Hambatan perkembangan |
Anak dengan kebutuhan khusus menghadapi hambatan yang
pertama adalah lingkungan dan sikap dan yang kedua adalah individual. Kedua
hambatan ini saling berkaitan. Kombinasi dari kedua hambatan tersebut dapat
dikurangi dan bahkan bila memungkinkan harus dihilangkan baik itu di lingkungan
sekolah, rumah, maupun komunitas.
Beragam Hambatan Lingkungan dan Sikap
·
Terbatasnya atau tidak adanya akses
untuk program intervensi dini. Jika layanan pendidikan tidak dimulai sedini
mungkin dan intervensi tidak dilakukan secara berkualitas.
·
Pendidik, tenaga kependidikan. Jika
para pelaksana pendidikan masih menunjukkan sikap yang mendiskriminasikan
anak-anak dengan menganggap mereka berbeda dari mayoritas anak sebayanya.
·
Sistem hukum dan peraturan. Jika hukum
dan peraturan yang diterapkan masih bersifat diskriminatif, segregatif, dan
mengucilkan anak-anak berkebutuhan khusus.
·
Kurikulum. Jika kurikulum yang
dikembangkan masih bersifat kaku, tidak fleksibel, serta tidak mengakomodasikan
keberagaman kebutuhan, kemampuan dan keadaan setiap anak.
·
Pendekatan dan bahan belajar. Jika
pendekatan dan bahan belajar yang digunakan tidak ramah terhadap proses
pembelajaran atau tidak memenuhi kebutuhan dan kemampuan anak yang beragam.
·
Sistem asesmen dan evaluasi. Jika
system evaluasi hanya menilai tingkat kemampuan akademis anak secara general,
tidak berdasarkan keberbedaan pencapaian tahapan perkembangan setiap anak baik
secara fisik, social emosi, dan kognitif.
·
Lingkungan sekolah dan kelas. Jika
penataan lingkungan sekolah dan kelas tidak memenuhi kebutuhan setiap individu
anak yang beragam dan berbeda.
Hambatan Individu
·
Komunikasi. Hambatan terhadap
perkembangan, pembelajaran, dan partisipasi akan terjadi jika adanya hambatan
komunikasi di mana bahasa pertama anak berbeda dengan bahasa yang digunakan
mayoritas anak lain, pendidik, dan atau materi belajar.
·
Motivasi. Apabila anak tidak memiliki
atau hanya memiliki sedikit motivasi untuk belajar dan berkembang serta
berpartisipasi dengan lingkungannya. Ini juga dipengaruhi oleh factor hambatan
lingkungan.
·
Merasa tidak aman, rendah diri, dan
kurang percaya diri. Merupakan dampak negatif dari adanya serangkaian hambatan
lingkungan serta sikap.
·
Temperamental. Ini berkaitan dengan
suasana hati anak yang bersifat temporer maupun yang merupakan karakter seperti
tertutup, sulit beradaptasi dengan situasi baru dan perubahan, mudah terganggu,
rentang perhatian pendek, dan sebagainya.
·
Minoritas budaya, bahasa, dan agama.
Anak-anak juga akan mengalami hambatan dalam pembelajaran, perkembangan dan
partisipasi jika ia menjadi bagian dari kelompok besar yang homogen, sehingga
ia berada dalam komunitas yang minoritas.
·
Kelainan. Keberbedaan fisik maupun
mental akan menjadi salah satu hambatan individu dalam pembelajaran,
perkembangan dan partisipasi anak berkebutuhan khusus.
·
Kondisi kesehatan, gender, pelecehan
dan kekerasan, kompetensi social yang terbatas, juga merupakan factor-faktor
penghambat proses pembelajaran, perkembangan, dan partisipasi secara individual
anak-anak berkebutuhan khusus.
Mengidentifikasi Hambatan Terhadap
Perkembangan, Pembelajaran, dan Partisipasi
·
Deteksi dini (identifikasi) hambatan
dalam pembelajaran, perkembangan dan partisipasi sangat penting dilakukan
karena akan memberikan pengaruh pada keberhasilan intervensi dan stimulasi pada
tahap berikutnya.
·
Asesmen atau penilian yang dilakukan
hanya dengan menilai satu aspek perkembangan saja misalnya aspek kognitif,
hendaknya tidak menjadi dasar untuk mengkategorikan bahwa seorang anak
tergolong anak berkesulitan belajar.
·
Perhatikan juga factor-faktor
lingkungan yang mungkin menjadi penyebab adanya hambatan belajar, berkembang
dan berpartisipasi anak, misalnya ruang kelas yang sempit dan kurang
pencahayaan, materi dan kegiatan pembelajaran yang kurang relevan dengan
keberagaman perkembangan anak, pendekatan belajar mengajar yang tidak ramah
anak, serta aktivitas yang tidak berpusat ke anak.
·
Daftar hambatan tersebut dapat
digunakan untuk mengidentifikasi tantangan lingkungan, sikap, dan individu yang
dihadapi anak-anak berkebutuhan khusus.
·
Strategi pembelajaran yang diterapkan
pada anak berkebutuhan khusus tidak ditentukan oleh hasil diagnosa medis saja,
tetapi juga dipengaruhi oleh banyak factor lain, selain kelainan secara fisik
yang dimiliki anak.
Saran Praktis Untuk Menghilangkan Hambatan
Terhadap Perkembangan, Pembelajaran, dan Partisipasi
·
Ciptakan lingkungan pembelajaran di
mana semua anak merasa dihargai.
·
Anak-anak diperbolehkan untuk
berkomunikasi dalam bahasa pertama atau bahasa ibu mereka, meskipun bahasa
pengantar yang digunakan di sekolah berbeda. Bahasa tersebut dapat berupa
bahasa isyarat atau bahasa minoritas lainnya. Pendidik, harus berupaya
semaksimal mungkin memahami anak. Jika tidak memungkinkan, berikan kesempatan
anak untuk didampingi oleh orang dewasa yang mengerti bahasa anak tersebut,
baik dari keluarga terdekat maupun dari komunitasnya.
·
Anak-anak harus diberi waktu dan
kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dan pikirannya. Banyak anak
berkebutuhan khusus yang membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan anak lain untuk
mengekspresikan diri.
·
Saat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada anak, pendidik harus yakin bahwa anak mampu menjawab, dan keyakinan ini
harus diisalurkan kepada anak, sehingga akan membangun rasa percaya diri anak.
·
Berikan pujian secara jujur, tulus, dan
murah hati pada setiap keberhasilan anak.
·
Jika memungkinkan, sediakan waktu untuk
mencoba melakukan kegiatan sesuai apa yang disarankan dan menjadi gagasan anak.
·
Lakukan kegiatan yang dapat melibatkan
semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, anak dengan atau tanpa kebutuhan
khusus.
·
Evaluasi perkembangan belajar anak
se-obyektif mungkin, dengan tidak mengabaikan factor-faktor lain dalam
menghambat dan memotivasi kemajuan belajar anak.
·
Atur ruang kelas untuk mengoptimalkan
potensi semua anak, terjalinnya komunikasi dan interaksi dengan pertimbangan
khusus bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan perkembangan fisik.
·
Pastikan bahwa semua anak di kelas
mengetahui bahwa guru atau pendidik mereka peduli pada semua kebutuhan mereka.
·
Identifikasi setidaknya satu tindakan
positif yang anak lakukan, beri penghargaan dan pujian setiap hari saat sebelum
kegiatan berakhir. Ini akan memotivasi anak untuk selalu hadir di sekolah.
Upayakan dalam melakukannya, secara merata ke semua anak, bukan hanya pada satu
atau dua anak saja.
No comments:
Post a Comment