PENYAKIT ENDEMIK
1. PLAGUE/PENYAKIT PES
Plague, disebut juga penyakit pes,
adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan
ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Selain jenis kutu
tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan
negara2 Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia. Penyakit ini
menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi
plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi
dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada kasus
pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur penderita yang
terbawa oleh udara.
Jenis2 plague dan gejalanya pada manusia
Ada 3 jenis
penyakit plague yaitu:
Bubonic
plague : Masa
inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat dengan tempat
gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut
Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya mirip
flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di
tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada
orang lain.
Septicemic
plague : Gejalanya
demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah
kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan
darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak terdapat
benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang lain.
Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague
yang tidak diobati dengan benar.
Pneumonic
plague : Masa
inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek, sesak
napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya
dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga
merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang
tidak diobati dengan benar.
Binatang yang dapat menjadi pembawa plague
Semua
binatang pengerat (tikus, marmut, hamster, tupai, dll), kucing, anjing,
kelinci, rusa, kambing dll.
Gejala plague pada kucing
Demam,
muntah, diare, kondisi bulu yang buruk, lidah membengkak, luka pada mulut
(sariawan), terdapat kotoran pada mata.
Diagnosa plague
Diagnosa
dilakukan dengan mengambil cairan dari bubo, dahak (pada pneumonic plague) dan
tes darah. Tes darah diulang setelah 10-14 hari.
Pengobatan plague
Plague pada
manusia dan kucing dapat diobati dengan Streptomycin, Tetracyclin, Doxycyclin,
Gentamycin. Streptomycyn dosis tinggi terbukti lebih efektif mengobati plague.
Penicilin tidak efektif untuk penyakit plague. Diazepam diberikan untuk
mengurangi rasa lelah. Heparin biasanya diberikan apabila terdapat gejala
pembekuan darah.
Pencegahan plague
1.
Orang2/binatang di sekitar penderita plague harus diobati dg antibiotic
selambat2nya 7 hari setelah kontak dg penderita.
3. Memakai
sarung tangan, baju panjang, masker, dan goggle (kacamata) pd waktu kontak dg
penderita plague
4. Tidak
mengijinkan kucing makan tikus, kelinci atau binatang hidup berdarah panas
lainnya.
5. Tidak
mengijinkan kucing bermain di luar rumah, terutama di daerah yg banyak terdapat
sarang tikus.
6.
Mengontrol populasi tikus dan kutu di lingkungan anda.
7. Vaksinasi
plague apabila akan bepergian ke daerah epidemi plague.
2.
RABIES
Rabies
adalah penyakit
infeksi tingkat akut pada susunan saraf
pusat yang disebabkan oleh virus
rabies. [1]
Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan
ke manusia.
[1]
Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan
hewan misalnya oleh anjing,
kucing,
kera,
rakun,
dan kelelawar.
[1]
Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Rabies
disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus.
[6]
Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki
satu utas negatif RNA
yang tidak bersegmen. [6]
Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai perantara
penularan. [7]
Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis. [7]
Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon
lotor) dan sigung
(Memphitis memphitis) di Amerika
Utara, rubah
merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika
Latin. Afrika,
Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi [7]
Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia
melalui gigitan. [2][1]
Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. [2][1]
Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan
bereplikasi di sana. [2]
Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf,
misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. [2]
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/
tenang. [8]
[9]
Pada rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan
menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah
kemudian menjadi lumpuh
dan mati. [8][9]
Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau
kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta
menunjukkan kegalakan [8][9]
Meskipun sangat
jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar virus rabies. [10]
Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka
terekspos udara yang mengandung virus rabies. [10]
Pada tahun 1950, dilaporkan
dua kasus rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada
jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. [10]
Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak ditemukan sama sekali adanya
tanda-tanda bekas gigitan kelelawar. [1
Penanganan
Bila terinfeksi
rabies, segera cari pertolongan medis. [14]
Rabies dapat diobati, namun harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi
otak dan menimbulkan gejala.[14][11]
Bila gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit
ini. [14]
Kematian biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama.[14]
Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. [9] Orang-orang yang belum diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus. [15] Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan dengan vaksin. [15] Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang. [11] Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan. [11] Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan.[11] Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28.[11] Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin. [15]
Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. [9] Orang-orang yang belum diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus. [15] Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan dengan vaksin. [15] Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang. [11] Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan. [11] Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan.[11] Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28.[11] Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin. [15]
Pencegahan
Pencegahan
rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan
oleh hewan yang
berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan (letal) [1]
Langkah-langkah
untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah
terkena gigitan [7]
Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang berisiko
tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu: [16]
- Dokter hewan. [16]
- Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi. [16]
- Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan [7]
- Para penjelajah gua kelelawar. [10]
Vaksinasi
idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. [17]
Tetapi seiring berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang
yang berisiko tinggi terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster
vaksinasi setiap 3 tahun. [1]
Pentingnya vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga
merupakan salah satu cara pencegahan yang harus diperhatikan.
3.
CACINGAN
Penyakit
Cacingan sering disebut infeksi cacing, dimana mahluk kecil ini akan menyerang
tubuh seseorang dengan cara menempelkan diri (baik di luar maupun di dalam
tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh seseorang. Terkena penyakit cacingan
dapat melemahkan tubuh dan menyebabkan beberapa gangguan kesehatan.
Cacingan
merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong dan panjang, berawal
dari telur atau larva hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa. Cacing yang
masuk dalam tubuh seseorang akan terinfeksi seperti, infeksi kulit, otot,
paru-paru, ataupun usus atau saluran pencernaan.
Ada beberapa
jenis cacing dan gejalanya dalam tubuh, yaitu;
1. Cacing kremi : cacing ini sering menginfeksi
anak-anak, berukuran 1cm, biasanya menginfeksi organ usus. Terlur cacing ini
dapat bertahan di kulit anak-anak selama berjam-jam dan dapat bertahan hidup
selama 3 minggu pada pakaian, mainan dan tempat tidur. Rasa gatal disekitar
daerah anus atau vulva (kemaluan wanita) ini adalah gejalanya.
2. Cacing gelang : cacing yang berukuran besar,
dapat menginfeksi manusia ataupun binatang (kucing/anjing), bentuknya
menyerupai cacing tanah dan hidup dalam usus besar serta dapat berpindah ke
organ lain termasuk paru-paru. Bila terinfeksi cacing ini di daerah mata akan
menimbulkan radang dan luka pada retina mata serta tidak ada gejala. Cacing ini
dapat berpindah ke paru-paru dan menyebabkan batuk dan asma, serta menimbulkan
bengkak di organ lain.
3. Cacing pita : bisa ditemukan pada daging
sapi/babi yang tidak dimasak secara sempurna. Cacing ini menutupi organ tubuh,
seperti otot, kulit, jantung, mata dan otak. Jika terinfeksi akan menimbulkan rasa
sakit di daerah perut.
Gejala lain
yang mungkin timbul akibat infeksi cacing adalah:
- Rasa mual
- Lemas
- Hilang nafsu makan
- Rasa sakit di bagian perut
- Diare
- Turun berat badan kerana penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan.
Apabila
infeksi sudah berlanjut lebih jauh, dan cacing berpindah ke organ lain dari
usus, sehingga menimbulkan kerusakan organ dan jaringan, dapat menimbulkan
gejala:
- Demam
- Adanya benjolan di organ
- Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena.
Cacingan
biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik terhadap diri
sendiri ataupun terhadap lingkungannya. Cacingan dapat menular melalui telur
atau larva yang tertelan dan masuk ke dalam tubuh. Menjaga kebersihan diri
adalah salah satu kunci untuk mencegah timbulnya cacing dalam tubuh.
4.
TETANUS
Tetanus
yang juga dikenal dengan lockjaw [1],
merupakan penyakit
yang disebakan oleh tetanospasmin,
yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium
tetani yang menginfeksi sistem urat saraf
dan otot
sehingga saraf dan otot menjadi kaku (rigid).[1]
Kitasato merupakan orang pertama yang berhasil mengisolasi organisme
dari korban
manusia yang terkena tetanus dan juga melaporkan bahwa toksinnya dapat
dinetralisasi dengan antibodi
yang spesifik.[1]
Kata tetanus diambil dari bahasa
Yunani yaitu tetanos dari teinein yang
berarti menegang.[2]
Penyakit ini adalah penyakit infeksi di saat spasme
otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot
umum, melengkungnya punggung (opistotonus),
spasme glotal, kejang, dan paralisis pernapasan
Pengobatan
Untuk
menetralisir racun,
diberikan immunoglobulin tetanus.[7] Antibiotik
tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih
lanjut, supaya racun yang ada mati.[7]
Obat lainnya
bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang dan mengendurkan otot-otot.[7]
Penderita biasanya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang.[7]
Untuk infeksi
menengah sampai berat, mungkin perlu dipasang ventilator untuk membantu pernapasan.[7]
Makanan
diberikan melalui infus atau selang nasogastrik.[9]
Untuk membuang kotoran, dipasang kateter.[9]
Penderita sebaiknya berbaring bergantian miring ke kiri atau ke kanan dan
dipaksa untuk batuk guna mencegah terjadinya pneumonia.[9]
Untuk mengurangi
nyeri diberikan kodein.[9]
Obat lainnya bisa diberikan untuk mengendalikan tekanan darah dan
denyut jantung. Setelah sembuh,
harus diberikan vaksinasi lengkap karena infeksi tetanus tidak memberikan
kekebalan terhadap infeksi berikutnya.
Prognosis
Tetanus memiliki
angka kematian
sampai 50%.[2]
Kematian biasanya terjadi pada penderita yang sangat muda, sangat tua dan
pemakai obat suntik.[2]
Jika gejalanya memburuk dengan segera atau jika pengobatan tertunda maka prognosisnya akan menjadi buruk.[2]
Pencegahan
Mencegah tetanus
melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik daripada mengobatinya.[10]
Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis,
tetanus).[10]
Bagi yang sudah dewasa sebaiknya menerima booster.[10]
- Telah menerima booster tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak perlu menjalani vaksinasi lebih lanjut
- Belum pernah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir, segera diberikan vaksinasi
- Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap, diberikan suntikan immunoglobulin tetanus dan suntikan pertama dari vaksinasi 3 bulanan.
Setiap luka
(terutama luka tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara seksama karena
kotoran dan jaringan
mati akan mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium tetani[10]
5.
CAMPAK
Penyakit Campak
(Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat
mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramixovirus.
Penularan
infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita
bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit
dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum
vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3
tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika
seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya biasanya dia akan kebal
terhadap penyakit ini.
Penyebab
Campak, rubeola
(bukan rubella=campak
Jerman), atau measles (di beberapa daerah disebut juga sebagai tampek, dabaken
atau morbili) adalah penyakit infeksi yang menular atau infeksius sejak awal
masa prodromal, yaitu kisaran 4 hari
pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus
campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun
tenggorokan penderita campak (air borne disease).
Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan
terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif
pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1
tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang
belum mendapatkan imunisasi kedua.
Gejala
Gejala mulai
timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan -
nyeri tenggorokan] - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik
- nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari
kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam
(kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya
gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam
kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada
awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di
leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh,
lengan dan kaki, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya
meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu
tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera
menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang
radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah
yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
Pengobatan
Tidak ada
pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani istirahat. Untuk menurunkan
demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
Maka dari itu harus berjaga-jaga.
Pencegahan
Vaksin campak
merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan
dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps,
measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau
lengan atas.
Jika hanya
mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis
pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6
tahun.
Selain itu
penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan
makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.
6.
HIV
/AIDS
HIV AIDS
AIDS disebabkan
salah satu kelompok virus yang disebuat dengan retroviruses yang sering disebut
dengan HIV. Seseorang yang terkena atau terinfeksi HIV AIDS sistejm
kekebalan tubuhnya akan menurun drastic. Virus AiDS menyerang sel
darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes. Tanda pertama penderita
HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya
tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi HIV akan tetap sehat
dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun karena
serangan demam yang berulang.
Gejala-gejala
penyakit HIV AIDS adalah :
- Demam tinggi berkepanjangan
- Penderita akan mengalami napas pendek, batuk, nyeri dada dan demam
- Hilangnya nafsu makan, mua dan muntah
- Mengalami diare yang kronis
- Penderita akan kehilangan berat badan tubuh hingga 10% di bawah normal.
- Batuk berekepanjangan
- Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan
- Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh (dibawah telinga, leher, ketiak, dan lipatan paha)
- Kurang ingatan
- Sakit kepala
- Sakit kepala
- Suklit berkonsentrasi
- Respon anggota gerak melambat
- Sering nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki
- Mengalami tensi darah rendah
- Reflek tendon yang kurang
- Terjadi serangan virus cacar air dan cacar api
- Infeksi jaringan kulit rambut
- Kulit kering dengan bercak-bercak.
Penularan
HIV AIDS adslah :
- Hubungan seks kalmin
- Hubungan seks oral
- Hubungan seks melalui anus
- Transfusi darah
- Penggunaan jarum bersama (akupuntur, jarum tattoo, harum tindik).
- Antara ibu dan bayi selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.
- NRTI (nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor)
- NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor)
- PI (protease inhibitor) Fusion Inhibitor
Cara mencegah HIV AIDS
adalah dengan ;
- Jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah
- Jangan berganti-ganti pasangan seksual
- Abstrinensi (tidak melakukan hubungan seks)
- Gunakan kondom, terutama untuk kelompok perilaku resiko tinggi jangan menjadi donor darah
- Seorang ibu yang didiagnosa positif HIV sebaiknya jangan hamil.
- Penggunaan jarum suntik sebaiknya sekali pakai
- Jauhi narkoba.
7.
DEMAM RIFT VALLEY
Demam Rift
Valley (RVF) adalah sejenis demam yang terjadi akibat serangan virus zoonosis hewan
ternak, infeksi dari virus ini pula akhirnya mampu menyerang manusia dengan
menunjukkan gejala awal infeksi yaitu demam. Cara infeksi diidentifikasi akibat
dari gigitan vektor
seperti nyamuk,
biasanya dari spesies Aedes atau Culex. Penyakit ini terjadi akibat serangan
RVF virus, yang
tergolong dalam genus Phlebovirus (famili Bunyaviridae). Sejarah
epidemiologi penyakit ini dilaporkan mulai dari kalangan hewan ternak di Kenya sekitar tahun
1915, tetapi virus tidak diasingkan sampai tahun 1931. Sejak dari itu, wabah
RVF telah melampaui batas sub-Sahara Afrika, dengan
wabah yang terjadi tidaklah secara berkelanjutan (tetapi kadang kala dilihat
sangat membahayakan seperti yang terjadi di Mesir pada tahun
1977-78, jutaan orang telah dicatat terinfeksi virus ini dan ribuan nyawa telah
mati akibat infeksi parah. Di Kenya pada tahun 1998, serangan virus telah merenggut hampir
400 nyawa. Pada September 2000 pertama kali dilaporkan wabah ini telah menular hingga ke
benua Asia mulai dari wilayah timur tengah yaitu di Arab Saudi
dan Yaman).
Transmisi
Virus ini
ditularkan melalui nyamuk vektor, dan juga
melalui kontak dengan jaringan binatang yang terinfeksi. Kontak dengan jaringan
yang terinfeksi dianggap sumber utama infeksi pada manusia. [1]
Virus ini telah diisolasi dalam dua strain kelelawar,
yaitu Micropteropus
pusillus dan Hipposideros abae,
yang diyakini merupakan reservoir dari virus ini.[2]
Tanda-tanda klinis dan diagnosis
Pada manusia,
virus itu dapat menyebabkan beberapa sindrom. Biasanya, penderita telah baik
tidak menunjukkan gejala atau hanya sakit ringan dengan demam, sakit
kepala, myalgia
dan kelainan hati.
Pada sebagian kecil kasus (<2%), penyakit dapat berkembang menjadi sindrom demam
berdarah, meningoencephalitis
(radang otak), atau mempengaruhi mata.
8.
MUNTABER
Muntaber
merupakan salah satu jenis penyakit yang perlu diwaspadai, karena karena jenis penyakit
ini dapat berakibat fatal, jika tidak segera diatasi.
Bila anak
anda atau anda sendiri mengalami penyakit muntaber tidak ada salahnya untuk
mencoba obat tradisional mengatasi mengatasi muntaber, selain juga mungkin
menghubungi dokter supaya penyakit muntaber segera terobati, Risiko terbesar
pada muntaber adalah ketika tubuh kekurangan air dan garam. Bukan hanya
memperburuk keadaan, tetapi dapat menyebabkan kematian bila penderita tidak
segera ditolong.
Gejala bila
kita mengalami muntaber adalah diantaranya sakit perut, kembung, mual dan
muntah-muntah, muntaber juga dapat disertai demam tinggi, kepala pusing, tidak
nafsu makan, lemas, dan elastisitas kulit menurun, bahkan untuk beberapa anak
yang kekurangan cairan dalam tubuh akan mengalami halusinasi.
Gejala yang
paling umum terjadi adalah nyeri perut atau mulas. Gejala-gejala lain yang
mungkin Anda rasakan adalah kram di perut, mual, demam, hilangnya nafsu makan,
dan tentu saja, dehidrasi. Saat diare disertai dengan muntah berulang kali, itu
artinya Anda terserang muntaber.
Virus
penyebab diare. E.coli dan Shigellaadalah dua jenis bakteri yang paling sering
menginfeksi saluran pencernaan. Bakteri E.coli menyebabkan diare dengan
menyerang langsung dinding saluran pencernaan, dan mengiritasinya. Infeksi
karena E.coli sering terjadi karena makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi oleh bakteri atau bisa juga karena masakan yang kurang matang.
Pada beberapa kasus diare dan muntaber, aktivitas bakteri juga bisa menimbulkan
kerusakan pada lapisan saluran pencernaan. Akibatnya, terjadi perdarahan yang
keluar bersamaan dengan kotoran. Untuk kasus seperti ini, bakteri Shigella-lah
yang seringkali menjadi biang keroknya.
Penderita
muntaber harus diberikan minum secara teratur untuk menekan gejala dehidrasi.
Minum air putih biasa tidak cukup untuk penderita muntaber. Minuman untuk
penderita muntaber harus mempunyai kombinasi yang cocok antara gula, garam dan
air. Minuman seperti ini bisa didapatkan di toko obat. Beberapa minuman seperti
minuman olahraga dan teh tidak memenuhi kandungan gula, garam dan air yang
cukup sehingga tidak baik untuk penderita diabetes.
Biasanya
kepanikan terjadi jika ada salah satu anggota keluarganya terlihat mengalami
gejala muntaber. Jika kita melihat hal itu terjadi, tak perlu panik tetapi
segeralah bertindak cepat. Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan
memberikan larutan gula garam dengan segera begitu terlihat adanya
gejala-gejala muntaber agar tidak terjadi dehidrasi. Cara mencampur bahan :
larutkan 1 sendok teh gula pasir (4 gram) dan 1 ujung sendok teh garam dapur (1
gram) ke dalam segelas air masak (200 cc).
Begitu
penderita mulai terserang berikan 2 atau 3 gelas larutan yang sudah jadi.
Setelah itu setiap kali penderita mencret atau muntah berikan 1 gelas lagi.
Sementara pertolongan pertama sudah terlaksana bawalah penderita penderita
secepatnya ke rumah sakit terdekat. Pemberian larutan hendaknya diteruskan
sampai penderita mendapat pertolongan dokter atau medis. Dengan cara sederhana
tersebut penggantian cairan tubuh dapat sesegera mungkin diatasi sehingga
dehidrasi dapat dihindari.
Pencegahan
secara tuntas dari masalah muntaber ini dengan memperbaiki lingkungan sekitar
dan air minum. Biasanya muntaber terjadi oleh karena lingkungan yang tidak
sehat, kotor, kumuh, lembab dan buruknya kondisi air minum yang dikonsumsi.
Sementara lingkungan masih belum sehat, maka penyebarluasan metode pertolongan
pertama pada muntaber ini perlu dilaksanakan dengan efektif. Oleh karena itu
biasakan hidup sehat dan bersih baik lingkungan atau makanan dan minuman yang
kita konsumsi.
Penyakit ini
juga dapat disebabkan oleh racun tertentu yang terkandung di dalam beberapa makanan
laut. Selain itu, penyakit ini dapat disebabkan karena penggunaan obat pencahar
yang kuat untuk mengatasi sembelit. Gejala muntaber ditandai dengan muntah,
diare dan bahkan demam yang disertai dengan dehidrasi. Awal gejala muntaber
ditandai dengan rasa sakit dan kram pada perut.
9.
TIPES
Demam tifoid
merupakan penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia,
perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan
mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum.
Tifus / tipes abdominalis adalah suatu
infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia,
bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa / hati/kedua-duanya.
Penyebab
Salmonella typhi
yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai dengan demam, toksemia, nyeri
perut, konstipasi / diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: perforasi
usus, perdarahan, toksemia dan kematian.
Etiologi demam
tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi b dan
S.paratyphi C.
3.
Patofisiologis
Transmisi
terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontraminasi urin/feses dari
penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.
Empat F (Finger,
Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarakan kuman ke makanan, susu, buah dan
sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi
penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang
dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal.
Masa inkubasi
demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi
penderita tetap dalam keadaan asimtomatis.
Gejala
klinis
Gejala klinis
pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan orang
dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara
garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala
menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala,
anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat
Tanda tanda Penyakit Tipes
Tanda-tanda
dapat dalam beberapa bentuk, yaitu :
1.
Keracunan Makanan (Salmonellosis)
Gejala demam,
muntah, dehidrasi, diare, nyeri perut dan mual
2.
Radang Usus
Gejala demam,
diare berdarah, nyeri perut
3.
Keracunan Darah
Gejala demam,
kehilangan berat badan, nyeri perut, pernafasan cepat, tekanan darah turun,
hati membesar atau infeksi, menggigil, kehilangan nafsu makan, jantung
berdebar, syok, limfa membesar.
Penyakit ini
bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman,
sehingga terjadi infeksi saluran penceraan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti
peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limfa sehingga berkembang biak
disana yang menyebabkan rasa nyeri saat di raba.
10. PENYAKIT KOKSIDIOIDOMIKOSIS ATAU
DEMAM LEMBAH
Merupakan
suatu penyakit atau infeksi yang di sebabkan oleh jamur Coccidioides immitis
dan penyakit ini menyerang paru-paru dan apabila telah terjadi keparahan maka
dapat menyerang ke seluruh tubuh dan dapat berakibat kematian bagi penderita
terutama bagi penderita penakit AIDS karena menyerang sistem kekebalan tubuh
penderitanya.
Penyebab
Koksidioidomikosis atau Demam San Joaquin (Demam Lembah)
Penyakit Koksidioidomikosis di bawa oleh sejenis Jamur Coccidioides immitis, jamur jenis ini kebanyakan terdapat di negara Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dan biasanya menyerang para petani dan pekerja lainnya yang berhubungan dengan tanah yang terkontaminasi spora
Penyakit Koksidioidomikosis di bawa oleh sejenis Jamur Coccidioides immitis, jamur jenis ini kebanyakan terdapat di negara Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dan biasanya menyerang para petani dan pekerja lainnya yang berhubungan dengan tanah yang terkontaminasi spora
Gejala
Koksidioidomikosis
Terdapat
2 bentuk infeksi Koksidioidomikosis yaitu:
1.Koksidioidomikosis
primer akut.
Merupakan
suatu infeksi yang cukup ringan dan biasanya menyerang paru-paru bahkan tanpa
gejla yang muncul dan hanya sedikit gejalanya di antaranya demam, nyeri dada
dan menggigil. Adapun beberapa penderita mengalami rematik padang pasir (desert
rheumatism), yaitu adanya konjungtivitis (peradangan selaput mata) dan artritis
(peradangan sendi) disertai eritema nodosum (peradangan kulit).
2.Koksidioidomikosis
progresif.
Merupakan
suatu infeks yang cukup berat di karenakan bersifat menyebar ke seluruh tubuh
dan kebanyakan berakibat fatal bagi penderitanya bahkan bisa mengakibatkan
kematian khususnya bagi penderita yang sudah mempunyai penyakit AIDS karena
penyakit ini menyerang sistem kekebalannya. Gejal penyakit jenis ini berupa
demam ringan, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan dan badan terasa
lemah.
No comments:
Post a Comment