Tujuan Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini
Masa perkembangan bicara dan bahasa yang
paling intensif pada manusia terletak pada masa usia dini, tepatnya pada tiga
tahun dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang dalam
proses mencapai kematangan (Siti Aisyah et el, 2007: 6). Masa usia dini
merupakan masa keemasan (golden age) di sepanjang rentang usia
perkembangan manusia. Montessori (Sujiono, 2009: 54) menyatakan bahwa masa
tersebut merupakan periode sensitif (sensitive period), di mana anak
secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya.
Berdasarkan fakta sebagaimana dikemukakan
oleh para ahli di atas maka harus ada lingkungan yang kondusif, yang
mengupayakan pengembangan berbahasa anak, termasuk anak usia Dini secara
intensif. Pengembangan kemampuan berbahasa anak yang dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut:.
§
Agar anak dapat mengolah
kata secara komprehensif.
§
Agar anak dapat mengekspresikan
kata-kata dalam bahasa tubuh yang dapat dipahami oleh orang lain.
§
Agar anak mengerti setiap
kata yang didengar dan diucapkan, mengartikan dan menyampaikan secara utuh
kepada orang lain.
§
Agar anak dapat
berargumentasi, meyakinkan orang melalui kata-kata yang diucapkannya.
Empat Keterampilan Berbahasa
Perkembangan kemampuan berbahasa anak
merupakan suatu proses yang secara berturut-turut dimulai dari mendengar,
selanjutnya, berbicara, membaca dan menulis. Adapun perkembangan dari setiap
kemampuan pada anak adalah sebagai berikut.
a.
Kemampuan Mendengar
Kemampuan
mendengar anak-anak harus dikembangkan karena berkenaan dengan upaya memahami
lingkungan mereka. Agar mereka belajar untuk mengembangkan kemampuan tersebut,
mereka harus menerima masukan informasi dan mengolahnya. Menurut Cassel dan
Jalongo (Seefeldt dan Wasik 2008: 353), mendengarkan dan memahami informasi
adalah langkah inti dalam memperoleh pengetahuan.
Anak
usia 3 – 6 tahun mengembangkan kemampuan mengingat untuk sesuatu yang didengar.
Anak mungkin tidak selalu menjadi pendengar yang baik. Hal itu bisa
terjadi karena sebagian besar waktu yang dimiliki dipergunakan untuk kegiatan
bermain sehingga dirinya tidak sungguh-sungguh dalam mendengar sesuatu,
misalnya apa yang disampaikan oleh orang tuanya. Pada umumnya anak mendengarkan
cerita yang panjang, dengan alur yang menarik dan dalam cerita tersebut
terdapat tokoh dengan bermacam-macam karakter. Stimulus seperti itu
berguna untuk membangkitkan daya imajinasi anak.
b.
Perkembangan Berbicara
Untuk
belajar bahasa, menurut Dickinson dan Snow (Seefeldt dan Wasik 2008:
354), anak-anak memerlukan kesempatan untuk bicara dan didengarkan.
Pengalaman menyaksikan, mendengarkan, dan terlibat pembicaraan dengan anggota
keluarga merupakan pengalaman yang sangat berharga karena anak dapat belajar
bahwa situasi yang mereka hadapi menjadi factor yang dipertimbangkan dalam
berbicara.
Pada usia 3 – 6 tahun
anak sudah mulai mampu berperan serta dalam percakapan yang panjang. Sebagain
dari anak-anak ada yang bisa mendominasi pembicaraan. Pada usia ini anak
belajar menjadi pengguna bahasa yang kreatif. Anak dapat membuat atau menamakan
sesuatu dengan bahasanya sendiri, khususnya untuk hewan atau mainan
kesayangannya.
c.
Perkembangan
Membaca
Pembelajaran
membaca secara formal belum dilaksanakan pada PAUD. Apa yang dilakukan di
lembaga pendidikan tersebut adalah pengembangan keterampilan agar anak siap
untuk belajar membaca. Gambar-gambar binatang yang ditempel di dinding kelas
yang disertai tulisan yang menerangkan tentang binatang apa merupakan stimulus
untuk perkembangan kemampuan membaca.
Anak semakin mengenal kata yang sering dia
dengar dan mengenal tulisan untuk kata itu, misalnya kata toko, tv dst. Setiap
saat anak melihat huruf dan rangkaian huruf yang kemudian menimbulkan rasa
ingin tahu tentang bagaimana mengucapkannya.
d.
Perkembangan Menulis
Sama halnya dengan membaca
formal, pembelajaran menulis formal tidak dilaksanakan di PAUD. Yang dilakukan
berkenaan dengan kemampuan menulis adalah pengembangan kemampuan agar anak siap
untuk belajar menulis. Dan untuk itulah maka upaya pengembangan motorik halus
dilakukan secara intensif. Perkembangan anak pada motorik halusnya yang semakin
meningkat membuat anak mampu menggambar garis lurus, garis tegak, garis lengkung,
lingkaran dan sebainya, yang merupakan dasar untuk menggembangkan kemampuan
menulis
No comments:
Post a Comment