Pengembangan
Kemampuan Sosial Emosional
Masa kanak-kanak awal sering
disebut “usia pragang” (pregang age). Pada masa ini sejumlah hubungan yang
dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan
bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak-anak yang mengikuti
pendidikan Anak Usia Dini, misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman
kanak-kanak (nursery school), pusat pengasuhan anak pada siang hari (day care
center), atau taman kanak-kanak (kindergarden), biasanya mempunyai sejumlah
besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang umurnya
sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan Anak Usia Dini melakukan penyesuain sosial
yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan
Anak Usia Dini. Alasannya adalah mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk
melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibanding dengan anak-anak yang
aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak-anak dari
lingkungan tetangga terdekat.
Perkembangan
Emosi
a. Pola
Perkembangan Emosi
Kemampuan
untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala
pertama perilaku emosional adalah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang
kuat. Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam aktivitas yang
banyak pada bayi yang baru lahir. Meskipun demikian, pada saat bayi lahir, bayi
tidak memperlihatkan reaksi yang secara jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan
emosional yang spesifik.
Bahkan
sebelum bayi berusia satu tahun, ekspresi emosional diketahui serupa dengan
ekspresi pada orang dewasa. Lebih jauh lagi, bayi menunjukkan berbagai macam
reaksi emosional yang semakin banyak, antara lain kegembiraan, kemarahan,
ketakutan, dan kebahagiaan. Reaksi ini dapat ditimbulkan dengan cara memberikan
berbagai macam rangsangan yang meliputi manusia serta objek dan situasi yang
tidak efektif bagi bayi yang lebih muda.
b. Variasi dalam Pola Perkembangan Emosi
Terdapat
variasi dari segi frekuensi, intensitas serta jangka waktu dari berbagai macam
emosi, dan juga usia pemunculannya. Variasi ini sudah mulai terlihat sebelum
masa bayi berakhir dan semakin sering terjadi dan lebih menyolok dengan
meningkatnya usia kanak-kanak.
Dengan
meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena
mereka harus mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang
berlenihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan
lainnya. Selain itu, karena anak-anak mengekang sebagian emosi mereka, emosi
cenderung bertahan lebih lama dari pada jika emosi itu diekspresikan secara
lebih kuat.
Variasi
itu disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf intelektualnya,
dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Anak yang sehat cenderung
kurang emosional, dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Sedangkan
ditinjau sebagai suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional
terhadap berbagai rangsangan dibandingkan dengan anak-anak yang kurang pandai.
Mereka juga cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi emosi.
c. Pola
Emosi yang Umum
Beberapa
bulan setelah bayi lahir, muncul berbagai macam pola emosi. Pola yang paling
umum, rangsangan yang membangkitkan emosi dan reaksi yang khas dari setiap pola
dibawah ini, antara lain;
·
Rasa Takut
Rangsangan
yang umumnya menimbulkan rasa takut pada masa bayi ialah suara yang keras,
binatang, kamar yang gelap, tempat yang tinggi, berada seorang diri, rasa
sakit, orang yang tak dikenal, tempat dan obyek yang tidak dikenal.
·
Rasa Malu
Merupakan
bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari hubungan dengan orang
lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa. Rasa malu selalu ditimbulkan
oleh manusia, bukan oleh binatang atau situasi.
Pada
bayi, reaksi yang umum terhadap rasa malu ialah menangis, memalingkan muka,
dari orang yang tidak dikenal, dan bergayut pada orang yang sudah akrab untuk
berlindung. Hanya apabila mereka telah yakin bahwa tidak ada bahaya yang nyata
barulah mereka mau mendekati orang yang tidak dikenal itu.
Anak
yang lebih tua menunjukkan rasa malu dengan muka memerah, dengan menggagap,
dengan berbicara sesedikit mungkin, dengan tingkah yang gugup sperti
menarik-narik telinga atau baju, dengan menolehkan wajah kearah lain dan
kemudian mengangkatnya dengan tersipu-sipu untuk menatap orag yang tidak
dikenal itu. Mereka berusaha membuat diri mereka sesedikit mungkin menarik
perhatian dengan cara berpakaian seperti orang lainnya dan berbicara sesedikt
mungkin.
Sesuai
dengan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak dalam Permen Diknas No. 58
tahun 2009, maka dalam mengembangkan kemampuan sosial emosional anak usia dini,
guru sebagai fasilitator dan motivator dapat melakukan beberapa hal berdasarkan
pengelompokkan usia sebagai berikut:
Tahap Usia 0 - < 12
Bulan:
Pada
tahap usia ini, dibagi sesuai dengan kelompoknya:
Usia 0 – < 3 bulan
Pada
tahap usia ini, sesuai dengan indikator dalam Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak, stimulasi yang dapat diberikan oleh guru dalam mengembangkan
kemampuan sosial emosional anak adalah:
Menunjukkan Respon Emosi
·
Mengespresikan ketidak
nyamanan melalui tangisan
·
Mengatur jadwal pemberian ASI
Usia 3 – < 6 bulan
Pada
tahap usia ini, sesuai dengan indikator dalam Standar Pencapaian Perkembangan
Anak, stimulasi yang dapat diberikan oleh guru dalam mengembangkan kemampuan sosial
emosional anak adalah:
Menunjukkan
Respon Emosi
·
Merespon sesuatu dengan gerakan
tangan dan kaki
·
Selalu menyapa bayi dalam
keadaan apapun
·
Mengespresikan diri dengan
tangisan bila tidak mendapatkan yang diinginkan.
Usia
6 – < 9 bulan
Pada
tahap usia ini, sesuai dengan indikator dalam Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak, stimulasi yang dapat diberikan oleh guru dalam mengembangkan
kemampuan sosial emosional anak adalah:
Menunjukkan Respon Emosi
·
Menunjukan penolakan
menerima pada hal-hal yang tidak diinginkan/yang diterima.
·
Menunjuk sesuatu yang
diinginkan
Usia
9 – < 12 bulan
Pada
tahap usia ini, sesuai dengan indikator dalam Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak, stimulasi yang dapat diberikan oleh guru dalam mengembangkan
kemampuan sosial emosional anak adalah:
Menunjukkan Respon Emosi
·
Mengajak bayi berkomunikasi
dengan bahasa yang baik
·
Berikan kenyamanan,
kehangatan dan kasih sayang
·
Memahami keinginan bayi
Tahap Usia 12 - < 24
Bulan:
Pada
tahap usia ini, dibagi sesuai dengan kelompoknya:
Usia
12 - < 18 bulan
Pada
tahap usia ini, sesuai dengan indikator dalam Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak, stimulasi yang dapat diberikan oleh guru dalam mengembangkan
kemampuan sosial emosional anak adalah:
Menunjukkan
Respon Emosi
·
Mengenalkan anak pada
berbagai macam jenis alat permainan.
·
Mengenalkan anak pada
orang-orang disekitarnya, terutama kepada orang-orang yang baru dikenal
·
Membiasakan anak bermain
dalam kelompok
·
Membiasakan anak
beraktivitas dengan teman-teman lainnya
Usia
18 - < 24 bulan
Pada
tahap usia ini, sesuai dengan indikator dalam Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak, stimulasi yang dapat diberikan oleh guru dalam mengembangkan
kemampuan sosial emosional anak adalah:
Menunjukkan Respon Emosi
·
Mengenalkan anak berbagai
ekspresi reaksi emosi
·
Melakukan kegiatan bermain bersama
teman dengan mainan yang sama.
·
Mengajak anak bermain peran
Tahap
Usia 2 – <4 Tahun
Tahap/Pengelompokkan
usia ini dibagi menjadi:
Usia 2 – <3 Tahun
Pada
tahap usia ini, sesuai dengan indikator dalam Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak, stimulasi yang dapat diberikan oleh guru dalam mengembangkan
kemampuan sosial emosional anak adalah:
Mampu Mengendalikan Emosi
· Melakukan
penjadwalan BAK dan BAB, sehingga anak bisa mengungkapkan mengungkapkan ketika ingin buang air kecil
dan buang air besar.
·
Mengenalkan anak perilaku
menghargai hak (harus antri, menunggu giliran).
·
Mengajarkan anak untuk dapat
berbagi, membantu, bekerja bersama.
·
Menyatakan perasaan terhadap
anak lain (suka dengan teman
karena
baik hati, tidak suka karena nakal, dsb.).
·
Berbagi peran
dalam
suatu
permainan (menjadi dokter, perawat, pasien penjaga toko atau pembeli).
Usia
3 – <4 Tahun
Pada
tahap usia ini, sesuai dengan indikator dalam Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak, stimulasi yang dapat diberikan oleh guru dalam mengembangkan
kemampuan sosial emosional anak adalah:
Mampu mengendalikan Emosi
·
Membiasakan anak untuk dapat
buang air kecil sendiri tanpa bantuan.
·
Mengajarkan anak untuk
bersabar menunggu giliran.
·
Biasakan membagi anak untuk
bekerja dalam kelompok sehingga dapat menunjukkan sikap toleran
·
Biasakan anak untuk
mengeluarkan pendapatnya dan mendengarkan pendapat teman lain.
·
Biasakan anak dapat
mengungkapkan perasaannya sehingga dapat memberikan reaksi terhadap hal-hal yang
dianggap tidak benar
(marah apabila diganggu atau
diperlakukan berbeda).
·
Membiasakan mengekspresikan
perasaan di setiap kegiatan
Usia
4 – <5 Tahun
Pada
tahap usia ini, sesuai dengan indikator dalam Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak, stimulasi yang dapat diberikan oleh guru dalam mengembangkan
kemampuan sosial emosional anak adalah:
·
Membiasakan anak untuk dapat
bersikap mandiri dalam memilih kegiatan yang akan diikutinya.
·
Melatih selalu berbagi
maupun membantu teman
·
Melakukan permainan yang
bersifat kompetitif, berikan contoh sikap-sikap positif dalam melakukan
permainan
·
Membiasakan anak untuk dapat
mengendalikan perasaan.
·
Membiasakan anak untuk dapat
menaati aturan yang berlaku
dalam suatu permainan.
·
Membiasakan anak untuk tampil
atau memimpin dalam suatu kegiatan
·
Menunjukkan rasa percaya diri.
·
Melatih untuk dapat menjaga diri sendiri dari lingkungannya.
·
Membiasakan anak untuk
mengeluarkan pendapatnya dan mendengarkan pendapat teman
Usia
5 – <6 Tahun
Pada
tahap usia ini, sesuai dengan indikator dalam Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak, stimulasi yang dapat diberikan oleh guru dalam mengembangkan
kemampuan sosial emosional anak adalah:
·
Mengajarkan sikap kooperatif
dengan teman melalui kegiatan kelompok
·
Melatih untuk selalu dapat
bersikap toleran.
·
Melatih anak untuk dapat
mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada
(senang-sedih-antusias dsb.)
·
Mengenalkan dan membiasakan
tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial
budaya setempat.
·
Melatih anak untuk dapat
memahami peraturan dan disiplin.
·
Melatih anak untuk dapat
menunjukkan rasa empati.
·
Melatih anak untuk memiliki
sikap tidak mudah menyerah (sikap Gigih)
·
Melatih anak untuk bangga terhadap
hasil karya sendiri.
·
Melatih anak menghargai kelebihan
yang dimiliki orang lain
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
ReplyDeleteJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)