Ini berisikan contoh-contoh Narrative Text yang terkumpul dari beberapa blog
The Origin of The Name “Singapore”
A hundred years ago there lived a
king named Nila Utama, King of Srivijaya. One day, the king went sailing
accompanied by his loyal bodyguards. Along the way, the hurricane came. The
guards begged the king to cancel his plan. "Sir, it is dangerous if we
continue the journey with this condition. It's better if we stop first to a
safer place. If I am not mistaken, there is a place nearby here named Tumasik
Island. “What if we stay there while waiting for a safer condition?" Said
the captain of the ship. The king approved this opinion. Their boat was docked
to Tumasik Island shortly afterwards.
Arriving on the island, King and
several bodyguards left the ship and looked around the island. When they're
looking around, suddenly an animal which was not far from them flashed. The
king was surprised and fascinated. The beast was so huge, looked dashing, and
was golden in color." What creature was that?" Asked the King to his
guards. "If i am not mistaken, people call it “Singa”, your
majesty," one of his bodyguards replied. "What?" Asked the King
to clarify. “Singa” replied the guard.
The king then asked more explanation
about the animal. Attentively, The King listened to all explanations from his
bodyguard about the animal. "Then, we give the name of this place “Singapore”.”Meaning:
The City of Lion which is derived from malay “Singa” (lion) and “Pura / Pore”
(City)". Since that time the town was named Singapore.
Asal Nama Singapura
Ratusan tahun yang lalu
hiduplah seorang raja bernama Nila Utama, Raja Sriwijaya. Pada suatu hari, Raja
pergi berlayar ditemani pengawal-pengawal setianya. Di tengah perjalanan, angin
topan datang. Para pengawal memohon agar raja membatalkan niatnya. “Tuan,
sungguh berbahaya jika kita meneruskan perjalanan dengan kondisi seperti ini. Lebih baik jika kita singgah dulu ke tempat yang lebih aman.
Kalau hamba tak keliru, ada tempat terdekat dari sini yang bernama Pulau
Tumasik. Bagaimana jika singgah di sana sembari menunggu kondisi yang lebih aman?” kata kapten kapal. Raja
menyetujui pendapat tersebut. Perahu mereka pun merapat ke Pulau Tumasik tak
lama setelah itu.
Sesampainya di pulau tersebut,
Raja dan beberapa pengawalnya meninggalkan kapal dan berkeliling melihat-lihat
pulau tersebut. Saat mereka sedang melihat-lihat sekeliling, tiba-tiba seekor
binatang berkelebat tak jauh dari tempat mereka. Raja terkejut dan terpukau.
Binatang itu sanagat besar, tampak gagah, dan berwarna keemasan. “Mahluk apakah
itu?” tanya sang Raja kepada para pengawalnya. “Kalau hamba tak salah,
orang-orang menyebutnya singa, Yang Mulia,” jawab salah seorang pengawalnya.
“Apa?” tanya sang Raja memperjelas. “Singa” jawab pengawal tadi.
Raja lalu meminta penjelasan
lebih banyak tentang biantang tersebut. Dengan penuh perhatian, Raja mendengarkan
semua penjelasan pengawalnya tentang binatang itu. “Kalau begitu, kita beri
nama tempat ini Singapura. Artinya: Kota Singa yang diperoh dari bahasa melayu “Singa” dan “Pura”. Sejak saat
itulah kota itu bernama Singapura.
===================================================================================
Roro Jonggrang
In ancient times, there were two neighboring kingdoms in Central Java. The
kingdoms were the Penging kingdom and the Baka kingdom. Pengging was fertile
and prosperous kingdom, ruled by Prabu Damar Maya. His son was Raden Bandung
Bondowoso (Bandawasa) who was mighty and powerful. While the Baka kingdom ruled
by a man-eating giant named King Baka.
To expand the kingdom, King Baka combated Pengging kingdom causing many
people killed and lost their wealth. In order to end the war, Prabu Damar Maya
sent his son to fight King Baka. Because of his power, Bondowoso managed to
kill King Baka.
Despite coming from a race of giants, King Baka had a beautiful daughter
named Rara Jonggrang. One day, Rara Jongrang was proposed by Bandung Bandawasa
who met her when the war happened. Knowing the fact that he had killed her
father, Roro Jonggrang didn’t want to marry him. But Bandung Bondowoso still
needed to marry her, whatever the obstacles would be. Then, to challenge him
Ratu Baka gave a task to Bandung Bandawasa. Ratu Baka told that he had to make
1000 temples in one night before he could marry to Roro Jonggrang.
Bandung Bandawasa then called the genies to help him and he made the
temples in unbelievable speed. Roro Jonggrang saw that the task was almost
completed, so she ordered her servants to help her hit the rice puncher and
made the sounds of cooking. These actions made the genies think that morning
had come so they run away as soon as possible. Bandung Bandawasa was angry with
Roro Jonggrang. He already finished 9999 temples, and when he was building the
1000th temple, he cursed Roro Jonggrang into a stone statue to fill the 1000
temples.
Roro Jonggrang
Pada jaman dahulu terdapat dua
kerajaan yang bertetangga di Jawa Tengah. Kerajaan tersebut adalah kerajaan
Pengging dan kerajaan Baka. Pengging adalah kerajaan yang subur dan makmur,
dipimpin oleh Prabu Damar Maya. Ia berputra Raden Bandung Bondowoso (Bandawasa)
yang gagah perkasa dan sakti. Sedangkan kerajaan Baka dipimpin oleh raksasa
pemakan manusia bernama Prabu Baka.
Untuk memperluas kerajaan,
Prabu Baka memerangi kerajaan Pengging yang mengakibatkan banyak rakyat
Pengging tewas dan kehilangan harta benda. Untuk mengakhiri perang, Prabu Damar
Maya mengirimkan putranya untuk menghadapi Prabu Baka. Karena kesaktiannya, Bandung
Bondowoso berhasil membunuh Prabu Baka.
Meskipun berasal dari ras
raksasa, Prabu Baka memiliki seorang putri cantik bernama Rara Jonggrang. Suatu
hari, Rara Jongrang dilamar oleh Bandung Bandawasa yang melihatnya saat perang
terjadi. Mengetahui fakta bahwa ia telah membunuh ayahnya, Roro Jonggrang tidak
mau menikah dengannya. Tapi Bandung Bondowoso masih tetap ingin menikahinya,
apa pun rintangan yang ada. Kemudian, untuk menantangnya Ratu Baka memberi
persyaratan ke Bandung Bandawasa. Ratu Baka diberitahu bahwa ia harus membuat
1000 candi dalam satu malam sebelum ia bisa menikah dengan Roro Jonggrang.
Bandung Bandawasa kemudian
memanggil jin untuk membantunya dan dia membuat candi dengan kecepatan luar
biasa. Roro Jonggrang melihat bahwa tugas itu hampir selesai, jadi dia
memerintahkan pelayannya untuk membantunya memukul tempat menaruh beras dan
membuat suara memasak. Tindakan-tindakan ini membuat jin berpikir pagi telah
datang sehingga mereka lari secepat mungkin. Bandung Bandawasa marah dengan Roro
Jonggrang. Dia sudah menyelesaikan 9999 candi, dan ketika ia membangun candi ke
1000, ia mengutuk Roro Jonggrang menjadi patung batu untuk mengisi candi ke
1000.
===================================================================================
Origin of
the Snail House
In ancient times, the snails
did not bring their home anywhere. In the beginning, snails lived in an
abandoned bird's nest in the trees. The night was warm and the day was cool
because the leaves shaded the nest where the snails lived. But when the rains
came, the leaves could no longer block the rain that fell. Snails caught cold
and wet when the rainy season arrived.
Then the snails moved into the
holes in the trunks of trees. When the day was hot, the snails were well
protected, even if it rained. It looked like that I had found a suitable home
for me, the snail said in his heart.
But on a sunny day, there came
a woodpecker. Tok..tok ... tok ... woodpecker kept pecking the trunks where the
snails lived. Snails became very distracted and could not sleep. With annoyed
heart, snails went out of the hole in the trunk and looked for a place to stay
next. Snails found a hole in the ground, which seemed to be warm when the night
came, thought snails. Snails cleaned up those holes and decided to stay in it.
But it turned out when the night came. The rats came from all directions to
damage the hole. Again and again, the snails had to leave the hole to find a
new home.
Snails then moved on to the
edge of the beach filled with coral reefs. He thought that the sidelines of the
corals might be his home. Snails could take a rest peacefully in this place.
But when the tide rose up to the top of the rock, snail was swept away along
with the surge of the waves. As usual, the snails had to go away to find a new
home. When he was walking away from the beach, the snail found an
empty shell. This shape was beautiful and very light. Being tired and cold,
snails went into the shell. Snails felt warm and comfortable then he slept in
it.
When the morning came, snails
realized that he had found the best home for himself. He did not need to go home
in hurry if it rained. He also would not get heat anymore, and no one would
bother him. He then brought it home with him wherever he went.
Asal Mula Rumah Siput
Pada zaman dahulu, siput tidak membawa
rumahnya kemana-mana. Awalnya siput tinggal di sarang
burung yang sudah ditinggalkan induk burung di atas pohon. Malam terasa hangat
dan siang terasa sejuk karena daun-daun menaungi sarang tempat siput
tinggal. Tetapi ketika musim hujan datang, daun-daun itu tidak bisa lagi
menghalangi air hujan yang jatuh. Siput menjadi basah dan kedinginan saat musimhujan tiba.
Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang-batang pohon. Jika
hari panas, siput terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun. Sepertinya
aku menemukan rumah yang cocok untukku, kata si siput dalam hati.
Tetapi pada suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk. Tok..tok…tok…burung
pelatuk terus mematuk batang pohon tempat siput tinggal.
Siput menjadi
terganggu dan tidak bisa tidur. Dengan hati jengkel, siput keluar dari lubang yang ada di batang pohon tersebut dan mencari tempat tinggal selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang
di tanah, yang nampaknya hangat jika malam
datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk
tinggal di dalamnya. Tetapiternyata ketika malam datang,
tikus-tikus datang dari segala arah merusak rumah siput. Lagi dan lagi, siput harus pergi meninggalkan lubang itu
untuk mencari rumah baru.
Siput kemudian berjalan terus sampai di tepi
pantai yang penuh dengan batu karang.Ia berfikir sela-sela batu karang mungkin dapat menjadi rumahnya. Siput pun
dapat beristirahat dengan tenang di tempat tersebut. Tetapi ketika air laut pasang
dan naik sampai ke atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan derasnya ombaktersebut. Seperti biasa, siput harus kembali pergi mencari rumah
baru. Ketika ia sedang berjalan meninggalkan
pantai, si siput menemukan sebuah
cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan. Karena lelah dan
kedinginan, siput masuk ke dalam cangkang tersebut. Siput merasa hangat dan
nyaman lalu tertidur di dalamnya.
Ketika pagi tiba, siput menyadari telah menemukan rumah terbaik untuknya. Ia tidak
perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun. Ia
juga tidak
akan kepanasan lagi, dantidak ada yang akan mengganggunya. Ia kemudian membawa rumah ini bersamanyakemanapun ia pergi.
===================================================================================
The Origin
of The Name “Balikpapan City”
According to folklore handed
down from generation to generation among the people of East Kalimantan, since
the 1700's the land of sand had already existed a system of royal government
which were very organized. Under the reign of the kingdom, the people lived in
prosperity. The kingdom led by a Sultan named Sultan Aji Muhammad. Sultan Aji
Muhammad had a daughter named Aji Tatin. Then the daughter got married to the
King of Kutai. To his father, Aji Tatin asked a legacy for her future. Sultan
Aji Muhammad then gave the bay area which had not been named.
One day, when the people
assigned to collect tribute to Aji Tatin were riding the boat, a powerful
hurricane came. Tributes from the people which they were carrying out at that
time were in form of boards which were in huge amounts. Feeling unable to fight
the storm, the rowers of the boat tried to move closer to the beach. However,
since the waves were very large and the storm, the boat slammed into a reef.
Tools for rowing were broken and the boat sank. The commander who led the group
and all of his men died.
Thus, according to the legend
or folklore from East Kalimantan, “Balikpapan” name was taken from an incident
when the boat containing the boards was upside down because of the storm. While
coral island which was hit by the boat until drowned is called “Pulau Tukung”
now.
Asal Muasal Nama “Kota
Balikpapan”
Menurut cerita rakyat yang diceritakan secara turun temurun di kalangan
masyarakat Kalimantan Timur, sejak tahun 1700 an di tanah Pasir sudah ada
sistem pemerintahan kerajaan yang sangat teratur. Di bawah pemerintahan
kerajaan tersebut, rakyat hidup sejahtera. Kerajaan
tersebut dipimpin oleh seorang Sultan bernama Sultan Aji Muhammad.
Sultan Aji Muhammad mempunyai seorang putri bernama Aji Tatin.Kemudian Putri tersebut menikah dengan Raja Kutai. Kepada ayahnya, Aji Tatin meminta
warisan untuk masa depannya. Sultan Aji Muhammad kemudian memberikan wilayah
teluk yang saat itu belum diberi nama.
Pada suatu hari, ketika orang-orang yang bertugas mengumpulkan upeti untuk
Aji Tatin sedang naik perahu, datanglah angin topan yang dahsyat. Upeti dari
rakyat yang sedang mereka bawa saat itu berupa papan yang sangat banyak. Karena
merasa tidak mampu untuk melawan badai, para pendayung perahu tersebut berusaha
merapat ke pantai. Namun, karena gelombang yang sangat besar dan angin topan
tersebut, perahu pun terhempas ke sebuah karang. Alat untuk mendayung pun patah
dan perahu pun karam. Panglima yang memimpin rombongan tersebut dan semua anak
buahnya meninggal.
Jadi, menurut legenda atau cerita rakyat Kalimantan Timur ini, nama
Balikpapan diambil dari kejadian saat perahu yang berisi papan terbalik karena
diterpa badai. Sedangkan pulau karang yang tertabrak oleh perahu hingga karam
kini dinamakan Pulau Tukung.
==================================================================================
The Origin of Lightening
Once upon a time fairies and humans lived together peacefully. One day,
Mekhala, a beautiful and clever elf, studied at Shie, a great hermit. Besides
Mekhala, Master Shie also had a male student named Ramasaur. In the process of
learning, the boy always envied Mekhala because Mekhala was very clever. But
Master Shie still loved both of his students without favoritism.
One day Guru Shie called and said to them, "Tomorrow, give me a cup
full of dew. Who is faster to get it, so it will be lucky for him/her. The dew
will be turned into a gem, who can grant every request. "Mekhala and
Ramasaur stunned for a moment to hear the command. Ramasaur imagined he would
ask for wealth and luxury after completing the task so that he could become the
richest man in the country. However Mekhala just thought out loud. Getting a
cup of dew in a short time is certainly not easy, Mekhala muttered in her
heart.
The next day, early in the morning, the disciples had been in the woods.
Ramasaur pulled weeds and other small plants sloppily. But the result was
disappointing. Dew that exists in plants was always spilled before it was
poured into the cup. Instead, Mekhala absorbed the moisture with a soft cloth
very carefully. She slowly squeezed the cloth and then inserted it into the
cup. The result was very encouraging. Soon her cup had been filled up with dew.
Mekhala saw Master Shie soon and gave his work.
Master Shie received it joyfully. Mekhala was indeed a clever pupil. As
promised, Master Shie transformed it into a gem as big as a thumb. "If you
want something, take up this gem equally to the forehead. Then say whatever you
want," Professor Shie said. Mekhala did whatever the teacher had taught,
then called her wishes. Instantly, Mekhala were in the blue sky. She hovered
like an eagle who was so beautiful.
Meanwhile, only at dusk Ramasaur managed to get a cup of dew. The result
was not as clear as that was collected by Mekhala. Then, Ramasaur handed the
cup dew on Master Shie hastily. "Although you are not quicker than
Mekhala, you will still get a gift on your effort," Master Shie said while
handing a magic axe made of silver. When the axe was thrown to the object, even
a mountain could be destroyed.
In fact, Ramasaur abused the axe. He was very jealous of the Mekhala that
could hover in the sky so beautifully. Ramasaur immediately threw the axe
toward Mekhala. Knowing there would be danger threatens, Mekhala fend off the
axe with the gem. The result was a violent clash and blinding light in the sky.
The clash continues until today, in form of a deafening explosion. People refer
it as "thunder".
Asal Mula Guntur
Dahulu kala peri dan manusia
hidup bersama dengan
damai. Suatu hari, Mekhala, si peri cantik dan pandai, berguru pada Shie,
seorang pertapa sakti. Selain Mekhala, Guru Shie juga mempunyai seorang murid
laki-laki bernama Ramasaur. Dalam proses belajar, murid laki-laki ini selalu
iri pada Mekhala karena Mekhala sangatlah pandai. Namun Guru Shie tetap
menyayangi kedua muridnya tanpa pilih kasih.
Suatu hari Guru Shie memanggil
dan berkata kepada mereka, “Besok, berikan aku secawan penuh air embun. Siapa
yang lebih cepat mendapatkannya, maka akan beruntunglah dia. Embun itu akan
kuubah menjadi permata, yang bisa mengabulkan segala permintaan.” Mekhala dan
Ramasaur tertegun sejenak mendengar perintah itu. Terbayang oleh Ramasaur ia
akan meminta harta dan kemewahan setelah menyelesaikan tugas tersebut sehingga
ia bisa menjadi orang terkaya di negerinya. Namun Mekhala justru berpikir
keras. Mendapatkan secawan air embun dalam waktu yang singkat tentulah tidak
mudah, gumam Mekhala di dalam hati.
Keesokan harinya, pagi-pagi
sekali, kedua murid itu telah berada di hutan. Ramasaur mencabuti rumput dan
tanaman kecil lainnya dengan ceroboh. Tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Air
embun yang ada pada tumbuhan-tumbuhan tersebut selalu tumpah sebelum dituang ke
cawan. Sebaliknya, Mekhala menyerap embun dengan sehelai kain lunak dengan
sangat hati-hati. Perlahan diperasnya kain tersebut lalu dimasukan ke cawan.
Hasilnya sangat menggembirakan. Tak lama kemudian cawannya telah penuh terisi
embun. Mekhala segera menemui Guru Shie dan memberikan hasil kerjanya.
Guru Shie menerimanya dengan
gembira. Mekhala memang murid yang cerdik. Seperti janjinya, Guru Shie mengubah
embun itu menjadi sebuah permata sebesar ibu jari. ” Jika kau menginginkan
sesuatu, angkatlah permata ini sejajar dengan keningmu. Lalu ucapkan apapun
keinginanmu,” ujar Guru Shie. Mekhala mengerjakan apa saja yang diajarkan
gurunya, lalu menyebut keinginannya. Dalam sekejap Mekhala telah berada di
langit biru. Melayang-layang seperti seekor rajawali yang indah sekali.
Sementara itu, baru pada senja
hari Ramasaur berhasil mendapat secawan embun. Hasilnya pun tidak sejernih yang
dikumpulkan oleh Mekhala. Kemudian, Ramasaur menyerahkan secawan embun tersebut
pada Guru Shie dengan tergopoh-gopoh. “Meskipun kalah cepat dari Mekhala, kau
akan tetap mendapat hadiah atas jerih payahmu,” kata Guru Shie sambil
menyerahkan sebuah kapak sakti yang terbuat dari perak. Bila kapak itu
dilemparkan ke sasaran, gunung pun bisa hancur.
Ternyata Ramasaur
menyalahgunakan kapak itu. Ia sangat iri melihat Mekhala yang bisa
melayang-layang di angkasa dengan begitu indahnya. Ramasaur segera melemparkan
kapak itu ke arah Mekhala. Karena mengetahui akan ada bahaya mengancam, Mekhala
menangkis kapak itu dengan permatanya. Akibatnya terjadilah benturan dahsyat
dan cahaya yang sangat menyilaukan di angkasa. Benturan itu terus terjadi
hingga saat ini, berupa gelegar yang memekakkan telinga. Orang-orang
menyebutnya sebagai “guntur”.
==================================================================================
The origins of Lampung City
In ancient times there were four brothers called Ompung Silamponga, Ompung
Silitonga, Ompung Silatoa, and Ompung Sintalaga who tried to escape from
Tapanuli to the southeast. They crossed the ocean by using rafts. Then, they
had been bobbing aimlessly on the sea for a couple of days so that their food
supplies dwindled. Once in a while, when they discovered a land, they stopped
to look for food and then continued the voyage.
Once, Ompung Silamponga fell ill. His condition was deteriorating day by
day. However, he remained determined to continue the journey. Meanwhile, his
three brothers were so tired that he decided to stop sailing.
Suddenly, a raft appeared while bobbing near their raft. The three siblings
who were healthy decided to separate ompung Silamponga. They carried his
brother who was seriously ill carefully to their newfound raft and pushed, so
that it was drifted away from them.
Ompung Silamponga was bobbed alone with his raft. His body became weak.
After a long time had been bobbing, his raft then hit a hard object. Then
Ompung Silamponga was awakened. He found himself already stranded on a
beautiful beach whose waves were not so huge. Somehow he felt that his body
became stronger and healthier. He then walked down the beach. He found a stream
with clear water around the coast. Then Ompung Silamponga thought to live in
that area.
After some time living in that area, Ompung Silamponga got bored. Then, he
went to explore the island. Ompung Silamponga explored a dense forest near the
island. Finally, he arrived at the top of a hill with beautiful views. Then he
could also know that there were people living at the foot of the hill. With a
feeling of joy, unconsciously he shouted loudly, "Lappung! Lappung!
Lappung!" (In Tapanuli language, lappung means “Wide”).
Shortly after that, Ompung Silamponga went down from the top of the hill
and opened a new settlement there. He gave the place a name
"Lappung". In fact, a group of people who lived so left behind stayed
also around the place. Ompung Silamponga established good relations with the indigenous
population. The longer the area was, it developed more. Ompung Silamponga spent
his life there until death.
“Lampung” is recognized to be derived from two things. First, from the
words shouted by Ompung Simaponga on the hill when it was first discovered that
area. Second, from a part of Ompung Silamponga name.
Asal Usul Kota Lampung
Pada zaman dahulu ada empat
bersaudara bernama Ompung Silamponga, Ompung Silitonga, Ompung Silatoa, dan
Ompung Sintalaga yang berusaha pergi menyelamatkan diri dari Tapanuli ke arah
tenggara. Mereka menyeberangi lautan dengan menggunakan rakit. Kemudian mereka
terombang-ambing tanpa arah di tengah laut berhari-hari sehingga persediaan
makanan yang semakin menipis. Sesekali ketika menemukan daratan, mereka singgah
untuk mencari bahan makanan dan kembali melanjutkan pelayaran.
Suatu ketika, Ompung
Silamponga jatuh sakit. Kondisinya semakin memburuk hari demi hari. Namun, ia
tetap bertekad meneruskan perjalanan. Sementara itu, kedua saudaranya telah
begitu letih sehingga memutuskan untuk berhenti berlayar.
Tiba-tiba, terlihat sebuah
rakit terombang-ambing di dekat rakit mereka. Ketiga bersaudara yang sehat itu
memutuskan untuk berpisah dengan Ompung Silamponga. Mereka menggotong
saudaranya yang sedang sakit parah tersebut dengan hati-hati ke rakit yang baru
mereka temukan dan mendorongnya, sehingga terbawa arus menjauh dari mereka.
Ompung Silamponga
terombang-ambing sendiri dengan rakitnya. Tubuhnya menjadi semakin lemah
sekali. Setelah sekian lama terombang-ambing, rakitnya kemudian menghantam
sebuah benda keras. Ompung Silamponga kemudian terbangun. Ia mendapati dirinya
sudah terdampar di sebuah pantai indah yang ombaknya tidak begitu besar. Entah
mengapa ia merasakan tubuhnya menjadi kuat dan sehat. Ia lalu berjalan menyusuri
pantai tersebut. Ia menemukan sebuah sungai dengan air yang jernih di sekitar
pantai tersebut. Kemudian Ompung Silamponga pun berpikir untuk tinggal di
daerah itu.
Setelah beberapa waktu tinggal
di daerah itu, Ompong Silamponga merasa bosan. Lalu, ia pergi menjelajahi pulau
tersebut. Ompong Silamponga menjelajahi sebuah hutan lebat di dekat pulau
tersebut. Akhirnya, sampailah ia di sebuah puncak bukit dengan pemandangan yang
sangat indah. Kemudian Ia juga bisa mengetahui bahwa ada penduduk yang tinggal
di kaki bukit tersebut. Dengan perasaan gembira, tanpa sadar ia pun berteriak
dengan keras, "Lappung! Lappung! Lappung!" (Dalam bahasa Tapanuli,
lappung berarti luas).
Tak lama setelah itu, Ompung
Silamponga turun dari bukit dan membuka perkampungan baru di sana. Ia memberi
nama tempat tersebut “Lappung”. Ternyata di sekitarnya, tinggal juga sekelompok
penduduk yang hidup sangat terbelakang. Ompung Silamponga menjalin hubungan
baik dengan penduduk asli tersebut. Semakin lama daerah itu semakin berkembang.
Ompung Silamponga menghabiskan hidupnya disana sampai meninggal dunia.
Nama Lampung diakui berasal
dari dua hal. Pertama, dari kata-kata yang diteriakkan Ompung Simaponga di atas
bukit ketika pertama kali menemukan daerah itu. Kedua, berasal dari sebagian nama
Ompung Silamponga.
==================================================================================
Origin of
Kota Bumi Lampung
In the past, in North Lampung
region, there lived a king named Tutur Jimat ruling justly and wisely. Tutur
Jimat was one of the descendants of the Queen Darah Putih. Because of his age,
he intended to hand over the power to his eldest son named Paniakan Dalem.
After receiving the mandate as his father's successor, Paniakan Dalem ruled
kingdom justly and wisely. People lived peacefully, quetly, and prosperously.
Shortly after that, Paniakan
Dalem married and endowed a son named Muhammad. The more prosperous the kingdom
was, the more descendants of Quen Darah Putih were there. Paniakan Dalem
started thinking about a way in order that royal descendants can always
remember their ancestors.
Until one day, the Prince came
to. He said, "Dad, I want to ask, who “Kuto Bumi” is ?" The King
replied, "Kuto Bumi” is our ancestor. She was a queen who ruled this area
in the past. We are all his descendants. From whom did you hear that
name?"
"Here, Dad, when I was
hunting and came to a village. People there introduced themselves and said that
they are the descendants of “Kuto Bumi”. Why do not we call it the area with
Kuto Bumi, Father? Thus, all people from this area can always remember their
ancestors” said Muhammad. Paniakan Dalem was so delighted to hear what his son
has said. He agreed to change the name of the area into “Kuto Bumi”.
As the time went by, the name
"Kuto Bumi" becomes "Kotabumi" which is now the capital
city of North Lampung.
Asal Mula Kota Bumi Lampung
Di masa lalu, di wilayah Lampung Utara, hiduplah seorang raja bernama Tutur Jimat yang
berkuasa dengan adil dan bijaksana. Tutur Jimat adalah salah satu keturunan
dari Ratu Darah Putih. Karena usianya yang sudah tua, ia bermaksud menyerahkan
kekuasaannya kepada anak tertuanya bernama Paniakan Dalem. Setelah menerima
mandat sebagai pengganti ayahnya, Paniakan Dalem memimpin kerajaan dengan adil
dan bijaksana. Rakyatnya hidup damai,tenteram, dan sejahtera.
Tak lama setelah itu, Paniakan Dalem menikah dan dikarunai seorang putra
yang diberi nama Muhammad. Semakin maju dan berkembang kerajaan tersebut, semakin banyak pula keturunan Ratu Darah Putih.
Paniakan Dalem mulai memikirkan sebuah cara agar keturunan kerajaan ini dapat
selalu mengenang leluhur mereka.
Sampai suatu ketika, Putra Mahkota datang menghadap. Ia berkata,"Ayahanda,
saya ingin bertanya, siapakah Kuto Bumi itu?" Sang Raja menjawab,
"Kuto Bumi adalah nenek moyang kita. Beliau adalah ratu yang pernah
memimpin daerah ini di masa lalu. Kita semua adalah keturunannya. Dari mana kau
dengar nama tersebut?"
"Begini, Ayahanda, kala itu aku sedang berburu dan sampailah di sebuah
kampung. Orang-orang di sana memperkenalkan diri mereka dan berkata bahwa mereka
adalah keturunan Kuto Bumi. Bagaimana kalau kita namakan saja daerah ini dengan
Kuto Bumi, Ayah? Dengan demikian, semua orang yang berasal dari daerah ini
dapat selalu mengenang leluhur mereka" kata Muhammad. Paniakan Dalem
sanagat gembira mendengar apa yang telah dikatakan putranya. Ia setuju
untuk mengubah nama daerah tersebut menjadi Kuto Bumi.
Seiring berjalannya waktu, nama “Kuto Bumi” menjadi “Kotabumi” yang kini
menjadi ibu kota Lampung Utara.
==================================================================================
The Peasant
in Heaven
Once, there was a poor pious peasant
who died and arrived before the gate of heaven. At the same time a very rich
lord came there. They both wanted to get into heaven.
Then the heaven’s door keeper
came with the key, opened the door, and let the great man in, but apparently
did not see the peasant, and shut the door again.
Then, the peasant outside
heard how the rich man was received in heaven with all kinds of rejoicing
things he got inside the heaven.
At length all became quiet
again, and the heaven’s door keeper came and opened the gate of heaven, and let
the peasant in.
The peasant, however, expected
that they would make music and sing when he went in to the heaven, but all
remained quite and quiet. He was received with great affection, it is true, and
the angels came to meet him, but no music and song for him.
Then the peasant asked the
heaven’s door keeper how it was that they did not sing for him as they had done
when the rich man went in, and said that it seemed to him that there in heaven
things were done with just as much partiality as on earth.
Finally, said the heaven’s
door keeper, “by no means, you are just as dear to us as anyone else, and will
enjoy every heavenly delight that the rich man enjoys, but poor fellows like
you come to heaven every day, but a rich man like this does not come more than
once in a hundred years.”
Petani di Surga
Pada masa lalu, ada seorang petani miskin yang saleh yang meninggal dan
telah tiba di dekat pintu gerbang surga. Pada saat yang sama seorang tuan yang
sangat kaya datang ke sana. Mereka berdua ingin masuk surga.
Kemudian penjaga pintu surga datang dengan membawa kunci, membuka pintu,
dan membiarkan orang kaya tadi masuk, tapi tampaknya tidak melihat petani tadi,
dan menutup pintu kembali.
Kemudian, petani yang berada di luar mendengar bagaimana orang kaya itu
diterima di surga dengan segala macam sukacita yang ia dapatkan di dalam surga.
Akhirnya semua kembali terdiam, dan penjaga pintu surga datang dan membuka
pintu gerbang surga, dan membiarkan petani itu masuk.
Bagaimanapun, Petani mengharapkan bahwa mereka akan membuat musik dan
bernyanyi ketika ia masuk ke surga, tapi semua tetap tenang. Dia diterima
dengan penuh kasih sayang, itu benar, dan para malaikat datang menemui dia,
tapi tidak ada musik dan lagu untuknya.
Kemudian petani itu bertanya kepada penjaga pintu surga itu mengapa mereka
tidak bernyanyi untuknya seperti yang mereka lakukan ketika orang kaya tadi
masuk, dan mengatakan bahwa ia merasa bahwa di surge ada hal-hal yang dilakukan
sama pilihkasihnya seperti yang ada di bumi.
Akhirnya, berkata sang penjaga pintu surge itu, "tidak berarti begitu,
Anda sama disayanginya oleh kita seperti orang lain, dan akan menikmati setiap
kenikmatan surgawi seperti yang orang kaya tadi nikmati, akan tetapi orang
malang seperti Anda datang ke surga setiap hari, tapi kaya Orang seperti dia
tidak datang lebih dari sekali dalam seratus tahun."
==================================================================================
Looking For
a Bride
There was once a young
shepherd who wanted very much to marry one of tripletssisters who were all equally
pretty. He found that it was difficult for him to make a choice, and he could
not decide to choose any one of them.
Then he asked his mother for
advice, and she said: “invite all of them, and set some cheese before them, and
watch the way they eat the cheese.”
One day, the man did what his
mom advised. The first girl of the triplets swallowed the cheese with the rind
on. The second girl hastily cut the rind off the cheese, but she cut it so
quickly that she left much good cheese with it and threw that away also. The
third girl peeled the rind off carefully, and cut neither too much nor too
little.
The shepherd told all these
facts to his mother. Considering the facts, his mom advised to choose the third
of the triplets as his wife. The man did what his mom advised and lived happily with her.
Mencari
Seorang Mempelai
Wanita
Di masa
lalu, pernah ada seorang penggembala muda yang sangat ingin menikah dengan
salah satu dari tiga saudara kembar perempuan yang semuanya sama-sama cantik.
Ia merasa sulit baginya untuk membuat pilihan, dan ia tidak bisa memutuskan
untuk memilih salah satu dari mereka.
Kemudian ia
meminta saran ibunya, dan ibunya berkata: "Undang mereka semua, dan
siapkan beberapa keju untuk mereka, dan lihat cara mereka memakan keju
tersebut"
Suatu hari,
lelaki itupun melakukan apa yang ibunya sarankan. Gadis pertama dari tiga
saudara kembar tersebut menelan keju dengan kulitnya. Gadis kedua buru-buru
memotong kulit dari keju, tapi dia memotongnya sangat cepat sehingga ia meninggalkan
banyak keju yang masih bagus dengan kulit tersbut dan lalu membuangnya juga.
Gadis ketiga mengupas kulit keju dengan hati-hati, dan memotong tidak terlalu
banyak atau tidak pula terlalu sedikit.
Gembala tersebut menceritakan semua
fakta ini kepada ibunya. Dengan mempertimbangkan fakta tersebut, ibunya
menyarankan untuk memilih kembar ketiga sebagai istrinya. Pria itu melakukan
apa yang ibunya sarankan dan hidup bahagia dengan dia
==================================================================================
THE
LAKE TOBA
A long time ago, there lived a young orphan farmer
in the northern part of the island of Sumatra. The area is very dry. Syahdan,
the young man lived from farming and fishing. One day he was fishing a fish so
beautiful. The color is golden yellow. So holding, the fish turned into a
lovely princess. The daughter of a woman who was condemned for violating a ban.
He will turn into a kind of creature that first touch. Therefore, human touches
it, it turns into a princess.
Fascinated by her beauty, the young farmer’s
daughter asked her to be his wife. The proposal is accepted on condition that
the young man would not tell its origin from the farmer ikan.Pemuda the terms
agreed. After a year, the couple blessed with a boy. He has a bad habit that is
never satiated. He ate all the food.
One day the boy was eating all the food from their
parents. The young man was very upset saying: “basic offspring of fish!” That
statement by itself isterinya.Dengan thus unlock the secrets of their promise
has been violated.
His wife and son disappeared mysteriously. The land
of their former footing springs. The water that flows from the spring
growing bigger and bigger. And being a vast lake. The lake is now called Lake
Toba.
Danau Toba
Pada jaman dahulu, hiduplah seorang
pemuda tani yatim piatu di bagian utara pulau Sumatra. Daerah tersebut
sangatlah kering. Syahdan, pemuda itu hidup dari bertani dan memancing ikan.
Pada suatu hari ia memancing seekor ikan yang sangat indah. Warnanya kuning
keemasan. Begitu dipegangnya, ikan tersebut berubah menjadi seorang putri
jelita. Putri itu adalah wanita yang dikutuk karena melanggar suatu larangan.
Ia akan berubah menjadi sejenis mahluk yang pertama menyentuhnya. Oleh karena
yang menyentuhnya manusia, maka ia berubah menjadi seorang putri.
Terpesona oleh kecantikannya,
maka pemuda tani tersebut meminta sang putri untuk menjadi isterinya. Lamaran
tersebut diterima dengan syarat bahwa pemuda itu tidak akan menceritakan
asal-usulnya yang berasal dari ikan.Pemuda tani itu menyanggupi syarat
tersebut. Setelah setahun, pasangan suami istri tersebut dikarunia seorang anak
laki-laki. Ia mempunyai kebiasaan buruk yaitu tidak pernah kenyang. Ia makan
semua makanan yang ada.
Pada suatu hari anak itu
memakan semua makanan dari orang tuanya. Pemuda itu sangat jengkelnya berkata:
“dasar anak keturunan ikan!”Pernyataan itu dengan sendirinya membuka rahasia
dari isterinya.Dengan demikian janji mereka telah dilanggar.
Istri dan anaknya menghilang
secara gaib. Ditanah bekas pijakan mereka menyemburlah mata air. Air yang
mengalir dari mata air tersebut makin lama makin besar. Dan menjadi sebuah
danau yang sangat luas. Danau itu kini bernama Danau Toba.
==================================================================================
Thumbelina
Once upon a
time, there was a kind woman who had no children, longed for a baby and would
often say, “How I would love to have a baby girl, even a tiny little one."
A beautiful fairy heard her wish one day, and gave her a little seed to plant
in a flowerpot. When the seed bloomed into a tulip, the woman saw a tiny,
beautiful girl inside, no bigger than her thumb. She decided to call her
Thumbelina. She was so small that she had a walnut shell for a bed and used
petals as a blanket. Then, an ugly toad fell in love with Thumbelina.
One
night when she was sleeping, he carried her off to his lily pad in a pond.
Thumbelina was very unhappy. A swallow was passing by and saw how sad she
looked, and said, “Come south with me to warmer lands." Young Thumbelina
flew away on the swallow’s back. They flew across the seas and came to a land
of sunshine. The swallow said, " This is my home. You can live in one of
the loveliest and biggest flowers." When Thumbelina stepped inside, she
found a handsome fairy, as tiny as her, in its heart. He was the son of the
king of flowers and he fell in love with Thumbelina. He asked her to marry him.
So Thumbelina became queen of the flowers and the two lived happily ever after.
Berikut
tadi contoh pertama mengenai narrative text jenis fairy stories. Bagaimana arti
dari cerita mengenai Thumbelina ini? Berikut ini arti dari narrative text
Thumbelina di atas.
Thumbelina
Dahulu kala, hiduplah seorang wanita baik
yang tidak bisa memiliki anak. Saking merindukan bayi dia pun sering berkata,
“Saya ingin sekali memiliki bayi perempuan, bahkan walau bayi itu sangat kecil
tubuhnya saya tetap ingin. ” Seorang peri cantik ternyata mendengar harapan
dari wanita ini. Sehingga di suatu hari, peri ini memberikannya sedikit benih
untuk ditanam dalam pot bunga.
Saat benih itu telah tumbuh menjadi tulip,
wanita itu melihat seorang gadis kecil yang cantik di dalamnya, gadis ini tidak
lebih besar tubuhnya dari ibu jarinya.
Oleh karena itu, ia pun memutuskan untuk
memanggilnya dengan nama Thumbelina. Karena tubuhnya yang begitu kecil, wanita
ini mengambil kulit kenari untuk tempat tidur Thumbelina dan menggunakan
kelopak bunga sebagai selimutnya. Tak disangka-sangka, katak jelek pun jatuh
cinta pada Thumbelina. Suatu malam ketika Thumbelina sedang tidur, dia di bawa
katak ke bak bunga bakung di kolam.
Thumbelina sangat tidak bahagia. Seekor
burung layang-layang lewat dan melihat betapa sedihnya Thumbelina, lalu ia pun
berkata, “Mari ikut ke selatan dengan saya ke tempat yang lebih hangat.”
Thumbelina pun ikut terbang menjauh di atas punggung burung layang. Mereka
terbang melintasi lautan dan sampai ke tanah yang cerah. Burung layang-layang
itu berkata, “Ini rumahku. Kamu bisa hidup di salah satu bunga terindah dan
terbesar.” Saat Thumbelina melangkah masuk, dia menemukan peri yang tampan,
sekecil dia, di dalam kelopaknya.
Dia adalah putra raja bunga dan dia jatuh cinta pada Thumbelina. Dia meminta Thumbelina untuk menikahinya. Jadi Thumbelina menjadi ratu bunga dan keduanya hidup bahagia selamanya
Dia adalah putra raja bunga dan dia jatuh cinta pada Thumbelina. Dia meminta Thumbelina untuk menikahinya. Jadi Thumbelina menjadi ratu bunga dan keduanya hidup bahagia selamanya
==================================================================================
The Goose and The Golden Eggs
Once a farmer went to the nest of his goose
and found there an egg, all yellow and shiny. When he picked it up, it was
heavy as a rock. 1 He was about to throw it away because he thought that
someone was playing a trick on him. 2 But on second thought, he took it home,
and discovered to his delight that it was an egg of pure gold!
He sold the egg for a lot of money. Every
morning the goose laid another golden egg, and the farmer soon became rich by
selling the eggs.
As he grew rich, he also grew greedy. 6 “Why
should I have to wait to get only one egg a day?” he thought. “I will cut open
the goose and take all the eggs out of her at once.”
When the goose heard the farmer’s plan, she flew away to a nearby farm. So when the farmer came out the next day, do you know what he found in the goose’s nest? 8 Nothing.
you might lose what you already have.
When the goose heard the farmer’s plan, she flew away to a nearby farm. So when the farmer came out the next day, do you know what he found in the goose’s nest? 8 Nothing.
you might lose what you already have.
Angsa dan Telur Emas
Suatu ketika seorang petani pergi ke sarang angsa dan menemukan
ada sebuah telur, warnanya kuning dan mengkilap. Ketika ia mengambilnya, telur
itu berat seperti batu. Dia hampir akan membuangnya karena ia pikir bahwa
seseorang sedang mengerjainya. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, ia membawanya
pulang dan menyadari bahwa itu adalah telur emas murni!
Dia menjual telur tersebut untuk uang yang sangat banyak. Setiap
pagi angsa tersebut bertelur telur emas yang lain, dan petani tersebut pun
menjadi kaya dengan menjual telur-telur tersebut.
Ketika ia menjadi kaya, ia juga tumbuh serakah. “Mengapa saya
harus menunggu untuk mendapatkan hanya satu telur sehari?” Pikirnya. “Saya akan
membelah angsa tersebut dan mengambil semua telur keluar dari tubuhnya sekaligus.”
Ketika angsa tersebut mendengar rencana petani itu, ia segera
terbang pergi ke sebuah peternakan lain di dekatnya. Jadi, ketika petani
tersebut keluar di hari berikutnya, kau tahu apa yang ia temukan di sarang
angsa itu? Tidak ada.
==================================================================================
The Ant and the Dove
One hot day, an ant was searching for some
water. After walking around for some time, she came to a spring. To reach the
spring, she had to climb up a blade of grass. While making her way up, she
slipped and fell into the water.
She could have drowned if a dove up a nearby tree
had not seen her. Seeing that the ant was in trouble, the dove quickly plucked
off a leaf and dropped it into the water near the struggling ant. The ant moved
towards the leaf and climbed up there. Soon it carried her safely to dry ground.
Not long after at that time, a hunter nearby
was throwing out his net towards the dove, hoping to trap it.
Guessing what he was about to do, the ant
quickly bit him on the heel. Feeling the pain, the hunter dropped his net. The
dove was quick to fly away to safety.
Semut dan Merpati
Semut dan Merpati
Suatu hari yang panas, semut sedang mencari
air. Setelah berjalan sekitar untuk beberapa waktu, dia tiba ke sebuah mata
air. Untuk mencapai air, dia harus memanjat rumput. Sementara membuat jalan ke
atas, dia terpeleset dan jatuh ke dalam air.
Dia bisa saja tenggelam jika merpati di sebuah pohon di dekatnya tidak melihatnya . Melihat bahwa semut itu dalam kesulitan, burung merpati cepat memetik daun dan menjatuhkannya ke dalam air dekat semut. Semut bergerak menuju daun dan naik di atas sana. Merpati segera membawanya dengan aman ke tanah kering. Semut sangat berterima kasih.
Dia bisa saja tenggelam jika merpati di sebuah pohon di dekatnya tidak melihatnya . Melihat bahwa semut itu dalam kesulitan, burung merpati cepat memetik daun dan menjatuhkannya ke dalam air dekat semut. Semut bergerak menuju daun dan naik di atas sana. Merpati segera membawanya dengan aman ke tanah kering. Semut sangat berterima kasih.
==================================================================================
The Fox and the Grapes
One afternoon a fox was walking through the
forest and spotted a bunch of grapes hanging from over a lofty branch. “Just
the thing to quench my thirst,” quoted the fox.
Taking a few steps back, the fox jumped and just missed the hanging grapes. Again the fox took a few paces back and tried to reach them but still failed.
Taking a few steps back, the fox jumped and just missed the hanging grapes. Again the fox took a few paces back and tried to reach them but still failed.
Short StoriesFinally, giving up, the fox
turned up his nose and said, “They’re probably sour anyway,” and proceeded to
walk away.
moral: it’s easy to despise what you cannot
have.
Rubah Dan Anggur
Suatu sore rubah sedang berjalan melalui hutan dan melihat anggur
tergantung dari lebih cabang yang tinggi. ” Itu memuaskan dahagaku, ” kata
rubah.
Mengambil ancang-ancang beberapa langkah, rubah melompat namun ia
gagal meraih buah anggur tergantung. Sekali lagi rubah mengambil beberapa
langkah kembali dan mencoba untuk menjangkau mereka tapi masih gagal.
Akhirnya rubah menyerah, rubah menutup berkata, ” Mereka mungkin
asam pula, ” dan terus berjalan pergi.
Pesan moral: mudah membenci apa karena tidak bisa memiliki.
==================================================================================
True Friends
Once upon a time, there were two close friends
who were walking through the forest together. They knew that anything dangerous
can happen any time in the forest. So they promised each other that they would
always be together in any case of danger.
Suddenly, they saw a large bear getting closer toward them. One of them climbed a nearby tree at once. But unfortunately the other one did not know how to climb up the tree. So being led by his common sense, he lay down on the ground breathless and pretended to be a dead man.
The bear came near the one who was lying on the ground. It smelt in his ears, and slowly left the place because the bears do not want to touch the dead creatures. After that, the friend on the tree came down and asked his friend that was on the ground, “Friend, what did the bear whisper into your ears?” The other friend replied, “Just now the bear advised me not to believe a false friend.”
Suddenly, they saw a large bear getting closer toward them. One of them climbed a nearby tree at once. But unfortunately the other one did not know how to climb up the tree. So being led by his common sense, he lay down on the ground breathless and pretended to be a dead man.
The bear came near the one who was lying on the ground. It smelt in his ears, and slowly left the place because the bears do not want to touch the dead creatures. After that, the friend on the tree came down and asked his friend that was on the ground, “Friend, what did the bear whisper into your ears?” The other friend replied, “Just now the bear advised me not to believe a false friend.”
Moral of the Story- A true friend in need is a
friend indeed.
Artinya
Suatu hari di masa lau, ada dua teman dekat yang berjalan melewati
hutan bersama-sama. Mereka tahu bahwa sesuatu yang berbahaya dapat terjadi
setiap saat di hutan. Jadi mereka saling berjanji bahwa mereka akan selalu
bersama-sama dalam keadaan bahaya sekalipun.
Tiba-tiba, mereka melihat beruang besar sedang semakin mendekat ke arah mereka. Salah satu dari mereka memanjat pohon terdekat seketika. Tetapi sayangnya satu yang lainnya tidak tahu bagaimana cara untuk memanjat pohon. Jadi terdorong oleh akal sehatnya, ia berbaring di tanah, menahan napas, dan berpura-pura menjadi orang yang sudah mati.
Beruang itu datang mendekati orang yang sedang berbaring di tanah tersebut. Mencium di telinganya, dan perlahan-lahan meninggalkan tempat karena beruang tidak ingin menyentuh makhluk yang sudah mati. Setelah itu, teman di pohon turun dan bertanya ke pada temannya yang berbaring di tanah itu, ” Teman , apa yang beruang bisikan ke telingamu ? ” Teman lain menjawab, “Tadi beruang itu menyarankan saya untuk tidak mempercayai teman palsu.”
Pesan Moral dari cerita:
Tiba-tiba, mereka melihat beruang besar sedang semakin mendekat ke arah mereka. Salah satu dari mereka memanjat pohon terdekat seketika. Tetapi sayangnya satu yang lainnya tidak tahu bagaimana cara untuk memanjat pohon. Jadi terdorong oleh akal sehatnya, ia berbaring di tanah, menahan napas, dan berpura-pura menjadi orang yang sudah mati.
Beruang itu datang mendekati orang yang sedang berbaring di tanah tersebut. Mencium di telinganya, dan perlahan-lahan meninggalkan tempat karena beruang tidak ingin menyentuh makhluk yang sudah mati. Setelah itu, teman di pohon turun dan bertanya ke pada temannya yang berbaring di tanah itu, ” Teman , apa yang beruang bisikan ke telingamu ? ” Teman lain menjawab, “Tadi beruang itu menyarankan saya untuk tidak mempercayai teman palsu.”
Pesan Moral dari cerita:
Seorang teman sejati yang kita butuhkan adalah teman yang
sebenarnya.
==================================================================================
Fox and A Cat
One day a cat and a fox were
having a conversation. The fox, who was a conceited creature, boasted how
clever she was. ‘Why, I know at least a hundred tricks to get away from our
mutual enemies, the dogs,’ she said.
‘I know only one trick to get
away from dogs,’ said the cat. ‘You should teach me some of yours!’
‘Well, maybe some day, when I
have the time, I may teach you a few of the simpler ones,’ replied the fox
airily.
Just then they heard the
barking of a pack of dogs in the distance. The barking grew louder and louder –
the dogs were coming in their direction! At once the cat ran to the nearest
tree and climbed into its branches, well out of reach of any dog. ‘This is the
trick I told you about, the only one I know,’ said the cat. ‘Which one of your hundred
tricks are you going to use?’
The fox sat silently under the
tree, wondering which trick she should use. Before she could make up her mind,
the dogs arrived. They fell upon the fox and tore her to pieces.
Moral: A single plan that works
is better than a hundred doubtful plans.
Terjemahan:
Suatu hari kucing dan rubah sedang bercakap-cakap. Rubah, yang
adalah makhluk sombong, membual tentang betapa pintarnya dia. “Kenapa, aku tahu
setidaknya seratus trik untuk menjauh dari musuh kita bersama, anjing,” katanya.
“Saya hanya tahu satu trik untuk menjauh dari anjing,” kata kucing. “Kamu harus mengajariku beberapa trik mu!”
“Yah, mungkin suatu hari, ketika saya punya waktu, saya mungkin mengajarkan kamu beberapa trik yang sederhana,” jawab rubah ringan.
Sesaat kemudian mereka mendengar gonggongan sekawanan anjing di kejauhan. menggonggong semakin keras – anjing datang menuju ke arah mereka! Seketika kucing berlari ke pohon terdekat dan naik ke cabang-cabangnya, di luar jangkauan dari setiap anjing. ‘Ini adalah trik saya katakan tadi, satu-satunya yang saya tahu, “kata kucing. ‘ mana salah satu dari seratus trik anda yang anda akan gunakan?’
Rubah duduk diam di bawah pohon, bertanya-tanya trik apa yang dia harus gunakan. Sebelum dia bisa mengambil keputusan, anjing tiba. Mereka menyergap rubah dan mencabik-cabiknya.
“Saya hanya tahu satu trik untuk menjauh dari anjing,” kata kucing. “Kamu harus mengajariku beberapa trik mu!”
“Yah, mungkin suatu hari, ketika saya punya waktu, saya mungkin mengajarkan kamu beberapa trik yang sederhana,” jawab rubah ringan.
Sesaat kemudian mereka mendengar gonggongan sekawanan anjing di kejauhan. menggonggong semakin keras – anjing datang menuju ke arah mereka! Seketika kucing berlari ke pohon terdekat dan naik ke cabang-cabangnya, di luar jangkauan dari setiap anjing. ‘Ini adalah trik saya katakan tadi, satu-satunya yang saya tahu, “kata kucing. ‘ mana salah satu dari seratus trik anda yang anda akan gunakan?’
Rubah duduk diam di bawah pohon, bertanya-tanya trik apa yang dia harus gunakan. Sebelum dia bisa mengambil keputusan, anjing tiba. Mereka menyergap rubah dan mencabik-cabiknya.
==================================================================================
Unity is Strength
Once upon a time, there were
some doves which were flying for searching some food led by their king. One
day, they had flown so long that they were very tired. The dove king then
forced them to fly a little further. The smallest dove flew faster and found
some rice scattered beneath a banyan tree. So all the doves landed and began to
eat.
All of sudden, a net fell over
them and all of them were trapped. They saw a hunter approaching them while
carrying a huge club. The doves desperately fluttered their wings trying to get
out soon, but they failed. Then the king had an idea, that he advised all the
doves to fly up together carrying the net with them fairly. He said that there
was strength in unity.
Each dove picked up a portion
of the net and together they flew off carrying the net with them. They were
flying high over hills and valleys together. They flew to a hill near a city of
temples in which there lived a mouse which could help them. He was a faithful
friend of the dove king.
The dove king called out him
and then the mouse was very happy to meet him again. The dove king explained
that they were in a big trouble because he and his friends had been caught in a
trap and needed his help to gnaw at the net and set them free from it.
The mouse agreed saying that
he began to cut the net and one by one all the doves were freed including the
dove king. Finally, all the doves thanked the mouse and flew away together,
united in their strength.
Moral: You
will be stronger if you work together.
Persatuan adalah Kekuatan
Pada suatu masa di masa lalu, ada beberapa merpati yang terbang untuk
mencari makanan dipimpin oleh raja mereka. Suatu hari, mereka telah terbang
begitu lama sehingga mereka sangat lelah. Raja merpati kemudian memaksa mereka
untuk terbang sedikit lebih jauh lagi. Merpati terkecil terbang lebih cepat dan
menemukan beberapa padi yang tersebar di bawah pohon beringin. Jadi semua
merpati mendarat dan mulai makan.
Tiba-tiba, jaring menjatuhi mereka semua dan mereka terjebak. Mereka
melihat seorang pemburu mendekati mereka sambil membawa pemukul besar. Merpati
dengan nekat mengepakkan sayap mereka mencoba untuk keluar segera, tetapi
mereka gagal. Kemudian raja mempunyai ide, ia menyarankan semua merpati terbang
bersama-sama membawa jaring dengan mereka kuat-kuat. Dia mengatakan bahwa ada
kekuatan dalam kesatuan.
Setiap burung merpati mengambil bagian dan mereka bersama-sama terbang
membawa jaring dengan mereka. Mereka terbang tinggi di atas bukit dan lembah
bersama-sama. Mereka terbang ke bukit dekat kota kuil di mana hidup seekor
tikus yang bisa membantu mereka. Dia adalah teman setia raja burung merpati.
Raja burung merpati memanggilnya dan kemudian si tikus pun sangat senang
bertemu dia lagi. Raja burung merpati menjelaskan bahwa mereka berada di
masalah besar karena ia dan teman-temannya telah terjebak dalam perangkap dan
membutuhkan bantuannya untuk menggerogoti net dan membebaskan mereka dari
jarring tersebut.
Si tikus pun setuju dan ia mulai memotong jarring tersebut dan satu per
satu lalu semua merpati dibebaskan termasuk raja merpati tersebut. Akhirnya,
semua merpati berterima kasih ke pada si tikus dan terbang bersama-sama,
bersatu dalam kekuatan mereka.
==================================================================================
The Hare and the Snail
The hare was once boasting of
his speed before the other animals in the forest. "I have never been
beaten yet so far when I put my full speed," he said. "I challenge
any one here to race with me," he said again arrogantly.
The
Tortoise said gently, "I accept your challenge hare."
"Are you joking?" asked the Hare; "I could dance round you all
the way during the race."
"Keep your boasting words until you've won," answered the Tortoise.
"Shall we race now?"
So a
course was fixed and a start was made not long after that. The Hare darted
almost out of sight at once, but soon stopped and then, to show his contempt
for the Tortoise, he lay down to have a nap. When the Hare awoke from his nap,
he saw the Tortoise just near the winning-post and he could not run up in time
to win the race.
Then
the Tortoise said: "Slow but steady progress wins the race."
Kelinci dan Siput
Suatu hari kelinci sedang membual tentang kecepatannya yang lebih cepat
dari hewan-hewan lain di hutan. "Saya belum pernah kalah sejauh ini ketika
saya menggunakan kecepatan penuh saya, " katanya. "Saya menantang
setiap hewan di sini untuk balapan dengan saya," katanya lagi dengan
angkuh.
Kura-kura berkata dengan lembut," Saya
menerima tantangan Anda kelinci. "
"Apa kau bercanda?" tanya kelinci;
" Saya bisa menari mengitari Anda di sepanjang jalan jalan saat
balapan."
"Teruslah Anda membual sampai Anda
menang," jawab si siput. "Bagaimana kalau kita balapan
sekarang?"
Kesepakatan telah ditetapkan dan awal lomba pun
dimulai tidak lama setelah itu. Kelinci melesat seketika hampir tidak terlihat,
tapi segera berhenti dan kemudian, untuk menunjukkan penghinaan terhadap siput,
ia berbaring untuk tidur siang. Ketika Kelinci bangun dari tidur siangnya, ia
mendapati kura-kura sedang mendekati pos kemenangan dan si kelinci tidak bisa
berlari dalam waktu sekejap untuk memenangkan perlombaan itu.
Kemudian Kura-kura mengatakan: "Lambat tapi
stabil untuk tetap maju memenangkan perlombaan."
==================================================================================
A Miser
One day there was a miser who
sold all that he had to buy a lump of gold. After buying the gold, he buried it
in a hole in the ground by the side of an old wall and went to look at daily.
One of his workmen realized his frequent visits to the spot and decided to
watch his movements secretly. He soon discovered the secret of the hidden
treasure and stole it. The next day the miser found the hole empty and began to
tear his hair and to make loud lamentations. A neighbor, seeing him overcome
with grief and learning the cause, said, "Pray do not grieve so.” “Then
take a stone, and place it in the hole, and fancy that the gold is still lying
there. It will do you quite the same service; because when you placed the gold
there, you had it not, as you did not make the slightest use of it."
Moral: The
worth of material wealth comes from what you do with it. If you do nothing with
it, it doesn’t mean anything.
Si Kikir
Suatu hari ada seorang kikir yang menjual seluruh harta miliknya untuk
membeli sebongkah emas. Setelah membelinya, emas tersebut dikuburkan dalam
sebuah lubang di tanah di sisi dinding tua dan ia mengunjunginya setiap hari.
Salah satu pekerja nya menyadari seringnya ia berkunjung ke tempat itu dan
memutuskan untuk melihat gerak-geriknya diam-diam. Dia kemudian menemukan
rahasia harta tersebunya tersebut dan mencurinya. Hari berikutnya si kikir
menemui lubang tersebut kosong dan mulai menjambak-jambak rambutnya dan
meratap-ratap. Seorang tetangga, melihatnya mengalami kesedihan dan mengetahui
penyebabnya, berkata, "Berdoalah jangan berduka begitu." "Lalu
ambillah sebuah batu, dan letakkan ia di dalam lubang, dan bayangkanlah bahwa
emas itu masih terbaring di sana. Benda ini akan melakukan hal yang sama
terhadap Anda; Karena ketika Anda menempatkan emas di sana, dan Anda tidak
memilikinya, karena Anda tidak memanfaatkan sedikitpun benda tersebut."
Moral: Nilai
kekayaan materi berasal dari apa yang Anda lakukan dengan benda tersebut
(manfaat apa yang anda dapatkan darinya). Jika Anda tidak melakukan apa-apa dengan
benda itu, maka iapun tidak berarti apa-apa.
==================================================================================
Fox and the Goat
Once upon a time there was a
fox that was roaming around in the dark. Unfortunately, he fell into a well
because of the darkness. He tried his best to come out but he failed. So, he
had no other alternative but to remain there till the next morning. The next
day, a goat came there. She peeped into the well and saw the fox inside.
“What are you doing there, Mr.
Fox?” the goat asked.
“I came here to drink
water. It is the best I have ever tasted. Come and see,” the sly fox replied.
Without thinking even for a
while, the goat jumped into the well to quench her thirst. Not long after that,
she realized her condition and looked for a way to get out. But just like the
fox, she also found herself helpless to come out from the well.
Then the fox said, “I have an
idea. You stand on your hind legs and I’ll climb on your head to get out. Then
I will help you come out too.” The goat was too innocent to understand the
trick played by the fox and did what the fox said.
While walking his way out, the
fox said, “If you had been intelligent enough, you would never have got in
without seeing how to get out.”
Moral: Look
before you leap. Do not just blindly walk in to anything without
thinking.
Rubah dan Kambing
Suatu hari ada rubah yang berkeliaran dalam gelap. Sayangnya, ia terjatuh
ke dalam sumur karena gelap. Dia mencoba usaha terbaik untuk keluar tapi ia
gagal. Jadi, ia tidak punya pilihan lain selain tetap di sana sampai keesokan
harinya. Keesokan harinya, seekor kambing datang ke tempat itu. Dia mengintip
ke dalam sumur dan melihat si rubah di dalam.
"Apa yang Anda lakukan di sana, Pak rubah?" Tanya kambing.
"Saya datang ke sini untuk minum air. Ini adalah air terbaik
yang pernah saya rasakan. Kemari dan lihatlah," jawab rubah menjebak.
Tanpa berpikir, bahkan untuk sementara waktu, kambing itu melompat ke dalam
sumur untuk memuaskan dahaganya. Tidak lama setelah itu, ia menyadari
kondisinya dan mencari cara untuk keluar. Tapi sama seperti rubah, ia juga tak
berdaya untuk keluar dari sumur tersebut.
Kemudian rubah berkata, "Aku punya ide. Anda berdiri di kaki belakang
Anda dan saya akan naik di kepala Anda untuk keluar. Kemudian saya akan
membantu Anda keluar juga." Kambing itu terlalu polos untuk memahami trik
yang dimainkan oleh rubah dan melakukan apa yang dikatakan rubah.
Sambil berjalan jalan keluar, rubah mengatakan, "Jika saja Anda cukup
cerdas, Anda tidak akan pernah masuk tanpa melihat bagaimana cara untuk
keluar."
Moral:
Lihatlah sebelum Anda melompat. Jangan hanya membabi buta berjalan ke dalam apa
pun tanpa berpikir.
==================================================================================
The Boy Who Cried Wolf
There was once a young shepherd boy who tended his sheep at the foot of a mountain near a dark forest. 1 It was lonely for him watching the sheep all day. No one was near, except for three farmers he could sometimes see working in the fi elds in the valley below.
One day the boy thought of a plan that would help him get a little company and have some fun. 3 He ran down toward the valley crying, “Wolf! Wolf!”
The men ran to meet him, and after they found out there was no wolf after all, one man remained to talk with the boy awhile.
The boy enjoyed the company so much that a few days later he tried the same prank again, and again the men ran to help him.
A few days later, a real wolf came from the forest and began to steal the sheep. The startled 6 boy ran toward the valley, and more loudly than ever he cried, “Wolf! Wolf!”
But the men, who had been fooled twice before, thought that the boy was tricking them again. So no one came to help the boy save his sheep.
Moral: If you often don’t tell the truth, people won’t believe you even when you are telling the truth.
There was once a young shepherd boy who tended his sheep at the foot of a mountain near a dark forest. 1 It was lonely for him watching the sheep all day. No one was near, except for three farmers he could sometimes see working in the fi elds in the valley below.
One day the boy thought of a plan that would help him get a little company and have some fun. 3 He ran down toward the valley crying, “Wolf! Wolf!”
The men ran to meet him, and after they found out there was no wolf after all, one man remained to talk with the boy awhile.
The boy enjoyed the company so much that a few days later he tried the same prank again, and again the men ran to help him.
A few days later, a real wolf came from the forest and began to steal the sheep. The startled 6 boy ran toward the valley, and more loudly than ever he cried, “Wolf! Wolf!”
But the men, who had been fooled twice before, thought that the boy was tricking them again. So no one came to help the boy save his sheep.
Moral: If you often don’t tell the truth, people won’t believe you even when you are telling the truth.
Pemuda yang Beteriak Serigala
Suatu ketika, ada penggembala muda yang menggembala domba-dombanya di kaki gunung dekat hutan gelap. Sungguh sangat kesepian baginya melihat domba sepanjang hari. Tidak ada yang dekat, kecuali tiga petani yang kadang-kadang ia bisa melihat bekerja di sawah di bawah lembah.
Suatu hari anak itu memikirkan rencana yang akan membantunya mendapatkan teman dan bersenang-senang. Dia berlari ke arah lembah berteriak, "Serigala! Serigala! "
Orang-orang pun berlari untuk menemui dia, dan setelah mereka mencari tahu tidak ada serigala sama sekali, satu orang masih berbicara dengan anak sejenak.
Anak itu sangat menikmati pertemanan tersebut sehingga beberapa hari kemudian ia mencoba tipuan yang sama lagi, dan lagi orang-orang berlari untuk membantunya.
Beberapa hari kemudian, serigala sungguhan datang dari hutan dan mulai mencuri domba. Terkejut anak itu berlari ke arah lembah dan ia berteriak lebih keras dari sebelumnya, "Serigala! Serigala! "
Tapi orang-orang yang telah tertipu dua kali sebelumnya tersebut berpikir bahwa anak itu menipu mereka lagi. Jadi tidak ada yang datang untuk membantu anak itu menyelamatkan domba-dombanya.
Moral:
Jika kamu sering tidak berkata jujur, orang tidak mempercai kamu bahkan ketika
kamu mengatakan hal yang sebenarnya.
==================================================================================
The Goose and The Golden Eggs
Once a farmer went to the nest of his goose and found there an egg, all yellow and shiny. When he picked it up, it was heavy as a rock. 1 He was about to throw it away because he thought that someone was playing a trick on him. 2 But on second thought, he took it home, and discovered to his delight that it was an egg of pure gold!
He sold the egg for a lot of money. Every morning the goose laid another golden egg, and the farmer soon became rich by selling the eggs.
As he grew rich, he also grew greedy. 6 “Why should I have to wait to get only one egg a day?” he thought. “I will cut open the goose and take all the eggs out of her at once.”
When the goose heard the farmer’s plan, she fl ew away to a nearby farm. So when the farmer came out the next day, do you know what he found in the goose’s nest? 8 Nothing.
Moral: Someone who wants more often loses all. When you want something, be patient. If you are greedy, you might lose what you already have.
Angsa dan Telur Emas
Suatu ketika seorang petani pergi ke sarang angsa dan menemukan ada sebuah telur, warnanya kuning dan mengkilap. Ketika ia mengambilnya, telur itu berat seperti batu. Dia hampir akan membuangnya karena ia pikir bahwa seseorang sedang mengerjainya. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, ia membawanya pulang dan menyadari bahwa itu adalah telur emas murni!
Dia menjual telur tersebut untuk uang yang sangat banyak. Setiap pagi angsa tersebut bertelur telur emas yang lain, dan petani tersebut pun menjadi kaya dengan menjual telur-telur tersebut.
Ketika ia menjadi kaya, ia juga tumbuh serakah. "Mengapa saya harus menunggu untuk mendapatkan hanya satu telur sehari?" Pikirnya. "Saya akan membelah angsa tersebut dan mengambil semua telur keluar dari tubuhnya sekaligus."
Ketika angsa tersebut mendengar rencana petani itu, ia segera terbang pergi ke sebuah peternakan lain di dekatnya. Jadi, ketika petani tersebut keluar di hari berikutnya, kau tahu apa yang ia temukan di sarang angsa itu? Tidak ada.
Moral: Orang yang selalu ingin lebih kadang sering kehilangan semuanya. Jika kamu menginginkan sesuatu, bersabarlah. Jika kamu serakah, kamu mungkin kehilangan apa yang sudah kamu miliki.
Once a farmer went to the nest of his goose and found there an egg, all yellow and shiny. When he picked it up, it was heavy as a rock. 1 He was about to throw it away because he thought that someone was playing a trick on him. 2 But on second thought, he took it home, and discovered to his delight that it was an egg of pure gold!
He sold the egg for a lot of money. Every morning the goose laid another golden egg, and the farmer soon became rich by selling the eggs.
As he grew rich, he also grew greedy. 6 “Why should I have to wait to get only one egg a day?” he thought. “I will cut open the goose and take all the eggs out of her at once.”
When the goose heard the farmer’s plan, she fl ew away to a nearby farm. So when the farmer came out the next day, do you know what he found in the goose’s nest? 8 Nothing.
Moral: Someone who wants more often loses all. When you want something, be patient. If you are greedy, you might lose what you already have.
Angsa dan Telur Emas
Suatu ketika seorang petani pergi ke sarang angsa dan menemukan ada sebuah telur, warnanya kuning dan mengkilap. Ketika ia mengambilnya, telur itu berat seperti batu. Dia hampir akan membuangnya karena ia pikir bahwa seseorang sedang mengerjainya. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, ia membawanya pulang dan menyadari bahwa itu adalah telur emas murni!
Dia menjual telur tersebut untuk uang yang sangat banyak. Setiap pagi angsa tersebut bertelur telur emas yang lain, dan petani tersebut pun menjadi kaya dengan menjual telur-telur tersebut.
Ketika ia menjadi kaya, ia juga tumbuh serakah. "Mengapa saya harus menunggu untuk mendapatkan hanya satu telur sehari?" Pikirnya. "Saya akan membelah angsa tersebut dan mengambil semua telur keluar dari tubuhnya sekaligus."
Ketika angsa tersebut mendengar rencana petani itu, ia segera terbang pergi ke sebuah peternakan lain di dekatnya. Jadi, ketika petani tersebut keluar di hari berikutnya, kau tahu apa yang ia temukan di sarang angsa itu? Tidak ada.
Moral: Orang yang selalu ingin lebih kadang sering kehilangan semuanya. Jika kamu menginginkan sesuatu, bersabarlah. Jika kamu serakah, kamu mungkin kehilangan apa yang sudah kamu miliki.
==================================================================================
A Wolf
and A Dog
Once there was a wolf who was nearly dead with hunger. He was very thin, so that the outline of his bones could be seen clearly beneath his thinning coat of hair. With hardly enough energy to walk, the wolf had little hope of finding food. As he lay beneath a large tree, a dog out for a walk noticed him. Seeing how thin and hungry-looking the wolf was, the dog felt sorry for him and said, "You are in terrible shape! You look as if you haven't eaten for many days."
"You're right," said the wolf. "I haven't eaten because you and your friends are doing such a good job of guarding the sheep. Now I am so weak that I have little hope of finding food. I think I will surely die."
Then why not join us? Asked the dog. "I work regularly and I eat regularly. You could do the same. I will arrange it. You can help me and the other dogs guard the sheep. In that way, we won't have to worry about your stealing the sheep any more and you won't have to worry about going hungry any more. It's a good deal for both of us."
The wolf thought it over for a few minutes and then decided that the dog was right. So they went off together toward the ranch house where the dog lived. But, as they were walking, the wolf noticed that the hair on a certain part of the dog's neck was very thin. He was curious about this, for the dog had such a beautiful coat every where else. Finally, he asked the dog about it.
"Oh, don't worry about that," said the dog. "It's the place where the collar rubs on my neck when my master chains me up at night."
"Chained up!" cried the wolf, "Do you mean that you are chained up at night? If I come to live with you, will I be chained up at night too?"
That's right," answered the dog. "But, You'll get used to it soon enough. I hardly think about it anymore."
"But, if I am chained up, then I won't be able to walk when I want to take a walk or to run where I want to run," the wolf said. "If I come to live with you, I won't be free anymore." After saying this, the wolf turned and ran away.
Moral: Freedom is everything!
Seekor Serigala dan Seekor Anjing
Suatu ketika ada serigala yang hampir mati karena kelaparan. Dia sangat kurus, sehingga garis tulangnya bisa dilihat dengan jelas di bawah rambutnya yang menipis. Dengan energi yang hampir tidak cukup untuk berjalan, serigala memiliki sedikit harapan untuk menemukan makanan. Saat ia berbaring di bawah pohon besar, seekor anjing sedang keluar untuk berjalan-jalan melihat dia. Melihat betapa kurus dan laparnya serigala itu, anjing tersebut pun merasa kasihan padanya dan berkata, "Kondisi kamu sangat mengerikan! Kamu tampak seolah-olah belum makan selama berhari-hari."
"Kau benar," kata serigala. "Aku belum makan karena kamu dan teman-teman mu melakukan pekerjaan yang baik menjaga domba-domba. Sekarang aku sangat lemah sehingga aku memiliki harapan yang sedikit untuk menemukan makanan. Aku pikir aku pasti akan mati."
Lalu mengapa tidak bergabung dengan kami? tanya si anjing. "Saya bekerja secara teratur dan saya makan secara teratur. Kamu juga bisa melakukan hal yang sama. Saya akan mengaturnya. kamu dapat membantu saya dan anjing-anjing lainnya menjaga domba-domba itu. Dengan cara itu, kita tidak akan perlu khawatir tentang pencurian domba lagi dan kamu tidak perlu khawatir akan lapar lagi. Ini adalah kesepakatan yang baik bagi kita berdua."
Serigala memikirkan hal itu selama beberapa menit dan kemudian memutuskan bahwa anjing itu benar. Jadi mereka pergi bersama menuju rumah peternakan di mana anjing itu tinggal. Tapi, saat di perjalan, serigala tersebut melihat bahwa rambut di bagian tertentu dari leher anjing itu sangat tipis. Dia penasaran tentang hal itu, untuk anjing yang mempunyai seperti bulu yang indah setiap tubuhnya. Akhirnya, ia bertanya pada anjing tersebut tentang hal itu.
"Oh, jangan khawatir tentang itu," kata si anjing. "Ini adalah tempat di mana bekas tali di leher saya ketika tuan saya mengikat saya di malam hari."
"Diikiat!" teriak serigala, "Maksud kamu bahwa kamu dirantai di malam hari? Jika saya datang untuk tinggal dengan kamu, saya juga akan dirantai di malam hari?"
Itu benar, "jawab anjing." Tapi, kamu akan terbiasa untuk itu cukup cepat. Saya tidak berpikir tentang hal itu lagi. "
"Tapi, jika saya dirantai, maka saya tidak akan bisa berjalan ketika saya ingin berjalan-jalan atau untuk menjalankan di mana saya ingin menjalankan," kata serigala. "Jika saya datang untuk tinggal dengan Anda, saya tidak akan bebas lagi." Setelah mengatakan itu, serigala tersebut pun berbalik dan lari.
Moral: Kebebasan adalah segalanya!
==================================================================================Once there was a wolf who was nearly dead with hunger. He was very thin, so that the outline of his bones could be seen clearly beneath his thinning coat of hair. With hardly enough energy to walk, the wolf had little hope of finding food. As he lay beneath a large tree, a dog out for a walk noticed him. Seeing how thin and hungry-looking the wolf was, the dog felt sorry for him and said, "You are in terrible shape! You look as if you haven't eaten for many days."
"You're right," said the wolf. "I haven't eaten because you and your friends are doing such a good job of guarding the sheep. Now I am so weak that I have little hope of finding food. I think I will surely die."
Then why not join us? Asked the dog. "I work regularly and I eat regularly. You could do the same. I will arrange it. You can help me and the other dogs guard the sheep. In that way, we won't have to worry about your stealing the sheep any more and you won't have to worry about going hungry any more. It's a good deal for both of us."
The wolf thought it over for a few minutes and then decided that the dog was right. So they went off together toward the ranch house where the dog lived. But, as they were walking, the wolf noticed that the hair on a certain part of the dog's neck was very thin. He was curious about this, for the dog had such a beautiful coat every where else. Finally, he asked the dog about it.
"Oh, don't worry about that," said the dog. "It's the place where the collar rubs on my neck when my master chains me up at night."
"Chained up!" cried the wolf, "Do you mean that you are chained up at night? If I come to live with you, will I be chained up at night too?"
That's right," answered the dog. "But, You'll get used to it soon enough. I hardly think about it anymore."
"But, if I am chained up, then I won't be able to walk when I want to take a walk or to run where I want to run," the wolf said. "If I come to live with you, I won't be free anymore." After saying this, the wolf turned and ran away.
Moral: Freedom is everything!
Seekor Serigala dan Seekor Anjing
Suatu ketika ada serigala yang hampir mati karena kelaparan. Dia sangat kurus, sehingga garis tulangnya bisa dilihat dengan jelas di bawah rambutnya yang menipis. Dengan energi yang hampir tidak cukup untuk berjalan, serigala memiliki sedikit harapan untuk menemukan makanan. Saat ia berbaring di bawah pohon besar, seekor anjing sedang keluar untuk berjalan-jalan melihat dia. Melihat betapa kurus dan laparnya serigala itu, anjing tersebut pun merasa kasihan padanya dan berkata, "Kondisi kamu sangat mengerikan! Kamu tampak seolah-olah belum makan selama berhari-hari."
"Kau benar," kata serigala. "Aku belum makan karena kamu dan teman-teman mu melakukan pekerjaan yang baik menjaga domba-domba. Sekarang aku sangat lemah sehingga aku memiliki harapan yang sedikit untuk menemukan makanan. Aku pikir aku pasti akan mati."
Lalu mengapa tidak bergabung dengan kami? tanya si anjing. "Saya bekerja secara teratur dan saya makan secara teratur. Kamu juga bisa melakukan hal yang sama. Saya akan mengaturnya. kamu dapat membantu saya dan anjing-anjing lainnya menjaga domba-domba itu. Dengan cara itu, kita tidak akan perlu khawatir tentang pencurian domba lagi dan kamu tidak perlu khawatir akan lapar lagi. Ini adalah kesepakatan yang baik bagi kita berdua."
Serigala memikirkan hal itu selama beberapa menit dan kemudian memutuskan bahwa anjing itu benar. Jadi mereka pergi bersama menuju rumah peternakan di mana anjing itu tinggal. Tapi, saat di perjalan, serigala tersebut melihat bahwa rambut di bagian tertentu dari leher anjing itu sangat tipis. Dia penasaran tentang hal itu, untuk anjing yang mempunyai seperti bulu yang indah setiap tubuhnya. Akhirnya, ia bertanya pada anjing tersebut tentang hal itu.
"Oh, jangan khawatir tentang itu," kata si anjing. "Ini adalah tempat di mana bekas tali di leher saya ketika tuan saya mengikat saya di malam hari."
"Diikiat!" teriak serigala, "Maksud kamu bahwa kamu dirantai di malam hari? Jika saya datang untuk tinggal dengan kamu, saya juga akan dirantai di malam hari?"
Itu benar, "jawab anjing." Tapi, kamu akan terbiasa untuk itu cukup cepat. Saya tidak berpikir tentang hal itu lagi. "
"Tapi, jika saya dirantai, maka saya tidak akan bisa berjalan ketika saya ingin berjalan-jalan atau untuk menjalankan di mana saya ingin menjalankan," kata serigala. "Jika saya datang untuk tinggal dengan Anda, saya tidak akan bebas lagi." Setelah mengatakan itu, serigala tersebut pun berbalik dan lari.
Moral: Kebebasan adalah segalanya!
A Fox and A Cat
One day a cat and a fox were having a conversation. The fox, who was a conceited creature, boasted how clever she was. 'Why, I know at least a hundred tricks to get away from our mutual enemies, the dogs,' she said.
'I know only one trick to get away from dogs,' said the cat. 'You should teach me some of yours!'
'Well, maybe some day, when I have the time, I may teach you a few of the simpler ones,' replied the fox airily.
Just then they heard the barking of a pack of dogs in the distance. The barking grew louder and louder - the dogs were coming in their direction! At once the cat ran to the nearest tree and climbed into its branches, well out of reach of any dog. 'This is the trick I told you about, the only one I know,' said the cat. 'Which one of your hundred tricks are you going to use?'
The fox sat silently under the tree, wondering which trick she should use. Before she could make up her mind, the dogs arrived. They fell upon the fox and tore her to pieces.
Moral : A single plan that works is better than a hundred doubtful plans.
Seekor Rubah dan Seekor Kucing
Suatu ketika ada seekor kucing dan seekor rubah sedang bercakap-cakap. Si rubah, adalah makhluk sombong, yang membual betapa pintaranya dia. "Kenapa, saya tahu setidaknya seratus cara untuk menjauh dari musuh kita bersama, anjing-anjing," katanya.
"Saya hanya tahu satu trik untuk menjauh dari anjing," kata si kucing. "Kamu harus mengajar saya beberapa trik dari kamu!"
"Yah, mungkin suatu hari nanti, ketika saya punya waktu, saya bisa mengajarkan beberapa trik yang lebih sederhana," jawab rubah enteng.
Saat itu mereka mendengar gonggongan dari anjing-anjing di kejauhan. Ggonggong tersebut semakin keras dan keras - anjing-anjing tersebut datang ke arah mereka! Seketika itu pun kucing tersebut berlari ke pohon terdekat dan naik ke cabang di luar jangkauan anjing apapun. "Ini adalah trik yang kuceritakan, satu-satunya yang saya tahu," kata si kucing. 'Mana dari seratus trik kamu yang akan kamu gunakan?'
Rubah tersebut pun duduk diam di bawah pohon, bertanya-tanya trik mana yang ia harus gunakan. Sebelum dia bisa mengambil keputusan, anjing-anjing tersebut pun tiba. Mereka menhajar rubah tersebut dan mencabik-cabiknya.
Moral: Satu rencana yang bekerja lebih baik dari seratus rencana yang masih diragukan.
One day a cat and a fox were having a conversation. The fox, who was a conceited creature, boasted how clever she was. 'Why, I know at least a hundred tricks to get away from our mutual enemies, the dogs,' she said.
'I know only one trick to get away from dogs,' said the cat. 'You should teach me some of yours!'
'Well, maybe some day, when I have the time, I may teach you a few of the simpler ones,' replied the fox airily.
Just then they heard the barking of a pack of dogs in the distance. The barking grew louder and louder - the dogs were coming in their direction! At once the cat ran to the nearest tree and climbed into its branches, well out of reach of any dog. 'This is the trick I told you about, the only one I know,' said the cat. 'Which one of your hundred tricks are you going to use?'
The fox sat silently under the tree, wondering which trick she should use. Before she could make up her mind, the dogs arrived. They fell upon the fox and tore her to pieces.
Moral : A single plan that works is better than a hundred doubtful plans.
Seekor Rubah dan Seekor Kucing
Suatu ketika ada seekor kucing dan seekor rubah sedang bercakap-cakap. Si rubah, adalah makhluk sombong, yang membual betapa pintaranya dia. "Kenapa, saya tahu setidaknya seratus cara untuk menjauh dari musuh kita bersama, anjing-anjing," katanya.
"Saya hanya tahu satu trik untuk menjauh dari anjing," kata si kucing. "Kamu harus mengajar saya beberapa trik dari kamu!"
"Yah, mungkin suatu hari nanti, ketika saya punya waktu, saya bisa mengajarkan beberapa trik yang lebih sederhana," jawab rubah enteng.
Saat itu mereka mendengar gonggongan dari anjing-anjing di kejauhan. Ggonggong tersebut semakin keras dan keras - anjing-anjing tersebut datang ke arah mereka! Seketika itu pun kucing tersebut berlari ke pohon terdekat dan naik ke cabang di luar jangkauan anjing apapun. "Ini adalah trik yang kuceritakan, satu-satunya yang saya tahu," kata si kucing. 'Mana dari seratus trik kamu yang akan kamu gunakan?'
Rubah tersebut pun duduk diam di bawah pohon, bertanya-tanya trik mana yang ia harus gunakan. Sebelum dia bisa mengambil keputusan, anjing-anjing tersebut pun tiba. Mereka menhajar rubah tersebut dan mencabik-cabiknya.
Moral: Satu rencana yang bekerja lebih baik dari seratus rencana yang masih diragukan.
==================================================================================
A Mouse and A lion
Once, as a lion lay sleeping in his den, a naughty little mouse ran up his tail, onto his back, up his mane and danced and jumped on his head, so that the lion woke up.
lion angry grabbed the mouse and, holding him in his large claws, roared in anger. 'How dare you wake me up! Don't you know that I am King of the Beasts? Anyone who disturbs my rest deserves to die! I shall kill you and eat you!'
The terrified mouse, shaking and trembling, begged the lion to let him go. 'Please don't eat me Your Majesty! I did not mean to wake you, it was a mistake. I was only playing. Please let me go - and I promise I will be your friend forever. Who knows but one day I could save your life?'
The lion looked at the tiny mouse and laughed. 'You save my life? What an absurd idea!' he said scornfully. 'But you have made me laugh, and put me into a good mood again, so I shall let you go.' And the lion opened his claws and let the mouse go free.
'Oh thank you, your majesty,' squeaked the mouse, and scurried away as fast as he could.
A few days later the lion was caught in a hunter's snare. Struggle as he might, he couldn't break free and became even more entangled in the net of ropes. He let out a roar of anger that shook the forest. Every animal heard it, including the tiny mouse.
The mouse was rushing to the source of its roar and he found the lion was powerless. The mouse then bit the rope that cought the lion so that the lion can escape from the trap. The lions are very grateful to the mouse, and they became friends best forever.
Moral: Even a small help would be very meaningful.
Once, as a lion lay sleeping in his den, a naughty little mouse ran up his tail, onto his back, up his mane and danced and jumped on his head, so that the lion woke up.
lion angry grabbed the mouse and, holding him in his large claws, roared in anger. 'How dare you wake me up! Don't you know that I am King of the Beasts? Anyone who disturbs my rest deserves to die! I shall kill you and eat you!'
The terrified mouse, shaking and trembling, begged the lion to let him go. 'Please don't eat me Your Majesty! I did not mean to wake you, it was a mistake. I was only playing. Please let me go - and I promise I will be your friend forever. Who knows but one day I could save your life?'
The lion looked at the tiny mouse and laughed. 'You save my life? What an absurd idea!' he said scornfully. 'But you have made me laugh, and put me into a good mood again, so I shall let you go.' And the lion opened his claws and let the mouse go free.
'Oh thank you, your majesty,' squeaked the mouse, and scurried away as fast as he could.
A few days later the lion was caught in a hunter's snare. Struggle as he might, he couldn't break free and became even more entangled in the net of ropes. He let out a roar of anger that shook the forest. Every animal heard it, including the tiny mouse.
The mouse was rushing to the source of its roar and he found the lion was powerless. The mouse then bit the rope that cought the lion so that the lion can escape from the trap. The lions are very grateful to the mouse, and they became friends best forever.
Moral: Even a small help would be very meaningful.
Seekor
tikus dan Seekor Singa
Suatu ketika ada seekor singa yang sedang berbaring tidur di sarangnya, tikus kecil nakal berlari ke ekornya, ke punggunya, ke surainya dan menari serta melompat di kepalanya, sehingga singa itu pun terbangun.
singa marah menerkam tikus tersebut dan memegangnya dalam kuku-kukunya yang besar, meraung dalam kemarahan. "Berani-beraninya kau membangunkan saya! Tidak tahukah kamu bahwa saualah Raja semua binatang? Siapapun yang mengganggu istirahat saya layak mati! Saya akan membunuhmu dan makanmu!'
Tikus tersebut ketakutan dan gemetaran, memohon agar sang singa untuk membiarkannya pergi. 'Tolong jangan makan saya Yang Mulia! Saya tidak bermaksud untuk membangunkan Anda, itu adalah sebuah kesalahan. Saya hanya bermain. Tolong biarkan saya pergi - dan saya berjanji akan menjadi teman Anda selamanya. Siapa tahu suatu hari saya bisa menyelamatkan hidup Anda?'
Singa menatap tikus kecil tersebut dan tertawa. "Kau menyelamatkan hidup saya? Apa ide tidak masuk akal!" katanya mencemooh. "Tapi kamu telah membuat saya tertawa, dan menempatkan saya ke dalam suasana hati yang baik lagi, jadi saya akan membiarkan kamu pergi." Dan singa membuka cakarnya dan membiarkan tikus itu pergi bebas.
"Oh terima kasih, Yang Mulia, 'decit tikus tersebut, dan bergegas pergi secepat yang dia bisa.
Beberapa hari kemudian singa itu tertangkap dalam jerat pemburu. Ia berjuang sebisa mungkin, ia tidak mampu melepaskan diri dan bahkan menjadi lebih terjerat dalam jaring tali terseubt. Dia mengeluarkan raungan kemarahan yang mengguncang hutan. Setiap hewan mendengarnya, termasuk tikus kecil tersebut.
Tikus itu pun bergegas menuju ke sumber aungan tersebut dan ia mendapati sang singa sudah tidak berdaya. Tikus tersebut kemudian menggigit tali yang menjerat singa sampai putus sehingga sang singa bisa lepas dari jerat perangkap tersebut. Sang singa sangat berterima kasih pada tikus tersebut, dan merekapun menjadi teman sejati selamanya.
Moral : Pertolongan sekecil apa pun akan sangat berarti
Suatu ketika ada seekor singa yang sedang berbaring tidur di sarangnya, tikus kecil nakal berlari ke ekornya, ke punggunya, ke surainya dan menari serta melompat di kepalanya, sehingga singa itu pun terbangun.
singa marah menerkam tikus tersebut dan memegangnya dalam kuku-kukunya yang besar, meraung dalam kemarahan. "Berani-beraninya kau membangunkan saya! Tidak tahukah kamu bahwa saualah Raja semua binatang? Siapapun yang mengganggu istirahat saya layak mati! Saya akan membunuhmu dan makanmu!'
Tikus tersebut ketakutan dan gemetaran, memohon agar sang singa untuk membiarkannya pergi. 'Tolong jangan makan saya Yang Mulia! Saya tidak bermaksud untuk membangunkan Anda, itu adalah sebuah kesalahan. Saya hanya bermain. Tolong biarkan saya pergi - dan saya berjanji akan menjadi teman Anda selamanya. Siapa tahu suatu hari saya bisa menyelamatkan hidup Anda?'
Singa menatap tikus kecil tersebut dan tertawa. "Kau menyelamatkan hidup saya? Apa ide tidak masuk akal!" katanya mencemooh. "Tapi kamu telah membuat saya tertawa, dan menempatkan saya ke dalam suasana hati yang baik lagi, jadi saya akan membiarkan kamu pergi." Dan singa membuka cakarnya dan membiarkan tikus itu pergi bebas.
"Oh terima kasih, Yang Mulia, 'decit tikus tersebut, dan bergegas pergi secepat yang dia bisa.
Beberapa hari kemudian singa itu tertangkap dalam jerat pemburu. Ia berjuang sebisa mungkin, ia tidak mampu melepaskan diri dan bahkan menjadi lebih terjerat dalam jaring tali terseubt. Dia mengeluarkan raungan kemarahan yang mengguncang hutan. Setiap hewan mendengarnya, termasuk tikus kecil tersebut.
Tikus itu pun bergegas menuju ke sumber aungan tersebut dan ia mendapati sang singa sudah tidak berdaya. Tikus tersebut kemudian menggigit tali yang menjerat singa sampai putus sehingga sang singa bisa lepas dari jerat perangkap tersebut. Sang singa sangat berterima kasih pada tikus tersebut, dan merekapun menjadi teman sejati selamanya.
Moral : Pertolongan sekecil apa pun akan sangat berarti
==================================================================================
The Ant And The Grasshopper
In a field one summer’s day a grasshopper was
hopping about, chirping and singing to its heart’s content. An ant passed by,
bearing along with great toil an ear of corn he was taking to the nest.
“Why not come and chat with me,” said the
grasshopper, “instead of toiling and moiling in that way?”
“I am helping to lay up food for the winter,”
said the ant, “and recommend you to do the same.”
“Why bother about winter?” said the
grasshopper; we have got plenty of food at present.” The Ant went on its way
and continued its toil.
When the winter came the grasshopper found
itself dying of hunger while it saw the ants distributing, every day, corn and
grain from the stores they had collected in the summer.
Semut dan Belalang
Di
suatu lapangan, saat musim panas, seekor belalang melompat girang,
berkicau dan bernyanyi sesuka hatinya. Sementara seekeor semut sedang lewat,
sambil mambawa bongkahan biji jagung dibawahnya dengan susah payah menuju
sarangnya.
“Mengapa kamu tidak disini saja sambil ngobrol denganku,” kata Belalang, “dari
pada lalulalang kerja keras seperti itu??”
“Aku bekerja untuk mengumpulkan makanan sebegai persediaan musim dingin
nanti,” kata semut itu, “dan memeberikan contoh padamu supaya kamu juga
mengumpulkan makanan seperti aku.”
“Kenapa aku harus repot-repot mengkhawatirkan musim dingin” kata Belalang;
“Kami sudah punya banyak makanan saat ini.” Meskipun begitu semut itu tetap
melanjutkan dan terus kerja keras.
Ketika musim dingin datang, belalang itu pun mati kelaparan, sementara si semut
mendistribusikan jagung dan gandum setiap hari dari toko mereka yang sudah
dikumpulkan saat musim panas yang lalu
==================================================================================
The Smart Monkey And The Dull Crocodile
One day
there was a monkey. He wanted to cross a river. There he saw a crocodile so he
asked the crocodile to take him across the other side of the river. The
crocodile agree and told the monkey to jump on its back. Then the crocodile
swam down the river with the monkey on his top.
Unluckily,
the crocodile was very hungry, he stopped in the middle of the river and said
to the monkey, “My father is very sick. He has to eat the heart of the monkey.
So he will be healthy again.”
At the time,
the monkey was in dangerous situation and he had to think hard. Then he had a
good idea. He told the crocodile to swim back to the river bank. “What’s for?”
asked the crocodile. “Because I don’t bring my heart,” said the monkey. “I left
it under a tree, near some coconuts in the river bank.”
The
crocodile agreed and turned around. He swam back to the bank of the river. As
soon as they reached the river bank, the monkey jumped off the crocodile’s
back. Then he climbed up to the top of a tree.
“Where is
your heart?” asked the crocodile. “You are foolish,” said the monkey to the
crocodile. “Now I am free and I have my heart.”
Monyet Pintar dan Buaya Bodoh
Suatu
hari, ada seekor monyet. Ia ingin menyeberangi sungai. Di sana ia melihat buaya
sehingga ia meminta buaya untuk membawanya kesisi lain dari sungai itu.
Buayapun setuju dan mengatakan kepada monyet untuk melompat di punggungnya.
Kemudian buaya berenang menyusuri sungai dengan monyet di atas punggungnya.
Akan tetapi saat buaya itu merasa sangat lapar, ia berhenti di tengah-tengah
sungai dan berkata kepada monyet, “Ayah saya sangat sakit. Dia harus makan
jantung monyet supaya bisa sehat kembali. ”
Saat itu, monyet itu ada dalam situasi yang sangat berbahaya. Ia harus berpikir
keras. Kemudian ia memiliki ide yang bagus. Iapun mengatakan kepada buaya
supaya berenang kembali ke tepi sungai. “Apa?” Tanya buaya. “Karena aku tidak
membawa hati saya,” kata monyet. “Aku meninggalkannya di bawah pohon, dekat
pohon kelapa, di tepi sungai itu.”
Buayapun setuju dan berbalik, berenang kembali ke tepi sungai. Begitu sampai di
tepi sungai, monyetpun melompat dari punggung buaya. Kemudian ia naik ke atas
pohon.
“Dimana hatimu?” Tanya buaya. “Dasar buaya bodoh,” kata monyet. “Sekarang saya
bebas dan tetap mempunayi jantung.
==================================================================================
The Ugly Duckling And New Friend
One upon time, a mother duck sat on her eggs. She felt tired of sitting on them. She just wished the eggs would break out. Several days later, she got her wish. The eggs cracked and some cute little ducklings appeared. “Peep, peep” the little ducklings cried. “Quack, quack” their mother greeted in return.However the largest egg had not cracked. The mother duck sat on it for several days. Finally, it cracked and a huge ugly duckling waddled out. The mother duck looked at him in surprise. He was so big and very gray. He didn’t look like the others at all. He was like a turkey.
When the mother duck brought the children to the pond for their first swimming lesson. The huge grey duckling splashed and paddled about just as nicely as the other ducklings did. “That is not a turkey chick. He is my very own son and quite handsome” the mother said proudly. However, the other animals didn’t agree. They hissed and made fun of him day by day. Even his own sisters and brothers were very unkind. “You are very ugly” they quacked. The little poor duckling was very unhappy. “I wish I looked like them” he thought to himself. One day, the ugly duckling run away and hid in the bushes. The sad duckling lived alone through the cold and snow winter.
Finally the spring flowers began to bloom.
While he was swimming in the pond, he saw three large white swans swimming
toward him. “Oh, dear. these beautiful birds will laugh and peck me too” he
said to himself. But the swans did not attack him. Instead, they swam around
him and stroked him with their bills. As the ugly duckling bent his neck to
speak to them, he saw his reflection in the water. He could not believe his
eyes. “I am not an ugly duckling but a beautiful swam” he exclaimed.
He was very
happy. From that day on, he swam and played with his new friends and was happier
than he had never been.
Bebek Buruk Rupa dan Teman Barunya
Suatu kala, seekot ibu bebek duduk sedang mengerami telur-telurnya. Dia sudah merasa lelah selalu mendudukinya dan berharap telur-telur akan segera menetas. Beberapa hari kemudian, harapannya pun terwujud. Telur itu retak dan beberapa bebek kecil yang lucu muncul dari dalamnya. “Peep , peep” bebek kecil menangis. “Quack, quack” ibu bebek mnyambutnya. Akan tetapi satu telur terbesar masih belum menetas. Ibu bebek pun mengerami lagi selama beberapa hari. Akhirnya, telur terbesar itupun retak dan muncullah seekero itik yang besar bertampang buruk rupa berjalan tertatih-tatih keluar dari telur itu. Ibu bebek pun menatapnya dengan heran. Ia begitu besar dan berwarna abu-abu. Ia tidak terlihat seperti saudara lainnya sama sekali. Ia mirip seperti kalkun.
Ketika ibu bebek membawa anak-anaknya ke kolam untuk belajar renang pertama kalinya. Dia memercik dan mendayung sama baiknya seperti bebek lainnya. “Dia itu bukan kalkun. Dia adalah anak ku yang cukup tampan” kata ibunyadengan bangga. Namun, hewan lain tidak setuju. Mereka mendesis dan mengolok-oloknya hari demi hari. Bahkan saudara-saudara sendiri juga tidak berlaku baik kepadanya. “Kau sangat jelek” kata mereka. Diapun merasa sangat tidak nyaman. “Aku berharap punya rupa seperti mereka” pikirnya. Suatu waktu Dia sudah tidak tahan lagi dan berlari, bersembunyi di semak-semak. Dia merasa sedih dan tinggal sendirian ditengah musim dingin yang bersalju.
Akhirnya musim semipun tiba. Ketika dia sedang berenang di kolam, ada tiga angsa putih besar berenang ke arahnya. “Astaga. burung itu pasti akan menertawakanku dan mematuk aku juga” katanya dalam hati. Ternyata angsa itu tidak menyerangnya. Sebaliknya, para angsa itu berenang disekitaranya dan mengelus-elusnya. Ketika dia sedang membungkukkan lehernya untuk berbicara kepada para angsa itu, ia melihat bayangannya sendiri didalam air. Diapun tidak bisa percaya apa yang dilihatnya. “Aku bukanlah si itik buruk rupa tapi aku adalah sekeor angsah yang cantik” serunya.
Dia merasa sangat senang. Sejak hari itu,dia berenang dan bermain dengan teman-teman barunya dan merasah lebih bahagia dari pada sebelumny
==================================================================================
he Mouse Deer And The Tiger
One day, there was a mouse deer. He was
thirsty so he wanted to drink on the river.
When the
mouse deer came next to the rive, a tiger approached him and wanted to eat him.
Of course the mouse deer tried to escape, but the tiger run faster and caught
him. In that dangerous situation the mouse deer thought hard how to escape the
tiger. Then he got idea and said to the tiger, “Listen! Your mightiness and
toughness are all great! But I have my own king. He has a greater strength than
yours! I am sure that nobody can match his powers!” Because the tiger
felt taunted, he declared that he would challenge the mouse deer’s king.
Next the
mouse lead the tiger to the river, and said, “Now Look at the water. You will
see my king” Foolishly the tiger looked in the river and surely saw another
tiger in the water. Then he growled, but the tiger in the river imitated to
growl too. Because of his too high self pride, the tiger jumped into the
water, and wanted to fight. He was believing there was another tiger in the
water.
The mouse
deer took that opportunity to escape. After fighting with himself in the river,
the tiger realized that he was fooled by the mouse deer.
Kancil Dan Harimau
Suatu
hari, ada seekor kancil. Dia merasa haus dan ingin minum di sungai.
Ketika kancil tiba di pinggir sungai itu, seekor harimau mendekat dan ingin
memakannya. Tentu saja kancil mencoba melarikan diri, namun harimau berjalan
lebih cepat dan menangkapnya. Dalam situasi berbahaya seperti itu, kancil
berpikir keras bagaimana cara untuk melepaskan diri dari harimau itu. Lalu ia
mendapat ide yang bagus dan berkata kepada harimau, “Dengar! Binatang yang
tangguh dan besar! Tapi saya punya raja sendiri. Dia memiliki kekuatan yang
lebih besar dari Anda! Saya yakin tidak ada yang bisa menandingi kekuatannya!”
Karena harimau merasa terhina, ia menyatakan bahwa ia akan menantang raja
kancil itu.
Maka kancil pun mengajak harimau ke sungai, dan berkata, “Sekarang
Lihatlah kedalam air itu. Anda akan melihat raja saya” Bodohnya harimau itu,
tentu saja ia melihat bayangan sekor harimau lain di sungai itu. Lalu ia
menggeram, dan harimau yang tampak di sungai juga ikut menggeram. Karena
kesombongan, harimau itu melompat ke dalam air untuk melawan. Ia percaya ada
harimau lain di dalam air sungai itu.
Kancil pun mengambil kesempatan yang baik itu untuk melarikan diri. Setelah
bertarung dengan bayangannya sendiri di sungai, harimau itu baru menyadari
bahwa ia tertipu oleh kancil
==================================================================================
The Mouse And The Frog
Once, there was a mouse which made of close friendship with a frog.
One day, the frog said to the mouse; “Let’s bind ourselves together
with a string so that we may never get separated”. The mouse agreed. Both tied
themselves together leg to leg. It went quite well on land. When they came to a
small pool, it was a tragic for the mouse.
In the end, the frog kept swimming across the small pool dragging the
mouse with him. Soon, the mouse drowned and floated on the surface of the pool.
Tikus
dan Katak
Suatu ketika, ada seekor tikus yang berteman baik dengan seekor
katak.
Suatu hari, si katak berkata kepada tikus itu, “Ayo kita mengikat diri kita
bersama dengan seutas tali supaya kita tidak mungkin lagi terpisahkan”. Tikus
itupun menyetujui. Keduanya mengikat kakinya bersama. Hal ini berlangsung cukup
baik saat masih di daratan. Ketika mereka tiba di sebuah kolam kecil, ikatan
tali itu menjadi sebuah musibah bagi si tikus.
Pada akhirnya, si katak tetap berenang menyebrangi kolam kecil itu sambil
menyeret tikus dengan kakinya. Maka segera saja, si tikus pun tenggelam dan
mengapung di permukaan kolam itu.
==================================================================================
No comments:
Post a Comment