HAKEKAT BERMAIN BAGI ANAK-ANAK
kegenbiraan saat bermain |
Menurut Seafeld dan Barbour aktivitas bermain merupakan suatu
kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkannya dengan kegiatan orang
dewasa dan lingkungan
termasuk di dalamnya
imajinasi, penampilan anak dengan menggunakan
seluruh perasaan, tangan
atau
seluruh badan (Carol Seefeldt
& Nita Barbour :205). Kegiatan bermain yang dilakukan anak biasanya bersifat spontan penuh imaginatif
dan dilakukan dengan segenap
perasaannya. Dalam bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan bernegosiasi.
Mereka menciptakan peristiwa khayalan, melatih keterampilan fisik, sosial, dan kognitif. Saat bermain anak dapat
mengekspresikan dan melatih emosi
dari
pengalaman dan
kejadian
yang mereka temui setiap
hari.
Melalui
main
bersama dan mengambil peran berbeda,
anak
mengembangkan
kemampuan melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain dan terlibat dalam perilaku
pemimpin
atau pengikut – perilaku yang akan diperlukannya saat bergaul ketika
dewasa. Dapat disimpulkan bermain menjadi sebuah milieu yang tak tertandingi
dalam mendukung perkembangan
dan belajar anak (Carol Cople and Sue
Bredekamp, 2006: P. 20). Ini juga alasan
mengapa anak usia dini memerlukan waktu
main lebih besar dalam sepanjang harinya.
Para ahli seperti
Johnson, Christie, dan Yawkey 1987; Piaget 1962; Van Hoorn et al. 1993 sebagaimana dikutip
Owocki mengamati bahwa
perilaku main menjadi makin kompleks dan abstrak saat anak-anak
maju sepanjang masa kanak-kanaknya.
Kemajuan ini dapat
diamati ketika mereka terlibat dalam tiga jenis
main yakni main sensorimotor, main peran, dan main pembangunan (Gretchen
Owocki, 1999: p. 8). Tiga jenis main
ini akan dilalui oleh semua anak tanpa memandang ras maupun bangsanya.
Lev Vigotsky, Piaget, Sara Smilansky
Piaget (1951, dalam Wolfgang, 1992: 22 dan Sugiyanto, 1995: 16) berpendapat bahwa anak usia dini (0-8
tahun) akan melewati
tiga tahapan perkembangan bermain, yaitu: (1) Sensory motor play/ Practice Play (usia 3/4 bulan-1 ½ tahun), (2) Symbolic/
Make Believe Play (+ 2-7 tahun),
dan (3) Social Play Games with Rules
(+ 8-11 tahun).
Pada Sensory motor play/ Practice Play, kegiatan anak sebelum usia 3-4 bulan belum dapat dikategorikan sebagai bermain. Sejak usia 3-4 bulan,
gerakan anak telah lebih terkoordinasi dari pengalamannya,
anak belajar bahwa dengan menarik mainan yang tergantung di atas tempat tidurnya,
mainan tersebut akan
bergerak dan berbunyi. Kegiatan
bermain sensori ini menekankan pada permainan yang berpusat pada gerak sensori motorik anak.
Pada tahapan symbolic/ make believe play (bermain
pura-pura/ bermain peran/ dramatic play), pada umumnya kegiatan anak
diwarnai dengan kegiatan
bermain khayal dan pura-pura. Anak sudah mulai dan dapat menggunakan berbagai
benda sebagai simbol atau
resentasi dari benda lain.
Pada tahap social play games with rules,
kegiatan bermain
sudahmenggunakan simbol yang lebih banyak dan dilatar belakangi
oleh penalaran, logika dan bjektivitas.
Fungsi bermain
Kegiatan bermain dilakukan sungguh-sungguh
oleh seorang anak, sebab kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak bersifat rileks
dan merupakan kegiatan yang
diinginkan dan disenangi.
Menurut Helms dan Turner
bermain adalah
cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan
dan cara mereka menjelajahi dunia lingkungannya termasuk membantu anak dalam menjalin hubungan sosial antar anak (Donald
B. Helms &
Jeferey S. Turner: 436- 337). Anak mengungkapkan hasil pemikiran dan perasaan biasanya melalui
bentuk permainan. Bermain, selain bermanfaat untuk melatih kemampuan
eksplorasi juga bermanfaat untuk
mengembangkan kemampuan
sosialisasi dengan sesama anak ataupun
dengan orang dewasa.
Menurut Rubin, Fein, dan Vandenberg, bermain adalah
berbagai macam kegiatan yang memberikan keseimbangan berbagai aspek fungsi kepribadian. Ada beberapa manfaat bermain diantaranya ialah: (1) bermain merupakan motivasi intrinsik bagi anak, (2) bermain umumnya bebas dari kegiatan menulis,
(3) bermain membangkitkan aktivitas yang nyata, (4)
pusat proses berbagai kegiatan adalah bermain, (5) bermain mendominasi
permainan, (6) bermain dapat dilakukan
dengan memberikan aktivitas
permainan (Cosby S. Roger and Janet K. Sawyers: 1). Bermain bagi anak merupakan suatu kegiatan
yang diinginkan, dengan bermain
anak akan merasa bebas, dan
menyenangkan. Kegiatan
bermain yang dilakukan
anak akan membangkitkan motivasi
instrinsik, memberikan ketenangan dan
dapat memberikan keseimbangan hidup bagi anak.
Menurut Smith, permainan yang
paling baik ialah permainan yang
memberikan kontribusi
pada anak dalam
belajar konsep dan aktivitas
yang nyata (Janet R Moyles: 4).
Permainan yang baik adalah yang dapat
mengajarkan pada anak kemampuan
tertentu baik itu bersifat individual ataupun kelompok. Aktivitas yang diberikan dalam bermain
adalah aktivitas yang dapat memberikan pemahaman
pada anak tentang dunia nyata yang bermanfaat dalam kehidupannya
sehari-hari.
Menurut Vigotsky bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi
seorang anak (Mayke
S. Tedjasaputra: 9). Permainan merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi anak. Hampir semua benda dapat dijadikan
sebagai alat permainan.
Pada saat bermain
anak belajar suatu objek, secara sadar atau tidak sadar ia belajar dari sifat-sifat objek tersebut.
Menurut Piaget, bermain itu sangat penting untuk belajar pada anak usia dini. Anak memperoleh
informasi
demi informasi melalui interaksinya
dengan objek dan kelak informasi tersebut disusun menjadi struktur
pengetahuan. Bermain
merupakan salah satu interaksi
anak untuk memperoleh pengetahuan,
sebab anak memperoleh pengetahuan melalui objek yang disentuh
dan aktivitas yang dilakukan.
No comments:
Post a Comment