Makalah adalah salah satu jenis karya tulis
yang bersifat ilmiah dengan pembahasan permasalahan tertentu
berdasarkan hasil kajian teori atau kajian lapangan.
Umumnya
pembuatan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas tertentu seperti tugas
akademik maupun tugas non-akademik.
Sebuah
makalah dapat sebagai sarana
informasi, demonstrasi dan pemahaman penulis tentang pokok
permasalahan yang dikaji oleh penulis dalam menerapkan suatu prosedur,
prinsip, atau teori yang berhubungan dengan masalah tertentu. Selain itu,
makalah bukan sebuah rangkuman namun sebagai sarana untuk menunjukkan
kemampuan pemahaman terhadap isi dari berbagai sumber yang digunakan untuk
memecahkan suatu masalah.
Berikut contoh makalah PAI tentang : Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman
MAKALAH PAI
Tentang :
SEMUA BERSIH HIDUP JADI NYAMAN
Disusun oleh :
Ketua :
|
Andri Hermawan
|
Anggota :
|
Ayu Ropipah Sopiyani
Siti Hasna fauziyah
Galih Purnamasari
Nanang Koswara
Dinar Sunarya
|
Kelas :
|
VII C
|
SMP ..................................................
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG..................................................................... 1
B. RUMUSAN
MASALAH ................................................................ 1
C. TUJUAN........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Bersuci Dari Hadas ........................................................................ 2
B.
Macam-macam
Thaharah................................................................ 3
C.
Pengertian
thaharah......................................................................... 4
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ..................................................................................... 7
B.
Saran ............................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia
harus terlebih dahulu bersuci atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang
bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah
termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena diantaranya
syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan
sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari
najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang)
yang kotor dan najis sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan cara
bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat menjalankan ibadah.
B. Rumusan
masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan pengertian?
2. Sebutkan
pembagian thaharah?
3. Sebutkan
macam-macam air dan pembagiannya?
4. Benda apa
sajakah yang najis?
5. Sebutkan
pembagian najis?
6. Bagaimana
cara-cara bersuci dari hadas dan najis?
C. Tujuan
1. Ingin
mengetahui tentang thaharah.
2. Ingin
mengetahui pembagian thaharah.
3. Ingin
mengetahui macam-macam air dan pembagiannya.
4. Ingin
memahami benda-benda yang menyebabkan najis.
5. Ingin
mengetahui pembagian najis.
6. Memahami
cara-cara bersuci dari hadas dan najis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
thaharah
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan
bersuci dari segala kotoran, baik yang nyata seperti najis, maupun yang tidak
nyata seperti aib. Menurut istilah para fuqaha’ berarti membersihkan
diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu dan bertayammum. (Saifuddin
Mujtaba’, 2003:1)
Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi
dan tayammum. Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di
badan, tempat dan pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai
berikut:
a. Alat bersuci
seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara)
bersuci.
c. Macam dan
jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang
wajib disucikan.
e. Sebab-sebab
atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:
"Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati
mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS.
2:222)
Adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:
a. Menghilangkan
najis.
b. Berwudlu.
c. Mandi.
d. Tayammum.
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika
tidak ada air maka tanah, batu dan sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti
air.
a. Macam-macam air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh
macam:
1. Air hujan.
2. Air sungai.
3. Air laut.
4. Air dari
mata air.
5. Air sumur.
6. Air salju.
7. Air embun.
b. Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :
1.
Air mutlak (air yang suci dan
mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak bercampur dengan sesuatu
yang lain.
2.
Air musyammas (air yang suci
dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan), yaitu air yang dipanaskan
dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3.
Air musta’mal (air suci
tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah digunakan untuk bersuci.
4.
Air mutanajis (air yang najis
dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan benda najis atau yang
terkena najis.
B. Macam-macam Thaharah
a. Bersuci dari
dosa (bertaubat).
Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah
ruhaniah, juga sebagai metode mensucikan diri dari dosa-dosa yang besar
maupun yang kecil kepada Allah. Jika dosa yang dimaksudkan berhubungan dengan
manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta maaf kepada semua orang yang
disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara langsung jika
berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
Artinya :
“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan
bertaubat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu
sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada
setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling maka sungguh Aku takut
kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat)”.
Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah
taubat yang sesungguhnya. Ciri-cirinya adalah:
a.
Menyesal dengan perbuatan yang telah
dilakukan.
b.
Berjanji tidak akan mengulanginya.
c.
Selalu meminta ampunan kepada Allah
dan berzikir.
d.
Berusaha terus menerus untuk
memperbaiki diri dengan memperbanyak perbuatan baik dengan mengharap keridhoan
dari Allah SWT.
b. Bersuci
menghilangkan najis.
Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik
jiwa, benda maupun amal perbuatan. Sedangkan menurut fuqaha’ berarti
kotoran (yang berbentuk zat) yang mengakibatkan sholat tidak sah.
2.1 Benda-benda najis
a) Bangkai
(kecuali bangkai ikan dan belalang)
b) Darah
c) Babi
d) Khamer dan
benda cair apapun yang memabukkan
e) Anjing
f) Kencing dan
kotoran (tinja) manusia maupun binatang
g) Susu
binatang yang haram dimakan dagingnya
h) Wadi dan
madzi
i) Muntahan
dari perut
2.2 Macam-macam
najis
Najis dibagi menjadi 3 bagian:
1.
Najis mukhaffafah (ringan),
ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum pernah
makan sesuatu kecuali ASI.
Cara mensucikannya, cukup dengan memercikkan air ke
bagian yang terkena najis sampai bersih. Najis mutawassithah (sedang),
ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan binatang, kecuali air
mani.
Najis ini dibagi menjadi dua:
a.
Najis ‘ainiyah, ialah najis
yang berwujud atau tampak.
b.
Najis hukmiyah, ialah najis
yang tidak tampak seperti bekas kencing atau arak yang sudah kering dan
sebagainya.
Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang
semua sifatnya (bau, warna, rasa dan rupanya)
2.
Najis mughallazah (berat),
ialah najis anjing dan babi.
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda
najis itu, kemudian dicuci dengan air bersih 7 kali dan salah satunya dicampur
dengan debu.
2.3 Najis yang
dimaafkan
1)
Bangkai binatang yang darahnya tidak
mengalir seperti nyamuk, kutu, dan sebagainya.
2)
Najis yang sangat sedikit.
3)
Darah bisul dan sebangsanya.
4)
Kotoran binatang yang mengenai
biji-bijian yang akan ditebar, kotoran binatang ternak yang mengenai susu
ketika diperah.
5)
Kotoran ikan d dalam air.
6)
Darah yang mengenai tukang jagal.
7)
Darah yang masih ada pada daging.
C. Bersuci Dari Hadas
Hadas menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan
menurut syara’ adalah perkara yang dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh
sehingga menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya
tidak sah karenanya, karena tidak ada
sesuatu yang meringankan. Hadas dibagi menjadi dua :
1)
Hadas kecil, adalah perkara-perkara
yang dianggap mempengaruhi empat anggota tubuh manusia yaitu wajah, dua tangan
dan dua kaki. Lalu menjadikan sholat dan semisalnya tidak sah. Hadas kecil ini
hilang dengan cara berwudlu.
2)
Hadas besar, adalah perkara yang
dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu menjadikan sholat dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah. Hadas besar ini bisa
hilang dengan cara mandi besar.
WUDLU
1.
Pengertian Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan.
Sedangkan menurut istilah syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan
hadas kecil yang terdapat pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki
disertai dengan niat.
2.
Rukun Wudlu
Antara lain:
a.
Niat
b.
Membasuh
muka
c.
Membasuh dua
tangan sampai siku
d.
Mengusap
sebagian kepala
e.
Membasuh
kaki sampai mata kaki
f.
Tertib,
artinya urut.
3. Sunnah Wudlu
a.
Membaca basmallah
b.
Membasuh tangan sampai pergelangan
terlebih dahulu
c.
Berkumur-kumur
d.
Membersihkan hidung
e.
Menyela-nyela janggut yang tebal
f.
Mendahulukan anggota yang kanan
g.
Mengusap kepala
h.
Menyela-nyela jari tangan dan jari
kaki
i.
Megusap kedua telinga
j.
Membasuh sampai tiga kali
k.
Berturut-turut
l.
Berdo’a sesudah wudlu
4. Hal-hal yang
membatalkan wudlu
a.
Keluarnya sesuatu dari dua jalan
b.
Tertidur dengan posisi tidak duduk
yang tetap
c.
Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk
dan sebagainya)
d.
Tersentuh kemaluan dengan telapak
tangan
e.
Tersentuhnya kulit laki-laki dengan
kulit perempuan yang bukan muhrim dan tidak beralas
·
MANDI
1.
Pengertian
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya
mengalirkan alir pada apa saja. Menurut pengertian syara’ berarti meratakan air
yang suci pada seluruh tubuh disertai dengan niat. Pengertian lain ialah
mengalirkan air ke seluruh tubuh baik yang berupa kulit, rambut, ataupun kuku
dengan memakai niat tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya wajib dan ada yang
sunnah.
2.
Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi
besar/ mandi wajib)
a.
Hubungan suami istri
b.
Mengeluarkan mani
c.
Mati
d.
Haid
e.
Nifas
f.
Wiladah (melahirkan)
3.
Rukun mandi
a.
Niat
b.
Menghilangkan najis bila terdapat pada
badannya
c.
Meratakan air ke seluruh tubuh, baik
berupa rambut maupun kulit
4.
Sunnah mandi
a.
Membaca basmallah
b.
Berwudlu sebelum mandi
c.
Menggosok badan dengan tangan
d.
Menyela-nyela pada rambut yang tebal
e.
Membasuh sampai tiga kali
f.
Berturut-turut
g.
Mendahulukan anggota yang kanan
h.
Memakai basahan
·
TAYAMMUM
1.
Pengertian
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti
berwudlu atau mandi apabila berhalangan memakai air. (Imam Zarkasyi, 1995:20)
2.
Syarat tayammum
a.
Islam
b.
Tidak ada air dan telah berusaha
mencarinya, tetapi tidak bertemu
c.
Berhalangan mengguankan air,
misalnya karena sakit yang apabila menggunakan air akan kambuh sakitnya
d.
Telah masuk waktu shalat
e.
Dengan debu yang suci
f.
Bersih dari Haid dan Nifas
3.
Rukun tayammum
a.
Niat
b.
Mengusap muka dengan debu dari
tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan ke debu
c.
Mengusap kedua tangan sampai siku,
dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua
kali memukul.
d.
Tertib
4.
Sunnah tayammum
a.
Membaca basmallah
b.
Mendahulukan anggota kanan
c.
Menipiskan debu di telapak tangan
d.
Berturut-turut
5.
Hal-hal yang membatalkan tayammum
a.
Semua yang membatalkan wudlu
b.
Melihat air, bagi yang sebabnya
ketiadaan air
c.
Karena murta
·
ISTINJA’
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua jalan,
wajib istinja’ dengan air atau dengan tiga buah batu, yang lebih baik mula-mula
dengan batu atau sebagainya kemudian diikuti dengan air. (Sulaiman Rasjid,
1981:37)
Adab buang air:
a.
Sunnah mendahulukan kaki kiri ketika
masuk ke dalam kamar mandi, mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari kamar mandi.
b.
Tidak berbicara selama ada di dalam
kamar mandi.
c.
Memakai alas kaki.
d.
Hendaklah jauh dari orang sehingga
bau kotoran tidak sampai kepadanya.
e.
Tidak buang air di air yang
tenang.
f.
Tidak buang air di lubang lubang
tanah.
g.
Tidak buang air di tempat perhentian.
·
HIKMAH BERSUCI
1.
Thaharah termasuk tuntutan fitrah.
2.
Memelihara kehormatan dan harga diri
orang Islam.
3.
Memelihara kesehatan.
4.
Menghadap Allah dalam keadaan suci
dan bersih.
5.
Thaharah berfungsi menghilangkan
hadas dan najis juga berfungsi sebagai penghapus dosa kecil dan berhikmah
membersihkan kotoran indrawi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kebersihan yang sempurna menurut
syara’ disebut thaharah, merupakan masalah yang sangat penting dalam beragama
dan menjadi pangkal dalam beribadah yang menghantarkan manusia berhubungan
dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara yang
dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam menganjurkan manusia mandi
dan berwudlu. Walaupun manusia masih dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak
melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya yang mengharuskan berwudlu,
begitu juga dia harus pula membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan
mensucikannya karena kotoran itu sangat menjijikkan bagi manusia
B.
Saran
Dengan membaca bahasa diatas
hendaklah kita menuruti apa yang diperintahkan / dilakukan oleh nabi kita
Muhammad SAW.
No comments:
Post a Comment