Disiplin adalah cara untuk
mengoreksi atau memperbaiki dan mengajarkan anak tingkah laku yang baik tanpa
merusak harga diri anak (tidak boleh membuat anak merasa jelek atau tidak
berharga sebagai manusia).
Anak usia dini yang biasa
disebut balita memiliki ciri-ciri sebagai berikut: rasa ingin tahu yang besar,
senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah,
berani mengambil resiko, senang hal-hal baru, senang menjelajah lingkungan
dengan bergerak, senang melempar pasir, mendorong teman, merebut mainan dan
sulit berbagi dalam berbagai hal.
Tidak hanya orang dewasa,
sifat disiplin sangat penting ditanamkan pada anak-anak sedini mungkin. Mungkin
di usia anak-anak yang masih belum mempunyai tanggung jawab yang besar,
kedisiplinan bukanlah hal yang penting. Namun bila sifat disiplin tersebut
ditanamkan kepada buah hati kita sejak masa kanak-kanak, tentu akan menjadi
sebuah modal yang sangat berharga bagi buah hati kita kala dewasa kelak. Namun
menanamkan sifat disiplin bagi anak-anak tentu bukanlah hal yang mudah.
Membutuhkan sebuah pembiasaan dan ketekunan, dan tentunya dengan bantuan dari
orang tua.
Sebagai
orangtuayang menginginkan buah hatinya menjadi anak yang disiplin, sifat
disiplin itu sendiri harus tertanam di dalam hati orang tua. Dengan kata lain,
semua harus dimulai dari orang tua, yang nantinya akan ditransfer atau
diajarkan kepada anak. Adalah hal yang sia-sia bagi kita, orangtuayang
menginginkan buah hatinya menjadi anak yang disiplin, namun kita sendiri kurang
disiplin.
Disiplin sangat erat
hubungannya dengan tanggung jawab dan peraturan. Tanggung jawab kita dengan
buah hati kita tentu berbeda. Namun di dalam menaati peraturan, tentu sangat
membutuhkan keselarasan. Orangtuadan anak harus menaati peraturan atau norma
yang berlaku di tengah keluarga. Norma dan peraturan di dalam sebuah keluarga,
tentu akan berbeda antara keluarga yang satu dengan
keluarga yang lain. Oleh karena itu, orangtuaharus bertanggung jawab secara
penuh dalam mendidik anak agar menaati peraturan atau norma di dalam keluarga
kita masing-masing.
Menanamkan sifat disiplin
kepada anak, harus dimulai dari hal-hal yang kecil. Kita sebagai orang tua,
atau sebagai orang yang lebih dewasa tentu harus peka dalam hal ini. Mungkin
kita bisa memulainya dengan cara membuatkan jadwal makan, tidur, mandi,
dan aktivitas-aktivitas yang lain. Hal ini sangat penting agar buah hati kita
belajar bagaimana cara mengahargai waktu dan menaati peraturan.
b.
Tujuan
penanaman Disiplin pada anak usia dini adalah
- Mengajarkan tingkah laku apa yang diharapkan
- Memberitahu kenapa anak harus melakukan tingkah laku tersebut
- Mengajarkan tingkah laku mana yang tidak diharapkan pendidik
- Memberitahu kenapa anak harus meninggalkan tingkah laku tersebut
- Memberikan gambaran kepada anak bagaimana perasaan orangtua terhadap tingkah laku anak.
Kadang-kadang disiplin
diartikan sebagai hukuman (“anak ini harus didisiplinkan” yang artinya “anak
ini harus dihukum”). Sebenarnya ada perbedaan yang mendasar antara dua hal
tersebut:
Disiplin
|
Hukuman
|
|
|
“Mama tidak tahu apa yang kamu
inginkan, tolong katakan dengan baik agar mama tahu”
|
“Ayo berhenti berhenti nangisnya
nanti mama kurung di kamar mandi! Mama pusing dengar kamu menangis. Kamu
ingin apa sih!”
|
c.
Kiat-kiat
sukses dalam mendisiplinkan anak usia dini:
1) Gunakan komunikasi produktif, yaitu:
- Gunakan bahasa positif dan ucapkan dengan jelas (tidak bertele-tele). Contoh: katakan: “semuanya berjalan”
- KISS (keep information short & simple). Katakan dengan singkat apa yang ingin disampaikan. Jelas dan padat. Contoh: katakan:”semuanya duduk ibu akan segera cerita”
- Jelas dalam mengkritik dan memberikan pujian. Jika anak butuh dikritik maka pisahkan anak dari tingkah lakunya. Gambarkan dengan jelas kesalahan anak dan katakan apa yang harus dikerjakan.
- Terimalah perasaan anak. Dengarkan anak tanpa mengkritik dan menilai. Hargai pikiran dan perasaan anak, bahkan ketika mereka sedang marah atau bertingkah laku negatif. Latih anak untuk mengungkapkan marahnya dengan lisan daripada memukul atau menggigit.
- Mendengarkan anak dengan penuh perhatian. Salah satu cara untuk memperbaiki komunikasi adalah mendengar aktif, jongkok untuk bisa melakukan kontak mata, beri perhatian penuh.
- Bicaralah dengan ekspresi wajah, bahasa tubuh dan nada suara yang pas. Riset membuktikan bahwa 70%-80% pesan dikirim oleh bahasa tubuh dan nada suara. Buatlah ketiganya pas dengan pesan yang ingin disampaikan.
- Kendalikan nada suara. Jangan berteriak atau memanggil dari tempat yang jauh dari anak (3 meter). Dekati anak dan bicara padanya dengan lembut.
2)
Waktu dan keyakinan. Disiplin butuh waktu, maka itu
rencanakan setiap hari untuk bicara dan mendengar anak. Jangan lupa berikan
keyakinan pada anak bahwa ibu serius dan peduli pada anak.
3)
Penguatan positif
Riset membuktikan bahwa
lebih efektif menggunakan penguat positif daripada menggunakan penguat negatif
atau hukuman. Hukuman memang menghentikan tingkah laku negatif, namun tidak
mengajarkan anak bagaimana memperbaiki tingkah lakunya. Lebih jauh lagi akan
menumbuhkan rasa dendam dan anak kehilangan harga dirinya.
Penguat positif
memberikan kesempatan anak untuk bertingkah laku baik, menumbuhkan rasa percaya
diri, memberikan rasa mandiri dan rasa berhasil. Ada beberapa penguat positif
yaitu:
- Penguat sosial berupa senyum, pujian verbal / lisan
- Penguat kegiatan berupa hak-hak istimewa
- Penguat primer berupa stiker, bintang balon. Kacang dll
- Beberapa teknik yang dapat dilakukan jika anak bertingkah laku negatif:
- Distraksi (mengalihkan perhatian)
- Pengarahan positif. Berikan anak tingkah laku alternatif dan ajarkan penyaluran emosi yang bisa diterima secara sosial
- Mengingatkan untuk memberi nama pada perasaan anak (verbalisasi perasaan)
- Konsekuensi logis, yaitu apa yang terjadi harus secara alamiah mengikuti tingkah laku anak. Misalnya anak merubuhkan balok yang dibangun temannya, maka anak harus membangunnya kembali. Dengan demikian konsekuensi logis membantu anak untuk malihat adanya hubungan antara tingkah laku anak dengan dampak tingkah lakunya pada orang lain.
memberi
pilihan, membuat anak bertanggung jawab dengan tingkah lakunya. Caranya berikan
anak dua pilihan yang mengarah pada tingkah laku yang diharapkan.
Misalnya:”kamu mau membereskan balok yang kecil dulu atau yang besar dulu?”
bukan “kamu mau bereskan balok ini nggak?”.
Memberikan
sentuhan yang menyenangkan. Usap punggung anak jika anak kelihatan kesal atau
tegang.
Kontak mata sangat penting. Bahwa setiap kali orangtuamelihat
secara langsung pada anak, maka anak mengurangi tingkah laku negatifnya.
No comments:
Post a Comment