Perkembangan bahasa
anak adalah
pemahaman dan komunikasi
melalui kata,
ujaran, dan tulisan. Pemahaman kata yang dikomuniasikan melalui
ujaran ujudnya mendengarkan dan berbicara. Pemahaman kata yang
dikomunikasi dalam
bentuk
tulisan ujudnya membaca dan menulis. Dengan
demikian perkembangan bahasa
meliputi
kemampuan mendengarkan
berbicara, menulis
dan
membaca.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perkembangan bahasa meliputi 4 area
utama, tetapi
dalam pembahasan yaitu:
1. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dengan benar
dan tepat memainkan bagian yang
penting dalarn
belajar
dan
berkomunikasi
dan penting dalam
tahap-
tahap pertama dari belajar membaca.
a. Tahapan
dalam mendengarkan:
Baru lahir : mendengarkan dengan suara- suara (bayi baru terkaget-keget mendengarkan suara)
Bayi dan Batita
(infants and todler): mendengarkan eksperirnen, bisa memberikan respon, Menunjukkan
ketertarikannya pada buku-buku bergambar, Menyebutkan benda
ergambar dan berpartisipasi
Anak umur 3-4 tahun yang sudah
masuk playgroup/Early preschoolers: bercerita,
menyanyi, bermain dengan jari,
menyebutkan nama-nama, mengenal irama.
Anak
umur 4-5
tahun
(TK A) : Sudah
bisa membedakan
dan
menghubungkan bunyi dan simbol
2. Berbicara
Kemampuan berbicara berhubungan dengan fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Bagaimana anak berbicara sangat erat kaitannya
dengan aktivitas mendengarkan bunyi-bunyi, termasuk mendengarkan
orang berbicara. Meniru apa-apa yang didengarkan sebagai awal
dari
aktivitas berbicara.
Cara terbaik untuk mendorong perkembangan bahasa anak-anak adalah menyisihkan waktu untuk berbicara dengan
anak-anak. Doronglah anak- anak untuk mengungkapkan pendapat, melontarkan pertanyaan dan
rnengambi! keputusan. Anak-anak belajar kata-kata baru dengan
rnendengar kata-kata tersebut yang digunakan dalam konteks. Anak-anak
juga belajar banyak dengan mendengarkan pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan orang dewasa saat
berbicara dengan anak adalah menghindari mengkritik,
menyalahkan dan mengoreksi apa
yang
anak-anak
katakan atau mengkritik cara mereka
mengungkapkan diri. Bila anak melakukan kekeliruan saat meniru atau mengucapkan kata atau kalimat, orang
dewasa cukup mengulang
dengan memperbaikinya tanpa memberi
komentar
apapun. Misal, saat
anak
mengucapkan ‘bu potong, nggk bisa’, orang dewasa cukup mengulang ‘oh kamu (Ani) belum
bisa
memotongnya yaa, jadi ibu yang
memotongkan yaa’.
Cara memperagakan pengucapan kata yang benar seperti itu lebih
berhasil
dari menerangkan cara mengucapkan kata
dalam pembicaraan.
3. Perkembangan Kosa
Kata
Untuk menambah perbendaharaan kata,
anak dapat diajak untuk
membaca sedini
mungkin. Riset menunjukan bahwa anak-anak
yang
kaya
dengan
kosakata dan mempunyai pengalaman
banyak dalam
menggunakan bahasa akan lebih berhasil disekolah daripada yang tidak mempunyai pengalaman
sama
sekali (Hart
&
Risley
1995).
Dalam buku Creative Curriculum for Preschool disebutkan bahwa anak dapat menambah kosakata
dengan berbagai cara antara lain:
Dengan melibatkan anak pada pembicaraan
yang
bersifat informal-
bercakap-cakap baik dengan teman maupun orangtua
Dengan mengajak bernyanyi, membaca puisi, bermain dengan jari jemari
atau gerakan fisik.
Dengan memberikan
pengalaman pertama
dalam memperdengarkan kata-kata baru khususnya dalam
menggambarkan apa yang sedang mereka lakukan.
Membaca dengan jelas- mendengarkan cerita dari buku dan membahas kata-kata baru dalam cerita tersebut.
Dengan melihat gambar, anak dapat
rnengeksplorasi serta ada
dialog antara orangtua dan anak. Misal:
"Putri salju sedang apa, nak?. Pada awalnya, batita masih terbatas kosakatanya. Tetapi,
mereka tetap bisa paham jika kita menggunakan kalimat yang pendek
dan
sederhana.
4. Ekspresi
Gunakan
bahasa yang singkat, jelas, dan
benar (jangan gunakan bahasa
kekanakan).
Selain itu,
berbicara dengan pelan dan dibantu dengan ekspresi wajah atau gerakan tubuh. ini membantu anak untuk mengulangi kata-kata yang diucapkan. Sebab, sebelum mereka bisa bicara sebenarnya mereka telah
paham makna kata2 tersebut.
Walaupun anak belum bisa
bicara,
narnun
perhatikanlah
suara,
bahasa
tubuh, dan ekspresi wajah. Sehingga, kita akan memahami perasaan anak dan mereka juga akan merasa dihargai.
Dengan demikian, anak akan memahami bahwa ia memiiiki kekuatan meialui
kata-katanya. Contoh : anak berkata, "aku ingin itu".
Ketika lingkungan paham, ia tidak
per!u rnerebut
mainan atau sebaliknya tidak mengungkapkan keinginannya.
5. Lafal Ucapan
Ketika
anak menggunakan bahasa
kanak-kanaknya, jangan ditirukan atau
diolok-olok. JANGAN DISALAHKAN. Yang penting, gunakan kata-kata anak,
kemudian diikuti dengan kata-kata yang benar. Contoh : "Ade' mau cucu? lya, mama ambilkan susunya ya.."
No comments:
Post a Comment