1. Masa Kabinet Mohammad Natsir
Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh
partai Masyumi.
Perdana Menteri : Mohammad Natsir (Partai Masyumi).
Tanggal Pelantikan : 07 September 1950 - 21 Maret 1951
Tokoh terkenal dalam kabinet :
Perdana Menteri : Mohammad Natsir (Partai Masyumi).
Tanggal Pelantikan : 07 September 1950 - 21 Maret 1951
Tokoh terkenal dalam kabinet :
1)
Sri
Sultan Hamengkubuwono IX
2)
Mr.
Asaat
3)
Ir.
Djuanda
4)
Prof.
Dr. Soemitri Djojohadikoesoemo
Program-program :
- Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Konstituante.
- Mencapai konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan serta membentuk peralatan negara yang kuat dan daulat.
- Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
- Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan bekas – bekas anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat.
- Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya.
- Mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi pelaksanaan ekonomi nasional yang sehat.
- Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha – usaha meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat.
- Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha – usaha meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat.
- Pelaksanaan program industrialisasi (Rencana Sumitro).
- Pembentukan DPRD.
Keberhasilan
:
1)
Di
bidang ekonomi, ada Sumitro Plan yang mengubah ekonomi kolonial ke ekonomi
nasional.
2)
Indonesia
masuk PBB.
3)
Berlangsung
perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah
Irian Barat.
Masalah-masalah :
1)
Pada
penerapan Sumitro Plan, pengusaha nasional diberi bantuan kredit, tetapi
bentuan itu diselewengkan penggunaannya sehingga tidak mencapai sasaran.
2)
Upaya
memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu
(kegagalan).
3)
Timbul
masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh
wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA,
Gerakan RMS.
4)
Seringnya
mengeluarkan Undang Undang Darurat yang mendapat kritikan dari partai oposisi.
Kegagalan :
1)
Kegagalan
kabinet dalam menyelesaikan masalah Irian Barat.
2)
Adanya
Mosi tidak percaya dari PNI tentang pencabutan peraturan pemerintah mengenai
DPRD dan DPRDS, Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga mandat kabinet harus
dikembalikan kepada Presiden.
2. Kabinet Sukiman
Kabinet ini merupakan kabinet koalisi
antara partai Masyumi dan partai PNI.
Perdana Menteri : Sukiman Wiryosanjoyo (Partai Masyumi).
Tanggal Pelantikan : 27 April 1951 - 3 April 1952
Program-program :
Perdana Menteri : Sukiman Wiryosanjoyo (Partai Masyumi).
Tanggal Pelantikan : 27 April 1951 - 3 April 1952
Program-program :
1)
Menjamin
keamanan dan ketentraman.
2)
Mengusahakan
kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan
kepentingan petani.
3)
Mempercepat
persiapan pemilihan umum.
4)
Menjalankan
politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah
RI secepatnya.
Keberhasilan :
Terjadi
perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, dari program
Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk
menjamin keamanan dan ketentraman.
Masalah :
1)
Adanya Pertukaran
Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta
Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Dimana dalam Mutual Security Act (MSA)
terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan
memperhatiakan kepentingan Amerika. Tindakan tersebut dipandang telah melanggar
politik luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok
barat.
2)
Adanya
krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap
lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
3)
Masalah
Irian Barat belum juga teratasi.
4)
Hubungan
Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan
pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan.
Kegagalan :
Muncul
pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik
dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa
Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.
3. Kabinet Wilopo
Kabinet ini adalah zaken kabinet (kabinet yang terdiri dari para
pakar yang ahli dalam biangnya).
Perdana Menteri : Mr. Wilopo
Tanggal Pelantikan : 3 April 1952 – 3 Juni 1953
Program-Program :
Perdana Menteri : Mr. Wilopo
Tanggal Pelantikan : 3 April 1952 – 3 Juni 1953
Program-Program :
1)
Program
dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD),
meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan
keamanan.
2)
Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan
Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta
menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
Tidak
memiliki prestasi yang baik
Masalah :
1)
Adanya
kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang
eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
2)
Terjadi
defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih
setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk
mengimport beras.
3)
Munculnya
gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa.
Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat
ke daerah yang tidak seimbang.
4)
Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952, yang merupakan upaya pemerintah
untuk menempatkan TNI sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang
dikalangan partai politik sebab dipandang akan membahayakan kedudukannya.
Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan
Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan keamanan di Sulawesi Selatan.
5)
Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai bentrokan antara aparat kepolisian
dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur
(Deli) karena sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan pengusaha
asing untuk kembali ke Indonesia dan memiliki tanah-tanah perkebunan.
Kegagalan :
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya
dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus
mengembalikan mandatnya pada presiden.
4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I
Kabinet ini merupakan koalisi
antara PNI dan NU.
Perdana Menteri : Mr. Ali Sastroamidjojo
Tanggal Pelantikan : 31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955
Program-Program :
Perdana Menteri : Mr. Ali Sastroamidjojo
Tanggal Pelantikan : 31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955
Program-Program :
1)
Meningkatkan
keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.
2)
Pembebasan
Irian Barat secepatnya.
3)
Pelaksanaan
politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4)
Penyelesaian
Pertikaian politik.
Keberhasilan :
1)
Persiapan
Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29
September 1955.
2)
Menyelenggarakan
Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Masalah :
1)
Menghadapi
masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII
di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
2)
Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 yaitu suatu peristiwa yang
menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Masalah TNI –AD yang merupakan
kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf
AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh kabinet.
3)
Keadaan
ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan
gejala membahayakan.
4)
Memudarnya
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
5)
Munculnya
konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik
kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai
lainnya.
Kegagalan :
NU
menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam
kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
5. Kabinet Burhanuddin Harahap
Perdana Menteri : Burhanuddin Harahap
Tanggal Pelantikan : 12 Agustus
1955 – 3 Maret 1956
Program-program:
- Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
- Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru.
- Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi.
- Perjuangan pengembalian Irian Barat.
- Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Keberhasilan:
- Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
- Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
- Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.
- Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
- Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.
Masalah
:
Banyaknya
mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan.
Kegagalan
:
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin
dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap
kabinet sehingga cabinet pun jatuh.
6. Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet
ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Perdana
Menteri : Ali Sastroamidjojo
Tanggal
Pelantikan : 20 Maret 1956 – 4 Maret 1957
Program yang disebut sebagai "Rencana Pembangunan Lima
Tahun" :
1)
Perjuangan
pengembalian Irian Barat.
2)
Pembentukan
daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3)
Mengusahakan
perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4)
Menyehatkan
perimbangan keuangan negara.
5)
Mewujudkan
perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan
rakyat.
Program Pokok :
1)
Pembatalan
KMB.
2)
Pemulihan
keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar
negeri bebas aktif.
3)
Melaksanakan
keputusan KAA.
Keberhasilan :
Mendapat
dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari
periode planning and investment,
hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Masalah :
1)
Berkobarnya
semangat anti Cina di masyarakat.
2)
Muncul
pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan.
3)
Memuncaknya
krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan
pembangunan di daerahnya.
4)
Pembatalan
KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal
pengusaha Belanda di Indonesia. Sehingga muncullah peraturan yang dapat
melindungi pengusaha nasional.
5)
Timbulnya
perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamijoyo menyerahkan
mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa mengembalikan
mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.
Kegagalan
:
Mundurnya
sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan
mandatnya pada presiden.
7. Kabinet Djuanda
Kabinet
ini adalah zaken kabinet (kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya). Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang
Dasar pengganti UUDS 1950 dan terjadinya perebutan kekuasaan antara partai
politik.
Perdana
Menteri : Ir. Djuanda
Tanggal
Pelantikan : 9 April 1957 - 5 Juli 1959
Program-
program yang disebut "Panca Karya" :
1)
Membentuk
Dewan Nasional.
2)
Normalisasi
keadaan Republik Indonesia.
3)
Melancarkan
pelaksanaan Pembatalan KMB.
4)
Perjuangan
pengembalian Irian Jaya.
5)
Mempergiat/mempercepat
proses Pembangunan.
Keberhasilan :
- Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial.
- Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden se bagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi te rpimpin.
- Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah.
- Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.
Masalah :
1)
Kegagalan
Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat
yang menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya
pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
2)
Keadaan
ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit
dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
3)
Terjadi
peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden
Sukarno di depan Perguruan Cikini pada tanggal 30 November 1957 dan menyebabkan
keadaan negara semakin memburuk karena mengancam kesatuan negara.
Kegagalan :
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
No comments:
Post a Comment