “ada. Putri lagi di kamar. Sebentar ya tante panggil. Nak Dika duduk aja disana.”
Kembali aku tersenyum dan mengangguk. Aku lalu duduk di kursi ruang tamu, meletakkan tas dan mengelurkan isinya. Buku, pena, tipeX, penggari, pensil dan tidak lupa, coklat. Ketika aku hendak mengeluarkan coklat, aku kembali teringat Putri. Lucu juga melihat dia marah-marah seperti itu. Aku tersenyum geli. Ada baiknya coklat ini nanti saja aku keluarkan. Aku memasukkan kembali coklat itu ke dalam tas.
Aku tersenyum membalas keramahannya, “iya, tante. Saya mau minta ajarin sama Putri, masih ada materi yang belum mengerti. Putrinya ada kan, tante?”
Tante Sarah mempersilahkan aku untuk masuk, lalu menutup pintu. Dia berbalik kemudian menjawab pertanyaanku, “ada. Putri lagi di kamar. Sebentar ya tante panggil. Nak Dika duduk aja disana.”
Kembali aku tersenyum dan mengangguk. Aku lalu duduk di kursi ruang tamu, meletakkan tas dan mengelurkan isinya. Buku, pena, tipeX, penggari, pensil dan tidak lupa, coklat. Ketika aku hendak mengeluarkan coklat, aku kembali teringat Putri. Lucu juga melihat dia marah-marah seperti itu. Aku tersenyum geli. Ada baiknya coklat ini nanti saja aku keluarkan. Aku memasukkan kembali coklat itu ke dalam tas.
“Ngapain
kamu kesini?” suara Putri yang datar mengagetkanku. Dia berdiri sekitar 2 meter
dari tempatku duduk dan menatapku dengan tajam, sepertinya masih marah.
“Putri, kita sambung yang tadi sore ya?” aku memohon. Kulihat Putri mengrutkan keningnya. “Sambung apa? Sambung aku marah-marah lagi?” Aku tercenung. Duh, Putri. Masa kamu nggak ngerti sih??
“Bukan itu. Maksud aku sambung belajar. Kan tadi nggak jadi.”
“Oh. Jadi kamu datang kesini buat belajar?” Aku mengangguk. “Emang kamu segitu yakinnya aku mau ajarin kamu lagi, sampai datang kesini?”
“Ayo lah, Putri. Plisss…”
Putri tersenyum sinis. “Kalau aku bilang enggak, bagaimana?” Wah, kalau sudah begini, aku pakai cara terakhir. Aku buka tasku dan mengeluarkan coklat dari dalamnya. Putri melihat apa yang ada di tanganku. Sedikit rasa senang terlihat di wajahnya.
“Tadinya kalau kamu mau ajarin aku, aku mau kasi coklat ini. Tapi karena kamu nggak mau, ya sudah deh. Aku kasi adikku aja,” kataku sambil melirik kearahnya. Ketika aku hendak memasukkan coklat itu ke dalam tas, Putri segera berjalan ke arahku, mengambil coklat yang ada di tanganku dan duduk di sampingku. “Kamu memang tau cara menyogok aku, Dika. Aku rasa kamu punya bakat jadi penyogok.”
Aku mengangkat bahu, “kurasa aku hanya pintar menyogokmu.” Putri membuka bungkus coklat dan memakannya. Dia menatapku, “Ok, sekarang bagian mana yang kamu nggak ngerti.”
Aku menyodorkan buku paketku menjelaskan dimana kendalaku. Putri dengan terampil mengajariku, menunjukkan jalan-jalan penyelesaian padaku. Walaupun aku masih susah untuk mengerti, tetapi dia tetap sabar.
“Putri, kita sambung yang tadi sore ya?” aku memohon. Kulihat Putri mengrutkan keningnya. “Sambung apa? Sambung aku marah-marah lagi?” Aku tercenung. Duh, Putri. Masa kamu nggak ngerti sih??
“Bukan itu. Maksud aku sambung belajar. Kan tadi nggak jadi.”
“Oh. Jadi kamu datang kesini buat belajar?” Aku mengangguk. “Emang kamu segitu yakinnya aku mau ajarin kamu lagi, sampai datang kesini?”
“Ayo lah, Putri. Plisss…”
Putri tersenyum sinis. “Kalau aku bilang enggak, bagaimana?” Wah, kalau sudah begini, aku pakai cara terakhir. Aku buka tasku dan mengeluarkan coklat dari dalamnya. Putri melihat apa yang ada di tanganku. Sedikit rasa senang terlihat di wajahnya.
“Tadinya kalau kamu mau ajarin aku, aku mau kasi coklat ini. Tapi karena kamu nggak mau, ya sudah deh. Aku kasi adikku aja,” kataku sambil melirik kearahnya. Ketika aku hendak memasukkan coklat itu ke dalam tas, Putri segera berjalan ke arahku, mengambil coklat yang ada di tanganku dan duduk di sampingku. “Kamu memang tau cara menyogok aku, Dika. Aku rasa kamu punya bakat jadi penyogok.”
Aku mengangkat bahu, “kurasa aku hanya pintar menyogokmu.” Putri membuka bungkus coklat dan memakannya. Dia menatapku, “Ok, sekarang bagian mana yang kamu nggak ngerti.”
Aku menyodorkan buku paketku menjelaskan dimana kendalaku. Putri dengan terampil mengajariku, menunjukkan jalan-jalan penyelesaian padaku. Walaupun aku masih susah untuk mengerti, tetapi dia tetap sabar.
“Nah.
Sekarang coba kamu kerjakan soal no 4. Itu soal yang paling mudah menurut aku.”
Aku menuruti kata-katanya. Sambil aku mengerjakan, kulihat dia mengambil tasku.
Mencari-cari sesuatu. Aku membiarkannya, toh tidak ada benda pribadi di
dalamnya.
“Dikaaa. Apa-apaan ini?” aku kaget mendengar Putri berteriak sambil menunjukkan kertas yang dipegangnya. Itu kertas ulanganku. Pertanda buruk.
“Masa kamu cuma dapat nilai 5,5. Padahal aku sudah serius ngajar kamu. Jangan-jangan kamu tidak serius selama ini…”
Aku menutup telingaku. Gawat!! Putri mulai mengomel lagi nih.
“Dikaaa. Apa-apaan ini?” aku kaget mendengar Putri berteriak sambil menunjukkan kertas yang dipegangnya. Itu kertas ulanganku. Pertanda buruk.
“Masa kamu cuma dapat nilai 5,5. Padahal aku sudah serius ngajar kamu. Jangan-jangan kamu tidak serius selama ini…”
Aku menutup telingaku. Gawat!! Putri mulai mengomel lagi nih.
MATAHARI DI BULAN DESEMBER
Udara
segar, belum terkontaminasi polusi pabrik dan asap
kendaraan bermotor serta hijau daun, masih asri warnanya. Hanya sesekali
tersentuh debu-debu jalan yang ingin menghampiri sekedar bercerita sedikit.
Terkadang kupu-kupu yang menyorotkan sejuta warna, berputar-putar mengitari
taman di sudut desa yang sering aku kunjungi demi hanya melepaskan lelah
setelah berhari-hari sibuk dengan aktivitas sekolah. Ya, ku pikir inilah tempat
yang paling bisa menghiburku dari setiap masalah. Teman yang paling bisa
mengerti perasaanku bila semua orang memaksaku dengan keputusan mereka.
Sejak dulu aku sering menghabiskan waktu berjam-jam di taman itu jika ada masalah menimpaku. Aku lebih suka curhat dengan kupu-kupu dan daun-daun yang menghijau. Terkadang aku iri melihat mereka, tumbuh tanpa ada masalah sedikit pun. Selalu memberi keindahan pada setiap orang yang menikmatinya. Ah… terkadang aku ingin menjadi kupu-kupu, terbang ke sana kemari tanpa ada beban sedikit pun, memberi kebahagiaan pada siapapun yang melihatnya.
Sejak dulu aku sering menghabiskan waktu berjam-jam di taman itu jika ada masalah menimpaku. Aku lebih suka curhat dengan kupu-kupu dan daun-daun yang menghijau. Terkadang aku iri melihat mereka, tumbuh tanpa ada masalah sedikit pun. Selalu memberi keindahan pada setiap orang yang menikmatinya. Ah… terkadang aku ingin menjadi kupu-kupu, terbang ke sana kemari tanpa ada beban sedikit pun, memberi kebahagiaan pada siapapun yang melihatnya.
Waktu
kecil, aku sering lupa pulang jika sudah bermain di
taman itu, bahkan sampai aku duduk di bangku SMP. Pulang sekolah, mengganti
pakaian langsung pergi ke taman, mengunjungi sahabat-sahabatku yang lucu sambil
menulis puisi untuk mereka. Bahkan ketika aku memutuskan untuk melanjutkan
sekolah ke kota Jambi, aku selalu merindukan taman ini. Meskipun barangkali
hanya aku yang setia mengunjungi taman ini. Entahlah, bagiku taman ini memberi
kenikmatan tersendiri.
Ah…
aku terlalu nyaman dengan posisiku sekarang. Mendapatkan pekerjaan yang baru
saja aku senangi semenjak 3 tahun yang lalu. Menikmati pekerjaan yang dulu sama
sekali bukan cita-citaku tapi ternyata sangatlah
menyenangkan. Memang aku tidak bisa merealisasikan angan-anganku dulu ke dalam
keadaan nyata. Tapi setidaknya aku bisa membagi ilmuku untuk anak-anak seumurku
dulu. Ketika aku memimpikan untuk bisa menjadi pembaca puisi terkenal seperti
Chairil Anwar. Atau aktris professional seperti Dian Sastro. Aku bisa melatih
mereka kapan aku mau, tentunya atas kemauan mereka. Aku bisa menumpahkan
seluruh ilmuku ke otak anak-anak yang mempunyai hobby
sama sepertiku, sewaktu aku ingin menjadi anak terhebat dan melirik perhatian
orang banyak.
Ternyata
eskul-eskul yang kuikuti beberapa tahun lalu, ketika duduk di bangku SLTA
sangat bermanfaat untuk sekarang. Aku bisa mengajarkan mereka sesuatu yang
awalnya sedikit kutahu, namun akhirnya kreatifitasku bermain sendiri ketika
digabungkan dengan kreatifitas anak-anak. Melihat kesenangan mereka berlatih
seni merupakan kebahagiaan tersendiri buatku.
Tapi
ada satu titik kelemahanku yaitu aku selalu kalah dengan udara bulan Desember.
Bulan di mana mengharuskanku selalu minum obat influenza
setiap waktu karena cuaca Desember yang tidak pernah bersahabat dengan tubuhku.
Kalau tidak bapak dan Ibu pasti akan menceramahiku dan memaksa memasukkan obat
dari bidan ke mulutku. Tapi itulah salah satu bentuk kasih sayang mereka. Dari kecil aku terlalu sensitif dengan
musim hujan dan udara dingin. Makanya bapak dan ibu mati-matian menjagaku. Tak
satu pun keinginanku yang mereka tolak kecuali berpisah jauh dari mereka.
Mungkin kirena aku adalah anak semata wayang yang diharapkan menjadi penerus
bapak untuk memimpin Yayasan Pendidikan MAS yang kami punya. Mengajar TPQ
setiap ba’da Maghrib dan membantu memimpin Yasinan ibu-ibu setiap hari Jum’at
di desa kami. Desa yang mayoritas masyarakatnya kurang memahami ilmu agama,
walaupun hampir seluruhnya berasal dari pulau Jawa. Pulau yang konon katanya
banyak pondok pesantren.
SECERCAH HARAPAN
Hari yang berbeda dari biasanya.
Mama dan papa tidak ada di rumah. Di rumah hanya ada aku, Kak Dinda dan bibi.
“Adek, ayo sarapan. Makanannya udah ada di meja tuh”
“Iya kakak…”
Saat di meja makan, “Kak, mama sama papa dimana?”, “Kata bibi tadi pagi, mama dan papa ke luar kota” jawab kak Dinda.
“Adek, ayo sarapan. Makanannya udah ada di meja tuh”
“Iya kakak…”
Saat di meja makan, “Kak, mama sama papa dimana?”, “Kata bibi tadi pagi, mama dan papa ke luar kota” jawab kak Dinda.
Akhir-akhir ini mama dan papa
jarang di rumah. Biasanya tiap pagi aku dan kak Dinda mau berangkat sekolah,
pasti ada kecupan manis dari mama. Dan kali ini, jauh berbeda.
“Dzzzz…”, tiba-tiba ponsel Kak Dinda bergetar, ternyata ada SMS dari abang Vian,
“Dek Dinda dan Dek Sela, maaf ya hari ni abang G bisa anter kalian ke school. Coz, abang lg ada acara nih di kampus. Sorry ya mendadak”
“Okee bang, nggak papa.”, balasku.
“Kali ini kita jalan kaki yah, gak apa apa kan Dek? soalnya Bang Vian lagi ada acara,” kata Kak Dinda .
“It’s okey Kak. Sesekali jalan kaki ke sekolah. Kan nggak jauh jauh amat”, jawabku.
“Dzzzz…”, tiba-tiba ponsel Kak Dinda bergetar, ternyata ada SMS dari abang Vian,
“Dek Dinda dan Dek Sela, maaf ya hari ni abang G bisa anter kalian ke school. Coz, abang lg ada acara nih di kampus. Sorry ya mendadak”
“Okee bang, nggak papa.”, balasku.
“Kali ini kita jalan kaki yah, gak apa apa kan Dek? soalnya Bang Vian lagi ada acara,” kata Kak Dinda .
“It’s okey Kak. Sesekali jalan kaki ke sekolah. Kan nggak jauh jauh amat”, jawabku.
Sembari berjalan, aku
ngobrol-ngobrol dengan kak Dinda,
“Kak, mama sama papa udah gak sayang sama kita ya?” tanyaku.
“Hus! Adek kok tanya gitu sih? Gak boleh ah!, kakak gak suka.” Jawabnya.
“Tuh buktinya, mereka jarang banget kumpul sama kita. Aku Cuma pengen kita itu kayak dulu kak. Lihat TV bareng, jalan jalan bareng. Lah sekarang?”, “Jangan negatif thinking lah, mungkin itu perasaan adek aja. Udah lah dek, tenang aja. Kan di sini masih ada kakak..” jawabnya.
“Kak, mama sama papa udah gak sayang sama kita ya?” tanyaku.
“Hus! Adek kok tanya gitu sih? Gak boleh ah!, kakak gak suka.” Jawabnya.
“Tuh buktinya, mereka jarang banget kumpul sama kita. Aku Cuma pengen kita itu kayak dulu kak. Lihat TV bareng, jalan jalan bareng. Lah sekarang?”, “Jangan negatif thinking lah, mungkin itu perasaan adek aja. Udah lah dek, tenang aja. Kan di sini masih ada kakak..” jawabnya.
Pulang sekolah, aku dan Kak Dinda
mampir ke rumah kakek.
“Assalamualaikum.. kakek..”, “Kak, kok gak ada yang jawab? Tumben?” kataku.
Pas kita masuk ke dalam rumah kakek, ternyata ada suara mama di dalam sedang berbincang dengan kakek. Wajah mama juga terlihat merah.
“Lhoh, mama kok di sini? Ada apa Ma? Mama nangis?” tanyaku kebigungan.
“Nggak papa kok sayang, mama cuma mampir aja di rumah kakek,” jawab mama tersenyum kecil.
Mama berusaha menutupinya. Di situ, aku mulai bingung. Aku makin penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
“Kakek.. kalau Sela boleh tau nih, mama sama papa itu kenapa sih kok jarang di rumah?”,
“Assalamualaikum.. kakek..”, “Kak, kok gak ada yang jawab? Tumben?” kataku.
Pas kita masuk ke dalam rumah kakek, ternyata ada suara mama di dalam sedang berbincang dengan kakek. Wajah mama juga terlihat merah.
“Lhoh, mama kok di sini? Ada apa Ma? Mama nangis?” tanyaku kebigungan.
“Nggak papa kok sayang, mama cuma mampir aja di rumah kakek,” jawab mama tersenyum kecil.
Mama berusaha menutupinya. Di situ, aku mulai bingung. Aku makin penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
“Kakek.. kalau Sela boleh tau nih, mama sama papa itu kenapa sih kok jarang di rumah?”,
CINTA
2 DUNIA
Waktu itu Ben baru pulang dari acara dinner bersama teman-temannya. Saat
pulang melewati jalan Casablanca di bilangan Jakarta Selatan. Malam menunjukan
pukul 23.00 WIB. Tiba-tiba ada sesosok wanita cantik
yang menyebrang di depan mobil yang sedang
dikendarai oleh Ben. Waktu itu Ben benar-benar sedang dalam keadaan mengantuk.*Tiinnn!!! Tiba-tiba seketika mobil Ben berhenti.
“Astagfirullah.. gue nabrak orang! Oh My God” Ben sambil membuka silkbelt dan turun dari mobil.
*Ben mencari orang yang ia tabrak
“Dihh.. mana orang yang gue tabrak tadi? Lol~” Ben sambil garuk-garuk kepala dan mencari-cari ke kolong mobil
“Beuhh, jangan-jangan gue nabrak hantu lagi? Ewhhh sieunn ahhh!” Ben langsung lari masuk ke mobilnya
Akhirnya Ben melanjutkan perjalanan
menuju ke apartment. Sesampainya di Apartment Ben
langsung tidur di ranjangnya. Tiba-tiba ada sesosok cewek cantik yang memakai
baju casual, celana jeans panjang dan memakai baju atasan kaos pink. Ben sangat
terkejut melihat cewek itu tiba-tiba muncul di pojok kamarnya.
“Heh! lo siapa? Kok bisa masuk ke kamar gue?” Ben
“Emhh.. (sambil tersenyum malu)” cewek misterius
“Woy! Jawab! padahal kan kamar gue dikunci dari luar, lo masuk lewat mana?” Ben
“Aku masuk lewat dinding.. hehe” cewek misterius sambil tertawa kecil
“Jih? Lewat dinding? Sakit lo ya?” Ben
“Ihh.. serius tauu..!” cewek misterius
“Ahh.. mustahil banget..! Kecuali kalau emang lo hantu.” Ben yang tidak percaya
“Emang aku hantu.. Nih ya kalau nggak percaya.. kamu liat baik-baik..” cewek misterius
Lalu cewek misterius itu menembus dinding dan masuk kembali melalui dinding. Ben yang melihatnya secara nyata langsung merinding ketakutan dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
“Pergi lo dari sini!! Jangan ganggu gue! Lo kunti ya?” Ben
“Enak aja lo cantik-cantik gini masa dibilang kunti !hufftt” cewek misterius
“Ya abis lo anoying sihh!” Ben
“Udah deh nggak usah dibahas! Dengerin gue dulu..” cewek misterius
“Apaan?” Ben
“Tadi kamu ngerasa nabrak orang kan di Casablanca?” cewek misterius
“I..i..i..ya ko lo tau?” Ben panik
“Aku yang kamu tabrak tadi!” cewek misterius
“What lo? tapi kok pas gue cari lo ngga ada?” Ben
“Iya karena percuma aku nggak akan bisa ditabrak.. karena aku ini udah jadi arwah!” cewek misterius
“Heh! lo siapa? Kok bisa masuk ke kamar gue?” Ben
“Emhh.. (sambil tersenyum malu)” cewek misterius
“Woy! Jawab! padahal kan kamar gue dikunci dari luar, lo masuk lewat mana?” Ben
“Aku masuk lewat dinding.. hehe” cewek misterius sambil tertawa kecil
“Jih? Lewat dinding? Sakit lo ya?” Ben
“Ihh.. serius tauu..!” cewek misterius
“Ahh.. mustahil banget..! Kecuali kalau emang lo hantu.” Ben yang tidak percaya
“Emang aku hantu.. Nih ya kalau nggak percaya.. kamu liat baik-baik..” cewek misterius
Lalu cewek misterius itu menembus dinding dan masuk kembali melalui dinding. Ben yang melihatnya secara nyata langsung merinding ketakutan dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
“Pergi lo dari sini!! Jangan ganggu gue! Lo kunti ya?” Ben
“Enak aja lo cantik-cantik gini masa dibilang kunti !hufftt” cewek misterius
“Ya abis lo anoying sihh!” Ben
“Udah deh nggak usah dibahas! Dengerin gue dulu..” cewek misterius
“Apaan?” Ben
“Tadi kamu ngerasa nabrak orang kan di Casablanca?” cewek misterius
“I..i..i..ya ko lo tau?” Ben panik
“Aku yang kamu tabrak tadi!” cewek misterius
“What lo? tapi kok pas gue cari lo ngga ada?” Ben
“Iya karena percuma aku nggak akan bisa ditabrak.. karena aku ini udah jadi arwah!” cewek misterius
DIMANA-MANA ADA HANTU
Cerita
gue waktu masih SD, gue paling takut sama yang namanya hantu. Di fikiran gue
hantu itu suka ngejutin alias surprise. wah berarti
hantu romantis dong, bukan bukan! Hantu bukan ngasi surprise terus bawa mobil-mobilan, terus ngasiin dengan muka lugu. bukan
bukan! Tapi yang ada, hantu ngejutin dengan cara memandang lo. lo bayangin aja
beragam-ragam wajah hantu yang super duper unik dan
menyeramkan. Ada yang mukanya gepeng kelindes truk, ada yang bawa gayung.
Berarti kemungkinan kematiannya ada dua, di kamar mandi pas lagi mandi, atau di
perempatan jalan sewaktu lagi ngemis malah dilindes odong-odong hiii tragis
sereemmm. Ada yang perut belakangnya bolong. kalau ini kematiannya mungkin
korban malpraktek, soalnya habis ngelahirin. Dokternya kena serangan jantung
terus mati, jadi tidak sempat dijahit. Tapi kenapa dia enggak ke tukang jahit
aja ya? hmmm 0_0”.
Dari
segitu banyaknya hantu, ada hantu yang paling membuat gue penasaran yaitu
pocong!!, Menurut gue pocong itu yang paling unyu, pakaiannya itu seperti
guling di kasur, bawaanyaa pengen meluk aja 0_0, dan pakaiannya juga seperti
lontong bawaannya pengen nyiram dia dengan kuah sayur gori, campur udang
sambel, telur dan itu pastinya lezattt sekali #ngilerrrr
Tapi ini pocong broo bukan makanan!!!
Oh iya iya lupa
Apalagi nih ya jalannya, menurut gue pocong ini dulu cita-citanya adalah atlet engklek tapi enggak kesampaian dan keburu mati. Lo lihat aja jalannya gimana.
Bawaannya gue pengen bilang, cong!! Ada nyali lo buat main engklek sama gue. #alis naik
Tapi ini pocong broo bukan makanan!!!
Oh iya iya lupa
Apalagi nih ya jalannya, menurut gue pocong ini dulu cita-citanya adalah atlet engklek tapi enggak kesampaian dan keburu mati. Lo lihat aja jalannya gimana.
Bawaannya gue pengen bilang, cong!! Ada nyali lo buat main engklek sama gue. #alis naik
Aktifitas
gue sewaktu SD selain belajar di SD negeri 010086 Kisaran, gue juga belajar
ngaji. Jauh banget tempat ngaji gue, seperti lo melakukan perjalanan melewati
dua benua, 200 pulau, 180 gunung, dan berjuta juta kebohongan padahal kepeleset
taik lincong juga nyampek ‘alias tetangga.
Habis sholat magrib, dengan ganteng pakai lobe, baju koko sambil nenteng iqro.
Nunggu temen–temen di depan rumah biar bareng-bareng ke tempat guru ngaji, padahal gue penakut walapun ngajinya di tempat tetangga.
Sewaktu gue nunggu temen-temen, tetangga gue yang letak rumahnya di samping rumah gue dan di samping rumah guru ngaji gue. Dia bernama Tika! Dia hampirin gue, seperti biasa dia orang yang selalu nakut-nakutin. Bertemu dengan dia itu “Azab” lah buat gue seperti itu gambarannya.
Begitu krusialnya peran dia di hidup gue, bayangin aja.
Ggik!
Pasti lo nungguin temen ya buat sama-sama pergi ngaji. Karena lo takut pergi sendirikn?
Iya, tapi gue enggak takut tuh. Gue Cuma suka perginya rame-rame #sok cool (padahal alesan karena gue penakut).
Berapa detik kemudian temen gue sudah pada datang, leganya terhindar dari “Azab” ngelus dada.
Jalan riang bareng temen-temen ke tempat guru ngaji.
Habis sholat magrib, dengan ganteng pakai lobe, baju koko sambil nenteng iqro.
Nunggu temen–temen di depan rumah biar bareng-bareng ke tempat guru ngaji, padahal gue penakut walapun ngajinya di tempat tetangga.
Sewaktu gue nunggu temen-temen, tetangga gue yang letak rumahnya di samping rumah gue dan di samping rumah guru ngaji gue. Dia bernama Tika! Dia hampirin gue, seperti biasa dia orang yang selalu nakut-nakutin. Bertemu dengan dia itu “Azab” lah buat gue seperti itu gambarannya.
Begitu krusialnya peran dia di hidup gue, bayangin aja.
Ggik!
Pasti lo nungguin temen ya buat sama-sama pergi ngaji. Karena lo takut pergi sendirikn?
Iya, tapi gue enggak takut tuh. Gue Cuma suka perginya rame-rame #sok cool (padahal alesan karena gue penakut).
Berapa detik kemudian temen gue sudah pada datang, leganya terhindar dari “Azab” ngelus dada.
Jalan riang bareng temen-temen ke tempat guru ngaji.
Karena
masih kecil. Sambil nunggu giliran ngaji main smackdown dulu sama temen gue si
epri, main suit suitan tapi enggak main cewek karena pada saat itu gue belum
jadi playboy. Belum di lantik karena belum cukup umur alias masih bocah.
MIMPI SI ANAK KAMBING
Abil adalah bocah laki-laki berusia 7 tahun yang duduk di kelas II sekolah dasar. Abil tidak seperti anak kebanyakan yang menghabiskan waktu pulang sekolah dengan bermain. Dari kecil Abil terbiasa menghabiskan waktu untuk mengembala kambing milik tetangganya untuk mencukupi kehidupan keluarganya. Sampai-sampai Abil dipanggil oleh teman-temannya dengan sebutan “si anak kambing”.
Sepulang sekolah Abil dengan menyelendangkan tas terbuat dari karung goni membawa kambing-kambingnya ke padang rumput di pinggir hutan.
Di tengah perjalanan Abil bertemu teman-temannya yang tengah asyik bermain di lapangan.
“hai teman-teman lihat ada si anak kambing” teriak salah seorang temannya sambil menunjuk ke arahnya.
“anak kambing… anak kambing… anak kambing…” serentak teman-temannya mengejek.
Abil hanya tertunduk melanjutkan perjalanannya. Abil tidak pernah marah dengan ejekan-ejekan temannya karena dia tidak merasa seperti itu walau terkadang hatinya sering merasa kesal.
Setelah perjalanan yang melelahkan itu akhirnya sampailah si anak kambing itu kehamparan rumput hijau di pinggir hutan. Si anak kambing itu melepaskan kambing-kambinnya, membiarkan mereka menyantap makan siangnya. Sementara itu Abil beristirahat di bawah pohon rindang dengan semilir angin.
Di sela-sela waktunya mengembala kambing dia menyempatkan membuka buku pelajaran yang ia bawa dalam tas karung goninya. Dengan cara itu ia bisa mengingat pelajaran di sekolah.
Si anak kambing itu rajin bukan tanpa alasan melainkan ia ingin mimpinya terwujud. Mimpi sederhana yang bisa membuat orang lain bahagia.
Mimpi menjadi seorang guru yang dapat mendirikan sekolah bebas biaya untuk orang tidak mampu seperti dirinya. Sungguh sangat mulia mimpi itu. Semoga mimpi si anak kambing itu dapat terwujud.
THE END
SEMANGAT PAGI GURUKU
Pak Sari nama lelaki itu, seorang guru SD yang sudah berpuluhan tahun mengajar di SDN Darussalam Kota Tangerang dekat rumahku.
Perjalanan yang lumayan jauh ditempuhnya berjalan kaki dengan semangat menyapa setiap orang yang dilaluinya dengan senyum ramahnya. Padahal umur sudah tidak memungkinkan untuk itu. Tapi semangat mengalahkan usia tuanya untuk tetap mengajar para siswanya.
Aku Kiki siswi yang pernah sekolah disana lebih tepatnya alumni SDN Darussalam Kota Tangerang. Kira-kira sudah 6 tahun aku lulus sekolah SD dan sekarang aku sudah tamat sekolah SMK di 2013 ini.
Bertahun-tahun lamanya pak Sari belum terlihat perubahan darinya. Tetap tegas, gagah, semangat dan bau parfumnya yang menyengat itu :D juga terkadang dengan guyonan khasnya.
Dan sudah selama itu juga aku tidak pernah masuk ke sekolah itu lagi yang sudah berubah 100% dari 6 tahun lalu. Dan tanggal 15 Juli 2013 ini aku masuk kesana mengantarkan adikku Sevi yang duduk di kelas 2.
Kuperhatikan guru-guru disana banyak yang tidak ku kenal. Perhatianku tertuju pada satu guru yang kuceritakan di atas.
Pak Sari dengan wajah ceria tapi tetap gagah berbicara di depan murid-muridnya yang berbaris di lapangan. Pak Sari menjelaskan tentang kelas baru mereka karena hari itu adalah tahun ajaran baru.
Aku coba membandingkan pak Sari dengan guru-guru yang lebih muda disana tapi tetap saja yang lebih beraura adalah pak Sari bakan yang lain terkesan biasa saja.
Semoga sosok pak Sari bisa menjadi inspiratif bagi guru-guru yang lain dan remaja seperti aku :).
THE END
KANDAS
Aku tak mengerti apa yang ku rasa, Rindu yang tak
pernah begitu hebatnya. Aku mencintaimu lebih dari yang kau tau. Lagu itu
selalu mengingatkan aku akan sosoknya yang selalu ku rindukan.
Namaku Ririn, aku duduk di kelas VIII-E. Aku
mempunyai seorang sahabat bernama Rania, ia sangat setia padaku.
Suatu hari saat aku hendak pergi ke supermarket
aku bertemu dengan seorang pria yang tidak pernah ku temui sebelumnya, aku
bertemu dengannya selepas shalat maghrib saat ia melewati depan rumahku.
Jantungku tiba-tiba berdebar saat kedua bola mata kami bertemu, apakah ini yang
dinamakan “Love at First Sight?” Dan mulai saat itu aku selalu mengintip lewat
jendela, berharap sosoknya melewati rumahku lagi setelah ia pulang shalat.
Beberapa hari setelah insiden pertemuan pertama
ku dengannya aku mengetahui bahwa ia adalah teman Rania, pria itu bernama
Panji. Seiring berjalannya waktu aku sering sekali memperhatikannya, hal itu
aku lakukan sampai kenaikan kelas 9. Ternyata kami tidak sekelas. Aku masuk
kelas IX-C sedangkan ia di IX-A yang berada di lantai dasar sehingga aku tidak
bisa memperhatikannya lagi.
Selang beberapa hari aku mendapat kabar dari
Rania bahwa Panji dipindahkan ke kelas IX-C aku sangat senang mendengarnya.
Hari-hari ku semakin indah karena setiap hari aku bisa memandangnya, hingga
pada suatu hari aku tak dapat memendam perasaan ku lebih lama,
aku mengungkapkan perasaan ku padanya namun yang terjadi dia menjadi jauh dari
ku, cuek dan tak begitu mempedulikan perasaan ku.
Peristiwa hari ini benar-benar tidak aku inginkan
terjadi, Panji telah menyandang status berpacaran dengan Rizka murid IX-A.
seketika itu hatiku sangat hancur dan air mata tak
dapat ku bendung lagi tapi ada sedikit rasa syukur karena jika dulu ia tetap di
IX-A itu artinya dia akan sering bersama Rizka dan pastinya aku akan sangat
menderita melihatnya. aku menangis dan menyesali keputusannya, mengapa ia tak
memilihku saja? jela-jelas aku sudah lama menantinya dan menerima segala
kekurangannya.
Kini aku hanya bisa menunggu. Menunggu untuk
waktu yang cukup lama yaitu sampai ia menyadari besarnya cintaku. Aku akan
selalu menunggu kamu Panji sampai kamu mengerti tulus cinta ini.
ARTI SEBUAH WAKTU
Arti Sebuah Waktu Alkisah ada
seorang wanita yang hidup di sebuah desa terpencil, dia ingin pergi kerja ke
kota agar dia bisa mengoprasi wajahnya. Kemudian dia mengutarakan keinginannya
untuk kerja di kota kepada kedua orang tuanya, tapi keinginannya tersebut di
tolak oleh kedua orang tuanya. Mendengar kata kedua orang tuanya yang menolak
keinginannya dia pun menangis, tapi tak berapa lama kemudian ibunya datang
menghampiri dia. Dan tiba-tiba ibunya bilang “Kamu boleh pergi ke kota nak”.
Mendengar perkataan ibunya dia
pun tersenyum. Dan pagi harinya dia bersiap-siap untuk pergi ke kota. Di tengah
perjalanan yang lama dan melelahkan dia istirahat di sebuah rumah, dan dia pun
membayangkan, ” andai ku bisa membangun rumah mewah dan dapat mengoprasi wajah
ku yang biasa menjadi luar biasa ini.” Tiba-tiba di tengah-tengah hayalannya
datang seorang nenek tua menghampirinya, dan bertanya “kenapa nak kamu tersenyum
sendiri?” “Saya sedang membayangkan andaikan saja ku bisa sukses di kota dan
dapat mengoprasi wajahku ini”, kata dia. Dan nenek itu mengeluarkan jam kecil
dari kantongnya, kemudian nenek itu berkata “Kamu tinggal putar jam itu sesuai
dengan putaran jarum jam, bila kamu ingin segera meraih cita-citamu”. “Baik
nek”, kata wanita tadi.
Kemudian tak berapa lama dia
memutar jam tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan nenek tadi. Dan tiba-tiba
dia bisa bekerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Tapi dia tak puas
dengan lamanya waktu yang di perlukan agar bisa mengoprasi wajahnya. Kemudian
dia kembali memutar jam tersebut, dan wajahnya pun menjadi cantik. Lagi-lagi
dia kurang puas dengan wajahnya, dan kembali dia memutar jam kecil pemberian
nenek-nenek yang pernah dia temui sekali lagi. Tapi setelah memutar jamnya dia
mendapati wajahnya yang semula cantik jelita menjadi tua dan keriput. Dan dia
menyesal dengan keadaan dia sekarang. Kemudian dia kembali menemui nenek-nenek
yang memberi dia jam di tempat di mana dia bertemu. Tapi dia tak melihat nenek
tersebut karena nenek itu telah lama meninggal. Dia pun hanya bisa menyesal dan
menangisi nasibnya
HUJAN TERAKHIR
Sorotan lampu belajar masih memenuhi meja belajar nya, dia tidak peduli seberapa besar rasa kantuk yang menggelayuti kelopak matanya untuk segera turun mengantongi kedua bola mata cokelat itu. Masih menatap berbagai rumus bangun ruang di atas kertas putihnya, pythagoras yang tak pernah terpecahkan. Di kertas coret-coretan nya berbagai macam angka dari satuan hingga ribuan telah bertebaran dengan hasil operasi hitung nya, tidak juga ketemu. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, membenarkan posisi duduknya hingga bangku yang ia duduki berdecit, matanya memandang ke sebuah pigura yang terletak manis di atas meja belajar nya. Foto dirinya dan mantan kekasihnya yang tidak tahu ada di mana sekarang, tarikan nafas nya berat, entah ia merasa lega atau melepaskan beban di dadanya yang terkadang sulit ia lepaskan.
Ia melirik lemah berbagai rumus di depannya, tugas akhir dari dosen yang kadang tidak mampu ia pecahkan sendiri, tetapi jika belajar kelompok pun tidak akan membantu banyak, paling hanya mengobrol dan menghabiskan waktu untuk berdiskusi dengan topik pertandingan bola atau balapan motor, obrolan umum khas lelaki. Ini tugas akhir yang sangat menyita waktu, mengerjakan lima puluh soal yang diberikan dosen dengan waktu kurang dari satu minggu, belum lagi tugas akhir dari mata kuliah yang lain. Punggung nya tidak kuat lagi menahan pegal yang menggantung, ia hempaskan tubuhnya ke atas kasur single nya yang empuk, tak kurang sepuluh menit ia memejamkan mata, pikirannya sudah terbang jauh ke alam mimpi.
Lorong jurusan Teknik Elektro hari ini cukup ramai, UAS memang selalu menjadi momen yang membuat mahasiswa belajar. Yang tadinya hanya nongkrong-nongkrong di koridor kampus sambil mengotorinya dengan kulit kacang rebus, minimal sekarang ada buku yang dijepit di sela-sela jari mereka, walaupun sedikit yang terhapal.
“Ega!” seseorang memanggil lelaki yang memiliki postur tubuh jangkung dan berambut gondrong.
Ia menatap wanita mungil yang berlari kecil ke arah nya dengan menenteng buku di tangannya.
“Ada sesuatu buat lo” ucap wanita itu kepada Ega.
“Apa Wen?”
Wanita kecil yang bernama Wendy kemudian membuka tas ranselnya dan mengeluarkan undangan berwarna putih susu dan berpita cokelat manis di atasnya.
“Dari Keysha, sudah seminggu ada di gue, tapi baru sempat gue kasih ke lo hari ini. Maaf ya, Ga”
“Dia ulang tahun?” Tanya Ega speechless, hanya pertanyaan bodoh itu yang mampu keluar dari bibirnya. Wendy menepuk bahu kiri Ega tiga kali dan lanjut berjalan meninggalkan Ega yang belum berani membuka undangan yang di sampulnya bertuliskan inisial nama H&K. Hendri & Keysha .
PACAR PEMARAH
“Wi, aku sudah
terlanjur mencintainya. Aku gak bisa ngelepasin dia begitu aja” ucap temanku
Nisa di dalam pesan singkat yang kubaca di layar
handphone ku. Aku berusaha meyakinkan dia untuk segera memutusan hubungan
dengan laki-laki yang sedang bepacaran dengannya. Berbagai nasehat dan kalimat
penghibur sudah kuungkapkan kepada Nisa, agar
hidupnya tak lagi berat seperti sekarang.
“Nis, kita ketemu yuk” balasku. Sms
terkirim. Aku memutuskan untuk menemuinya. Menemui seseorang yang selama ini
sudah mengungkapkan banyak sekali ceritanya kepadaku. Cerita yang tak pernah
kubayangkan sebelumnya.
Namanya Nisa, nama lengkapnya Annisa Fitri. Usianya 21
tahun. Dia lebih muda setahun dariku. Pertama kali aku mengenalnya lewat
jejaring sosial bernama facebook. Dia meng-add akun ku dan jadilah kami
berteman. Dia pula yang pertama kali menyapaku.
Menanyakan semua tentangku dan akhirnya dia bicara, kalau dia adalah pacar dari
temanku. Ardi namanya, teman sekelasku yang sudah tiga tahun kukenal. Semasa
kami kuliah, memang tidak pernah akrab. Bahkan aku cenderung tidak menyukainya.
Kupikir dia adalah laki-laki malas yang selalu
meminta bantuan orang lain dalam mengerjakan tugasnya. Apalagi kalau kami
kebagian satu kelompok. Dia selalu ogah-ogahan dan menimpakan tanggung jawab
kepada orang lain. Cenderung memerintah temannya sendiri. Yah begitulah
setidaknya. Aku tak pernah sekalipun merasa kagum dengan sikap dia.
Namun pacarnya malah akrab denganku. Menanyakan segala
sesuatu tentang Ardi. Kadang-kadang aku ingin mengatakan dia lelaki
menyebalkan. Tapi karena dia pacarnya aku katakan
yang baik-baik saja. Sampai akhirnya Nisa bercerita panjang lebar kepadaku.
“Wi, aku gak tahan lagi sama Ardi” ungkapnya suatu hari.
Hari itu kami memutuskan untuk saling bertemu. Aku
memilih untuk bertemu di tempat makan saja, agar lebih leluasa. Dan Nisa pun
mengiyakan. Dia memilih restoran Ramen kesukaannya. Mie yang berasal dari
jepang yang banyak lauknya. Mie nya lebih lembut dari mie instan yang sering
kita makan, dan kuahnya tersedia bebagai jenis. Kami pun memesan dua mangkuk
ramen, yang tak lama kemudian tersedia di meja
kami. Aku melihat wajah Nisa di profil picture miliknya. Lebih cantik aslinya.
Dia memiliki kulit putih, tinggi, bulu mata yang lentik, namun sedikit kurus.
Wajahnya pucat. Walaupun tersenyum, aku merasa dia matanya tidak ikut
tersenyum.
“Kali ini dia ngapain lagi sama kamu Wi?” aku
penasaran dengan ulah lelaki brengsek itu. Lelaki yang menurut cerita Nisa selalu
melakukan tindak kekerasan selama dia pacaran. Dan memukul, sudah menjadi
tindakan sehari-hari yang dia lakukan
“Kemarin aku baca-baca sms dari handphonenya Ardi, dan
aku lihat dia sms mesra dengan cewek lain. Lalu Ardi tahu, dan dia..” sejenak
dia terdiam. Kunyahanku terhenti, penasaran dengan cerita yang akan dia
sampaikan.
“Dia pukul aku lagi, kepalaku ditendang” lanjutnya.
Raut wajahnya kusut. Tatapan matanya kosong. Dia terlalu pintar untuk
menyembunyikan kesedihannya. Atau lebih tepatnya terbiasa. Kesedihan yang
menumpuk itu kini menjadikannya hampa. Tak mampu lagi mengekspresikan kesedihan
itu seperti apa.
“Nis..” aku memegang punggung tangannya. “Kalau memang begitu, lebih baik kamu putus saja. Banyak lelaki yang lebih baik dari dia. Jujur saja, selama satu kelas dengan Ardi, aku gak pernah suka sama dia. Kamu cari yang lain aja yah” hiburku. Entah sudah keberapa kali aku mengungkapkan kalimat ini kepada Nisa.
“Nis..” aku memegang punggung tangannya. “Kalau memang begitu, lebih baik kamu putus saja. Banyak lelaki yang lebih baik dari dia. Jujur saja, selama satu kelas dengan Ardi, aku gak pernah suka sama dia. Kamu cari yang lain aja yah” hiburku. Entah sudah keberapa kali aku mengungkapkan kalimat ini kepada Nisa.
HANDPHONE AJAIB
Dina Angelina Marina,
namanya. Ia sering dipanggil dengan nama Dina atau Lina. Tapi seringnya dipanggil Lina, sih. Pasti, semua orang
mengira, ia adalah anak baik, sopan, dan rajin. Akan tetapi, semua itu tidaklah
kenyataan. Karena, Dina adalah anak yang sangat nakal dan sangat suka
mengganggu temannya. Bukan hanya itu, ia sangat suka mencuri. Apaaa? Kalian
pasti berkata begitu. Sebenarnya, ia adalah anak gadis yang cantik dan pandai
menggambar. Jadi, tetaplah mengikuti pepatah baik. Jangan nilai buku dari
sampulnya.
Pada suatu hari, ayah
membeli laptop baru. Untuk hadiah ulang tahun
(harusnya kan ‘tambah umur’ sebutannya) Gina, adik Dina. Itu adalah sebuah
hadiah ulang tahun dan… sebuah pengganti untuk laptopnya yang dulu dirusak oleh
D-I-N-A tentunya. Kalian bisa mengeja bukan? Kalau bisa, tentu bisa mengeja
nama tersebut.
Dulu, tepatnya tanggal 15
Agustus 2013, Dina meminjam laptop milik Gina. Ia berkata pada Gina, “Gina, aku
mau minjam laptop dong!” ujar Gina.
“Lho, bukannya Kak Dina udah
punya komputer di kamar. Terus, kan ada laptop
juga di kamar Kak Dina” terangnya sambil bingung.
“Aduh, Gina adikku sayang, Kak Dina mau minjam laptop kamu karena Kak
Dina mau minjam.” terangnya kebingungan.
“Ya udah, deh. Tuh, ada di
dalam lemari.”
Dina pun mengambil laptop
Gina dan membawanya ke atas ranjang empuk milik Gina. Lalu, ia membuka tas
ransel laptop, dan lalu memainkannya, timbullah niat iseng Dina pura-pura ingin
menjatuhkan agar bersenang-senang dan dan prakkk! Jatuh.
Dina yang kaget pun langsung
menangis tersedu-sedu. Ada juga, saat ibu baru membeli tanaman baru. Tanaman
yang indah sekali. Saat Dina sedang main handphone, ia disuruh ibu untuk
menyiram tanaman ibu dengan baik. Tapi, karena kesal disuruh-suruh ia
menjatuhkan dan melempar tanaman tersebut dengan batu. Tanaman itu pun menjadi
rusak. Masih banyak lagi hal tidak baik yang dilakukan Dina.
Saat siang hari, rasa kantuk
Dina mulai datang. Ia lalu tertidur dan dalam sekejap mimpi pun datang. Ia
bermimpi mempunyai jam tangan ajaib. Tak beberapa kemudian, Dina pun terbangun
dari tidur lelapnya. Ia mengambil minuman, lalu mencuci muka dengan air. Jelas
dengan air masa dengan api. Tiba-tiba dari dapur terdengar suara teriak
bersahut-sahutan. Dina pun segera melihat kejadian apa yang terjadi di dapur.
Tapi, sesampainya di dapur, ia tak melihat apapun kecuali secercak kertas
berwarna kuning, dengan tulisan ‘pergilah ke ruang tamu, maka kau akan tahu.’
Karena itu, ia pergi ke
ruang tamu dan melihat ada sebuah handphone dan melihat, dan memijit
nomor-nomor yang ada di handphone tersebut. Angka pertama yaitu satu terdengar
suara Gina menangis seperti yang terjadi di saat Dina merusak laptopnya. Lalu
nomor kedua, ia mendengar suara Fia berteriak karena dikejutkan dengan mainan
ular oleh Dina. Yang ketiga, terdengar suara ibu berteriak memarahi Dina karena
merusak tanaman yang baru ibu beli. Keempat, suara ayah karena Dina memecahkan
cangkir berukir naga yang langka yang ayah beli dari teman kantornya. Kelima,
ia mendengar suara Sonia yang menangis karena kakinya berdarah karena didorong
Dina. Dina pun menjadi sedih ia mengingat semua yang telah ia lakukan. ia
menangis dan berujar “aku akan minta maaf dan tak mengulanginya lagi.” Dia pun
terbangun dari mimpi. Ternyata semua itu hanya mimpi.
BURUNG PIPIT.
Ada seorang pemuda yang suka mabok. Klau mabok tidak tanggung tanggung
karena semua jenis minuman keras di minumnya. Bukan segelas atau dua gelas tapi
banyak gelas sampai ia terkapar baru dia berhenti. Ketika sedang mabuk berat ia
bula celananya shingga burungnya kelihatan. Ketika
itu ada Andi anak kecil lewat di sebelah pemuida yang mabuk berat. Karena malu
di liat anak kecil, Si pemuda mabuk di menutupi burungnya dengan tangan. Terus
terjadilah percakapan seperti iniAnak kecil: Lagi ngapain bang? Yang di tutupi itu apa bang?
Pemabok: iya dik ini burung nuri, aku tutupi biar tidak kepanasan.
Anak kecil: O gitu yah kata anak kecil menerusklan mainan mobil mobilan yang barusan di belikan ibunya.
Si pemuda meneruskan minumnya sampai ia beber bener teller dan tidak sadarkan diri. Ketika dia terbangun dia berasakan panas sekali di bagaian burungnya.
Pemabuk: Haloo saya ini di mana kenapa di pangkal paha saya panas sekali?
Suster: anda di rumah sakit mas.
Pemabok: di rumah sakit enapa denganj saya kenapa saya di bawa kerumah sakit?
Suster: Anda mengalami kejadian yang sangat mengerikan. Ada anak kecil yang mengira burung anda burung nuri. Karena anak kecil ini belum pernah punya burung nuri, burung anda di mainin. Ketika burung di mainin ehh dia meludah. Anak kecil itu marah di ludahin sama burung nuri. Dia bakar burungnya terus dua telur dekat burung nuri itu di pukul dengan dua batu sampai pecah. Jadi anda sekarang kehilangan burung nuri dan kehilangan telur anda.
Pemuda: langsung step kejang kejang.
BUS DAMRI DAN LIFT HOTEL.
Di ceritakan ada dua irang pemuda dari kampong yang be;lum pernah ke ibu kota sama sakelai. Kedua pemuda ini bernama Bejo dan Gimo. Bejo dan Gimo akan mengikuti test kerja di sebuah perusahaan tambanG, Mereka apply posisi sebagai sopir. Mereka sudah terbiasa nyupir mobil pak haji di kampung untuk mengantar sayur ke pasar. Mereka ingin punay gaji besar, untuk itu mereka memutuskan ikut test kerja di Jakarta.
Berbekal seadanya mereka naik kereta ke ibu kota. Sampainya di ibu kota mereka menuju hotel tempat mereka akan mengikuti test kerja. Bejo dan parmin mumutuskan untuk naik bisa Damri double decker alias tingkat.
Bejo: Gimo kita naik ke atas aja di bawah banyak orang. Mereka naik ke atas.
Gimo: enak di sini penumpangnya Cuma sedikit.
Bejo: iya enak di sini ( Bis damri mulai berjalan)
Bejo: Mo aku ngeri mo ayo kitav turun aja masak bis enggak ada yang nyopir bisa berjalan sendiri.
Gimo: Iya kita turun aja naik taski aja.
Mereka akhirnya naik taksi menuju hotel tenpat test kerja di lakukan. Ketika mereka sampai hotel, mereka clingukan maklum belum pernah masuk hote besa. Di tanyalah sama satpam jotel yang tinggi besar.
Satpam: Mas mas dari kampong yah, mau ketemu siapa mas?
Bejo: saya mau ikiut test perusahaan anu..
Satpam: o iya mas , mas lurus aja sebelah kiri ada lift, di lantai 11 belas yah.
Bejo dan parming clingukan menuju arah yang di tunjuk pak satpam.
Karena mereka masih bingung mereka beriri di lobi sambil ngeliatin lift.
Gimo: perasaanku enggak enak jo dengan pak satpam tadi. Mungkin dia mau mencelakakan kita.
Bejo: iya mo dari sorot matanya kayaknya dia curiga ma kita.
Gimo: mungkin kotak itu yang di namakan lift yah.
Bejo; betul itu ada tulisanya.
Gima: tapi jo,.. tadi aku masuk ada orang jawa, rambutnya hitam, matanya hitam kulitnya kuning masuk ke kotak itu. Stelah pintu di tutup tidah berapa lama orangnya kok jadi rambutnya pirang, matanya biru kulitnya putuh kaya orang belanda yah.
Gimo: betul jo aku juga liat. Pak satpam tadi mau mencelakai kita masak kita di susruh masuk kotak itu bisar berubah. Kita lari pulang aja yuk
Bejo: Ayo jangan sampai kita celaka kaya orang tadi.
ANITA NAIK BIS KOTA
Anita adalah seorang wanita karir yang bekerja di perusahaan asing di Jakarta. Pada suatu pagi dia melakukan kegiatan rutin, menunggu bis kota di halte bus kota. Seperti biasa Anita berpenampialn modis, celana petat dan atasan blazer menambah kesan professionalitas dari seorang wanita karir yang bernama Anita.
Ketika bis kota datang Anita mencoba naik ke bis kota. Karena rok nya terlalu ketat anita tidak bisa manikin satu kakinya ke bis kota. Menyadari ia manggunakan rok yang sangat ketat ia berusaha menurunkan restletingnya di belakang dengan maksud biar agak longer. Klau reslteling di kendurkan ia berharap ia bisa masuk ke bis kota dengan mudah. Percobaan pertama gagal, anita masih belum bisa naik, berati kurang turun sedikit lagi nih ia cuba lagi turunkan restleting roknya yang ada di belakan, tapi kok tetap tidak bisa yah. Tiba tiba ada sebuah tangan yang mendorongnya sampai ia terjungkal dan masuk ke bis kota. Anita tentu marah dong. Secara ini tindakan yang tidak sopan.
Anita: Hai jadi orang sopan dikit napa. Siapa tadi yang pegang pantat saya dan mendirong saya sampai terjungkal.
Seorang pemuda cengar cengir sambil berkata
Pemuda: mbak tuh yang enggak sopan, kita kan belum saling kenal masak mbak sudah berani pegang pegan restleting celana saya.
BURUNG DALAM SANGKAR.
Anton adalah serorang pekerja kantoran yang
sangat rajin. Sifat rajin dan kerja keras anton tidak hanya di akui oleh
atasanya saja tapi juga koleganya salut atas dedikasi kerja keras di
keseriousan anton dalam bekerja. Dalam 10 tahun terakhir anton bekerja ia tidak
prnah seharipun telat masuk kerja apalagi bolos kerja tidak pernah. Dalam keadaan
kurang sehatpun anton selalu memakakan diri untuk masuk kerja.
Selain pekerja keras anton adalah juga seotrang
penyayang biatang sejati. Ia merasa iba kalau ada orang menyakiti binatang.
Suatu pagi, anton berangkat kerja kesiangan dan terburu buru. Untuk iru ia
mengendarai mobilnya denga kencang. Karena kencangnya ia berkendara, Anton
sampai menabrak burung yang sedang terbang. Burung itu hamper mati nempel di
kaca depan mobil. Karena merasa iba, Anrol membawa burung itu pulang. Di
taruhnya dalam sangkar di kasih air. Anton berpikir jabis pingsan tentu burung
itu lapa dan haus. Sampai dua hari burung itu tetep pingsan.
Pada hari ketiga, burung itu siuman. Di depanya
ada roti dan air maka di makanya roti dan di minumnya air itu. Setelah ia
merasa sehat, iapun mo terbang tapi kok tidak bisa yah. Setelah melihat ke
sekeliling barulah ia sadar ternyata dia dalam sangkar burung besi. Sambil
meratapi diri dia berkata.
Ternyata saya kemaren menabrak orang berdasi itu,
dan sekarang polisi manaruh saya dalam jeruji besi. Pak polisi ampuni saya saya
tidak sengaja pak..
Cerpen cerita lucu memang sangat enak untuk di
baca. Cerpen cerita lucu bisa mengundang tawa. Bila anda masih ingin membaca
yang lucu lucu anda bisa membaca juga cerita humor lucu di tautan yang tersedia.
Juga baca cerita lucu penghilang stess di bab berikutnya. Untuk cerita yang
sedidkit serius untuk anak silahkan membaca cerita andak dan apabila anda
ingine membaca ceita nabi silahkan baca kisah nabi yang sudah di sediakan.
"PERSAHABATAN TIGA REMAJA"
Di sebuah desa terdapat tiga
remaja yang bersahabat sejak kecil. Rumah mereka saling berdekatan sehingga sering keluar bersama.
Saat di TK mereka berangkat ke sekolah bersama-sama. Bila salah satu belum
siap, yang lainnya akan sabar menunggu. Setelah mereka siap, baru berangkat
bersama-sama.
Ketiga remaja itu bernama Ali, Dedy, dan Eka.
Tetapi Eka lebih tua satu tahun dari Ady dan Dedy. Saat Eka kelas 1 SD, Ady dan
Dedy masih di TK. Walaupun berbeda kelas mereka tetap menjaga persahabatan
diantara mereka. Setelah pulang sekolahpun mereka tetap bermain besama
teman-teman yang lain. Tiga sahabat ini sanat suka bermain sepak bola setiap
hari, mereka kumpul di lapangan tepat pukul 03.00 sore.
Bersama teman - teman yang lain mereka mengumpulkan
uang untuk membeli bola plastik yang harganya Rp 3.500. Setelah mereka
mendapatkan bola, Eka, Adi, dan Dedy mulai bermain dengan semangat hingga
menjelang magrib. Mereka pulang ke rumah masing - masing untuk mandi dan
mempersiapkanuntuk berangkat ke musholla dekat rumah mereka. Saat azan tiba,
mereka berangkat bersama – sama hingga pulangnyapun mereka juga bersama - sama.
Sebelum pulang mereka menyempatkan untuk ngobrol sebentar, walaupun mereka
masih mempunyai PR.
Hampir setiap hari mereka berkumpul bersama, apalagi
saat hari libur. Mereka bisa bermain sampai lupa waktu dan larut malam. Sampai
- sampai Dedy dimarahi ibunya. Dedy kena marah gara - gara pulang terlalu
malam. Hari demi hari mereka lalui bersama dengan penuh canda dan tawa.
Ketika Eka naik ke SMP, Adi dan Dedy berada di
kelas 6 SD. Mulai sejak itu mereka bertiga jarang bermain dan keluar bersama.
Eka jadi jarang keluar rumah karena ia mulai serius dengan pelajaranya, tetapi
Adi dan Dedy menyadari bagaimana kesibukan yang dialami Eka. Di kelas 6 SD ini,
Adi dan Dedy masih bisa bermain bersama, tetapi mereka merasa kurang puas
karena tidak hadirnya Eka.
Saat Adi dan Dedy naik ke SMP, mereka pisah
sekolah. Sehingga mereka tidak bisa kumpul bersama lagi. Ketiga remaja ini
memilikisekolah yang berbeda, dan mereka sudah tidak bisa bermain bersama lagi
karena pulangnya sore hari. Mereka sudah lelah searian sekolah, jadi lebih
memilih istirahat di rumah. Tiga sahabat ini menekuni pelajaranya masing –
masing. Dengan belajar giat dan rajin mereka berharap mendapat nilai yang
terbaik. Jadi mereka tidak memiliki waktu luang sedikitpun untuk bermain
bersama. mereka lebih memlih bermain dengan teman – teman di sekolahnya.
DI sekolahnya Dedy mendalami permainan sepak bola,
dengan mengikuti sebuah SSB. Sedangkan Adi lebih memilah untuk mengembangkan
ilmunya, untuk itu ia mengikuti KIR. Sedangkan Eka yang lebih tua satu tahun
dari mereka lebih mereka mengembangkan agamanya, sehingga ia mengikuti BDI. Ia
menjadi remaja yang alim, rajin mengaji dan sholat ke masjid. Saat tiga sahabat
itu di SMA mereka melanjutkan keahliannya ke ekskul masing – masing. Mereka
memilih kegiatan yang tidak jauh beda dari SMP. Sekarang mereka menjdi individu
yang lebih dewasa dari sebelumnya, dan tidak memikirkan bermain bersama lagi,
Adi lebih memilih bermain computer di rumah.
Saat ini bertepatan dengan hari bulan Ramadan,
sehingga mereka dapat berkumpul kembali. Bukan untuk bermain tetapi untuk
sholat tarawih bersama. Saat mereka bertemu awalnya terasa canggung karena
sudah tidak akrab lagi seperti dulu. Tapi lama – kelamaan mereka kembali akrab
seperti dulu, seperti saat mereka bermain bersama.Mereka juga suka tadarus
bersama hingga larut malam. Eka mengingatkan Adi dan Dedy untuk menambah amal
kebaikan di bulan Ramadan ini, agar mendapat limpahan pahala dari Allah SWT.
Jadi sekarang mereka berkumpul lagi bukan untuk bermain, tetapi untuk berbagi
ilmu untuk menambah pahala.
Tiga remaja itu juga menjalani puasa dengan kusuk
dan sabar. Mnahan lapar dan haus dengan menjalani ibadah yang lain dengan baik.
Mereka merasa bahagia karena merasa dirinya diberi rahmat dan rizki yang tiada
hentinya dari Allah SWT. Saat idul fitri tiba mereka berangkat untuk solat idul
fitri bersama teman – teman yang lain dan takbir dengat penuh semangat. Seusai
sholat ied mereka mendengarkan ceramah dari khotib.
Setelah
selesai mendengarkan ceramah mereka bertiga keliling desa untuk saling
bermaafan. Sebelum itu, mereka bermaafan dengan keluarga masing – masing dan
kemudian mereka bertiga bermaafan. Mereka saling memaafkan dan membuang rasa
benci yang pernah ada. Ketiga remaja itu berpindah dari satu rumah ke rumah
yang lain, dan banyak mendapat suguhan. Karena mereka sudahbdewasa mereka tidak
mendapat THR dari teangg, padahal idul fitri sebelumnya mereka mendapat banyak
sekali. Tetapi mereka tetap senang dengan ramadhan kali ini, karena telah
membawa persahabatan mereka kembali seperti dulu.
SANDALKU
RAIB
Rudi dan Andi adalah sahabat yang
sangat dekat, kemanapun dan dimanapun mereka selalu berdua. Seperti kata
pepatah, dimana ada gula di situ pasti ada semut, dimana ada Rudi disitu pasti
ada Andi.
Suatu sore Andi curhat sama Rudi.
“Hari ini aku bener-bener kesal banget Rud”, tutur Andi kepada Rudi.
“Emangnya kenapa And?”. Tanya
Rudi kepada Andi.
Dengan sedikit menggerutu Andi
menjawab pertanyaan Rudi, “Tadi siang aku sholat jum'at berjama'ah di masjid
Sabilul Khoir di sebelah rumahku. Aku berangkat ke masjid memakai sandal yang
baru kubeli di mall bareng kamu minggu lalu, ta....”. Dia berhenti bicara
karena terpotong omongan Rudi.
“Emang kenapa dengan sandalmu
And?”, sahut Rudi karena merasa penasaran dengan cerita Andi.
“Waktu aku mau pulang, sandal
yang ku pakai waktu berangkat ke masjid itu sudah raib entah kemana. Setelah
lama kucari, tetap gak ada, yach... akhirnya kuputuskan untuk menunggu sampai
semua jama'ah sholat jum'at pulang. Aku berfikir mungkin sandalku tertukar sama
sandal milik orang lain. Setelah semuanya pulang, yang tersisa hanya tinggal
sepasang sandal usang, dan yang menyedihkan lagi salah satunya udah berlubang.
Mau gimana lagi..., akhirnya dengan terpaksa sandal itu ku pakai dan kubawa
pulang, itung-itung dibanding pulang gak pakai sandal”. Jawab Andi dengan muka
agak kusut.
Sembari menahan tawa, Rudi bilang
pada Andi, “Hmm... kalau gitu... minta aja pertanggung jawaban sama pak ustadz
yang tadi siang jadi khotib di masjid”.
Dengan sedikit bingung Andi
bertanya pada Rudi, “kok bisa gitu Rud?”.
Sambil tertawa Rudi menjawab,
“Disetiap khutbah sholat jum'at, pak ustadz selalu menyerukan kepada para
jama'ah untuk mengambil yang baik-baik dan tinggalkan yang jelek-jelek. Mungkin
orang yang mengambil sandalmu itu mengikuti apa yang dikatakan pak ustadz”.
Mereka tertawa terbahak-bahak.
NAIK LIFT
Icha adalah salah satu karyawan
hotel berbintang lima di Surabaya. Suatu hari dia mendapat telepon dari Fitri,
teman masa kecilnya dan merekapun terlarut dalam obrolan hangat. Setelah
beberapa lama mengobrol, mereka mempunyai ide untuk bertatap muka secara
langsung guna melepas kerinduan diantara mereka. Karena Icha sangat sibuk
dengan pekerjaanya dan tak bis meninggalkannya sedetikpun, mereka memutuskan
untuk bertemu di tempat Icha bekerja yaitu di hotel Saturnus lantai 10 blok 01.
Singkat
cerita, Fitri menuju hotel Saturnus. Sesampainya di lantai satu, Fitri kembali menelepon
Icha.
Fitri : Hallo... Cha... sekarang aku sudah berada di lantai satu, tolong
jemput aku yach!
Icha : Kamu langsung naik aja ke lantai sepuluh, liftnya disebelah
resepsionis.
Fitri : Aku gak berani naik sendirian, aku kan orang asing di hotel ini,
entar aku dikira orang jahat lagi!. Jemput aku dong, please...
Icha : Ya... okelah!. Tunggu bentar, jangan kemana-mana!.
Setelah
beberapa saat menunggu, batang hidung Icha muncul juga dan Icha mengajak
temannya itu untuk naik ke lantai sepuluh.
Icha : Aku heran sama kamu sekarang!.
Fitri : Emang kenapa dengan aku Cha?.
Icha : Dulu, waktu di sekolah, kamu kan cewek paling pemberani diantara
yang lain, sampai-sampai kamu dijuluki cewek superman. Kok sekarang mau nemui
aku aja minta dijemput segala!.
Fitri : (sambil berbisik dan sedikit menahan tawa), Jujur aja Cha...,
sebenarnya aku itu gak tau cara menggunakan lift...!.
Icha : Hah....!!!???
GAPNET
Suatu hari Bu Evi, guru Bahasa
Inggris di SMU Harapan Makmur, memberi tugas siswa kelas sepuluh IPA untuk
mencari sebuah artikel di internet yang membahas tentang flora dan fauna. Tugas
itu dikerjakan secara berkelompok dan setiap kelompok akan dipilih secara acak.
Setelah dilakukan pengacakan terbentuklah beberapa kelompok dan setiap
kelompoknya terdiri dari 3 orang.
Salah
satu kelompok dari beberapa kelompok yang ada adalah kelompok III yang terdiri
dari Novi, Ani dan Ria. Mereka bertiga sepakat berbagi tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas dari Bu Evi. Secara kebetulan Novi bertugas untuk mencari
artikel di internet, Ani bertugas menterjemahkan artikel kedalam bahasa
Indonesia dan Ria bertugas untuk mengetik, mencetak dan mengumpulkan artikel
tersebut ke Bu Evi.
Sepulang sekolah, mereka bertiga
berjalan bersama. “Nov..., jangan lupa yach..., kamu cari artikel di
internet!”, tutur Ani kepada Novi.
“Tenang aja, semua pasti beres!”,
jawab Novi dengan meyakinkan. Tetapi dalam hati dia sangat bingung. Jangankan
internet, komputer saja Novi masih belum mahir mengoperasikannya.
Karena terpaksa, sore itu Novi memberanikan
diri untuk pergi ke warnet untuk melaksanakan tugasnya. Sesampainya di warnet,
dia langsung duduk menghadap sebuah komputer dan mengotak-atiknya.
Satu jam telah berlalu, keringat
dingin telah membasahi Novi, karena selama itu dia belum lakukan apa-apa, hanya
otak atik mouse dan keyboard. Dengan menahan rasa malu, Novi memberanikan diri
untuk bertanya kepada Mbak yang sedang jaga warnet. “Permisi Mbak..., boleh
tanya!. Gimana ya... cara membuka internet itu?”.
“Lho... selama satu jam itu kamu
ngapain aja?”, Mbak itu balik bertanya kepada Novi.
“Aku cuman otak atik mouse ama
keyboard aja, nggak ada yang lain!”, jawab Novi sembari menahan rasa malu yang
semakin besar.
Mendengar jawaban tersebut, Mbak
itu terkejut dan sambil menahan tawa dia berkata, “Ya sudahlah..., nggak
apa-apa, nanti kuajarin bagaimana caranya!”.
Seketika wajah Novi nampak lega
karena ada yang mau berbaik hati mengajari bagaimana cara berinternet.
Singkat cerita, Mbak penjaga
warnet tersebut beralih profesi menjadi guru kursus kilat belajar internet.
Esoknya Novi bertemu Ani dan Ria
di sekolah. Kemudian Novi menceritakan pengalamannya di warnet kemarin. Setelah
mendengar cerita tersebut, spontan saja mereka berdua tertawa. Tiba-tiba saja
Ani menyahut, “Bentar-bentar..., aku mau ngomong nih. Jujur aja yach..., waktu
pembagian tugas kemarin, aku berharap enggak kebagian tugas mencari artikel di
internet, soalnya aku juga gapnet alias gagap internet, ha... ha... ha..”.
Spontan saja Novi bertanya,
“Hah..., An... kamu juga gapnet ta?, kalau kamu Ria?”.
Sambil menahan tawa dan
menundukkan kepala Ria menjawab, “Aku juga gapnet!”.
“ha.. hhaa... hhhaaa...!.”.
KANTOR
POLISI
Pada suatu hari Fadli mendapat
SMS dari Fani, pacarnya. Di SMS tersebut Fani bilang “Yang, skrng aq sdng d
kntr polisi, smua bukti n saksi tlh mengarh kpd q, polisi tlh mengintrogasiku,
aq takut, stlh bbrp lm akhrny...”. Tanpa berpikir panjang Fadli mengambil motor
di garasinya dan langsung tancap gas menuju kantor polisi.
Sampai di kantor polisi, ternyata
gadis pujaannya itu sama sekali tak terlihat batang hidungnya. Karena Fadli
adalah anak yang sangat pemalu dan lugu, dia tidak berani bertanya kepada pak
polisi yang sedang berjaga di kantor tersebut.
Setelah beberapa lama
mondar-mandir di tempat tersebut, akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya
kepada pak satpam yang sedang jaga di pintu gerbang. “Pak, boleh numpang
tanya!, sejak tadi ada gak cewek yang di tahan di kantor ini?”.
“Waduh... saya gak tau mas, di
sini saya hanya bertugas untuk mengatur kendaraan yang keluar masuk dari tempat
ini”, jawab pak satpam kepada Fadli.
“Kalau gitu, makasih pak!”, sahut
Fadli.
Mendengar jawaban dari pak
satpam, Fadli mempunyai inisiatif untuk menelepon pacarnya tersebut. “Hallo...
Say, kamu ada dimana?, kucari ke kantor polisi kok gak ada?, gimana keadaan
kamu?, katanya kamu ditahan di kantor polisi?”, ucap Fadli dengan sedikit
merasa cemas.
Sambil tersenyum dia mencoba
menenangkan kekasihnya, “Yang, sekarang aku sedang di rumah, aku baik-baik aja
kok!”.
“Terus yang kirim SMS ke aku itu
siapa?”, tanya Fadli kepada Fani.
“Oh... SMS itu, kamu pasti belum
baca isi semua SMS dariku itu!. baca lagi donk!”, tukas Fani.
Fadli terdiam.
“Udah gitu aja yach... nanti
pulsa kamu habis. Udah yach... dah sayaaang...”, Fani kemudian menutup hand
phonenya.
Fadli masih bingung!. Lalu dia
membuka SMS itu lagi dan membacanya. Beberapa saat kemudian dia tertawa sendiri
karena tahu isi lengkap SMS tersebut adalah, “Yang, skrng aq sdng d kntr
polisi, smua bukti n saksi tlh mengarh kpd q, polisi tlh mengintrogasiku, aq
takut, stlh bbrp lm akhrny aq dpt srt tilang, d srt tu trtls anda dinyatakan
bebas krn semua bukti n saksi menyatakan bahwa anda adalah wanita yg cantik
menawan hati”.
Dalam hati Fadli berkata “Ternyata aku orang begok
yach...!”.
INTERISTI
SEJATI
Karena tidak mempunyai tiket
untuk menonton pertandingan secara langsung, seorang interisti, julukan bagi
suporter fanatik Inter Milan mencoba memasuki stadion dengan cara memanjat
tembok stadion Geusepe Meaza untuk melihat derbi klasik antara AC Milan vs
Inter Milan. Setelah berhasil memasuki stadion, dia melihat satu tempat duduk
belum terisi dan disebelahnya duduk seorang Kakek yang dengan tenang menunggu
dimulainya derbi itu. Interisti yang belakangan diketahui bernama Francisco Tapanuli
itu kemudian mendatangi si Kakek dan bertanya kepadanya, “Permisi Kek, apakah
tempat duduk di sebelah anda ini memang kosong atau ada orang lain yang akan
menempatinnya tetapi belum datang kesini?”.
Kakek yang memakai kaos bermotif
garis biru hitam, (Seragam tim Inter Milan) lengkap dengan syal bertuliskan
Internazionale Milano itu menjawab, “Tempat duduk ini memang kosong!. Kalau mau
anda boleh menempatinya!”.
“Terima kasih Kek!”, jawab
Fransisco sambil duduk di sebelah Kakek itu. “Ngomong-ngomong, kenapa anda
menonton pertandingan ini sendirian?”, lanjut Francisco.
“Selama lebih dari 20 tahun, saya
bersama istri saya tak pernah sekalipun melewatkan derbi antara Inter Milan vs
AC Milan, dan biasanya dia duduk di tempat duduk yang sedang anda tempati
sekarang”, jawab si Kakek.
“Terus, dimana istri anda
sekarang Kek?”, tanya Francisco dengan penasaran.
Dengan memandang ke wajah
Fancisco Kakek menjawab, “Dia sudah meninggal dunia!”.
Mendengar jawaban Kakek,
Francisco berkata, “Oh... Maaf Kek. Saya turut berbelasungkawa atas
meninggalnya istri anda”.
“Terima kasih!”, tutur si Kakek.
Francisco dan Kakek terdiam.
Beberapa saat kemudian Francisco
kembali bertanya kepada si Kakek, “Kenapa anda tidak mengajak kerabat yang lain
untuk menonton pertandingan ini?”.
“Sekarang mereka semua sedang
sibuk!”, jawab Kakek.
“Sibuk apa mereka Kek?”,
Francisco bertanya lagi.
Dengan tenang si Kakek menjawab,
“Mereka sedang menghadiri pemakaman istri saya”.
Francisco, “...!!!”, (dalam hati
dia berkata, “Bener-bener Interisti Sejati”).
LAUT = ISTIRAHAT
Pak Ujang adalah salah satu warga kota Bandung yang
kini tinggal di kota Surabaya. Selama delapan tahun ini dia tinggal di Surabaya
bersama sang istri tercinta yang kebetulan asli orang Surabaya.
Seperti pada hari-hari sebelumnya, dia melewati
aktifitas hariannya dengan bekerja di salah satu perusahaan swasta yang
terletak di Surabaya Timur. Sampai suatu sore dia mengalami kejadian yang
menggelikan karena selama delapan tahun tinggal di Surabaya dia baru tahu kalau
laut (bahasa jawa), dalam bahasa Indonesia berarti istirahat.
Jam dinding telah menunjuk pukul 4 sore, waktunya Pak
Ujang beserta karyawan yang lain untuk pulang dari tempatnya bekerja.
Sesampainya didepan pintu gerbang perusahaan, ia dihampiri seorang pemuda yang
mencoba bertanya kepadanya. “Permisi Pak, nderek tangglet, satpame sampun laut
to pak?, tanya pemuda tadi yang diketahui bernama Jono. (Dalam bahasa Indonesia
berarti “Permisi Pak, mau tanya, apakah satpamnya sudah beristirahat?”).
“Sanes Mas, satpame sakeng angkatan darat”, jawab Pak
Ujang. (Artinya “Bukan Mas, satpamnya berasal dari angkatan darat”, karena
mengira kalau arti dari pertanyaan Si Jono adalah “Permisi Pak, mau tanya,
apakah satpamnya dari angkatan laut?”).
Mendengar jawaban tersebut, Jono menjadi bingung.
Dalam benaknya Jono berfikir mungkin suaranya kurang lantang sehingga Bapak
tersebut kurang mendengar pertanyaannya. Kemudian dia kembali bertanya “Satpame
wes laut to Pak?”. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Apakah satpamnya
sudah beristirahat?”).
Pak Ujang kembali menjawab, “Sanes Mas, Satpame ndugi
angkatan darat”. (Yang artinya “Bukan Mas, Satpamnya dari angkatan darat”).
Mendengar jawaban itu Jono merasa sedikit kesal,
kemudian dia memutuskan kembali bertanya dengan memakai Bahasa Indonesia.
“Paak...!, apakah satpam di sini sedang beristirahat?”, tanya si Jono.
“Ya..., bener Mas. Satpam disini sedang beristirahat.
Memangnya Mas ada perlu apa?”, jawab Pak Ujang yang kembali bertanya kepada
Jono.
“Paman saya, namanya Pak Arif adalah salah satu satpam
di perusahaan ini. Saya ingin menemuinya karena ada keperluan keluarga yang
sangat penting yang ingin saya sampaikan kepadanya”, jawab Jono.
“Anda langsung aja ke bagian informasi yang terletak
di gedung A lantai satu”, tutur Pak Ujang sambil menunjuk salah satu gedung
yang berwarna biru.
“Terima kasih atas bantuannya Pak”, lanjut si Jono
sambil melangkahkan kaki ke gedung A. Pak Ujang pun kembali menghidupkan
motornya dan lansung tancap gas menuju rumah.
Sesampainya di rumah, Pak Ujang langsung menceritakan
peristiwa tadi kepada istrinya. Spontan saja istrinya tertawa mendengar cerita
dari sang suami. Lalu si istri bilang sama sang suami “Mas iku yo’opo seh...,
lek dek bahasa Indonesia, laut iku...., artine istirahat”. (Dalam bahasa
Indonesia
berarti “Mas itu gimana sih..., kalau di Bahasa Indonesia, laut itu
artinya istirahat”).
Spontan aja Pak Ujang tersenyum menahan malu mendengar
penjelasan dari sang istri. Dalam hatinya dia berkata “Saya ini sudah delapan
tahun di Surabaya, kok saya baru tahu kalau laut itu berarti istirahat”.
DOA UNTUK AYAH
Bulan
Januari tahun lalu,tepatnya tahun 2012,dengan sejuta bahagia yang menggebu-gebu
bapak dan mama’ku berangkat kejantung kota Indonesia,Jakarta.Meski tidak dengan
pesawat,mereka datang dengan binar bahagia,demi sang cucu pertama mereka yang
lahir diBulan Desember 2011.
Dua minggu berada disana,mereka
harus pulang karena aku jatuh sakit dan terpaksa dibawa kedokter,dokter bilang
ada masalah dengan ginjalku,meski hingga kini aku tak percaya itu.Meski
kebahagiaan mereka mungkin terusik,aku cukup senang bisa bertemu dengan mereka
yang benar-benar kurindukan,karena belum pernah sebelumnya mereka pergi sejauh
itu dan selama itu.
Seperti biasa,orangtuaku menjalani
rutinitas mereka diladang kami yang tak terlalu luas.Bapakku,yang baru saja
menjadi penanam jeruk pemula ekstra bekerja lebih melihat jeruk-jeruknya mulai
di tumbuhi ilalang.
Mungkin Karena terlalu lama
rehat selama natal dan tahun baru,kondisi ayah yang bekerja terlalu banyak
menjadi menurun.Dia sakit,dan tangan kirinya mati rasa.Dia mulai berhenti
bekerja,dan istirahat dirumah.Berangsur-angsur,penyakit itu semakin parah,dan
bahkan ia mulai tak bisa berjalan.
Aku mulai menagis,ketika berapa
bulan darinya,bapak tak lagi bisa menggerakkan kaki kirinya.Therapy,obat
tradisional hingga dokter dijalani.Tapi hasilnya semakin buruk.
Idak
bisa bekerja,karena tak ada yang merawat bapak.Semuanya berubah menjadi
sulit.Semua kegiatan dilakukan bapak ditempat tidur.
Untunglah,kami punya banyak
keluarga yang sejak bapak meninggal,setiap hari ada saja yng datang menjenguk
bapak.Itu membuat kami merasa tak sendirian,ternyata ada banyak orang yang
peduli terhadap kami.
Bahkan,saat aku mengikuti
campsis bersama perkantas di Sibolangit selama 4 hari,ada rasa khawatir yang
luar biasa untuk meninggalkan mama menurus bapak sendirian,karena kakakku
selalu aibuk bekerja.
Unutngnya lagi,aku juga punya
abang yang selalu peduli dan ikut dalam banyak upaya pengobatan bapak.Bahkan
diawal bapak sakit,dan aku sangat down,aku merasa beruntung ketika perwakilan
sahabt-sahabatku datang ahkan teman-teman dari gerja,dan kelompok koor mama di
gereja juga.
Kini,setahun tepat bapak
terbaring lemah ditempat tidur,tepatnya sejak Februari 2012.Setelah bapak
sakit,semuanya berubah.Tak ada lagi sosok yang dullu penuh perhatian,dan mugkin
bisa dihitung berapa kali ia memarhai kami,sangat jarang.Ia juga selalu
mengusahakan permintaan kami anak-anaknya,apa lagi itu berhubungan dengan
sekolah.
Tapi sekarang,ia hanya bisa
berdiam diri dirumah.Ia selalu sendirian,tak ada yang bisa menemaninya.Aku
harus keseolah,mama’ harus bekerja,kakak jugaSementara bapak tak bisa
kemana-mana.Aku tahu,ia hidup dalam penjara”Sepi”.
Kini,ketika aku akan meninggalkan
bangku SMK,aku justru panik dan takut.Sosoknya tak lagi bisa menemaniku,bahkan
aku tak bisa leluasa share kemana aku setelah tamat.
Aku juga tak bisa leluasa
meminta pada mama’ untuk kuliah,melihat kondisi ekonomi dan kesehatan
keluargakuKini aku hanya berharap bisa masuk PTN Negeri dikota ini,agar tak
terlalu membebani mama yang kini berjuang sendirian.
Dulu aku tak terlalu merasakan
apa itu pengorbanan seorang ayah.Tapi,setelah bapak sakit,aku benar-benar
mengerti bahwa ia punya banyak andil dalam hidupku.Dia adalah pahlawan dalam
keluargaku.
Lekaslah sembuh ayah,tidakkah
engkau ingin berlari memelukku ketika nanti aku berhasil??Mana janjimu untuk
menemaniku untuk berjuang hingga aku sukses??Jika tahun-tahun lalu engkau
menemaniku mendaftar disekolah baru,bagaimana dengan tahun ini??Bapa-ku yang
disorga,tolong sembuhkan Bapakku yang ada didunia.Amin…..
No comments:
Post a Comment