Powered by Blogger.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Business

Friday, 15 April 2016

Melatih Anak BAB dan BAK di Toilet

  kangato       Friday, 15 April 2016


MELATIH ANAK  BUANG AIR BESAR (BAB) DAN BUANG AIR KECIL (BAK)
DI TOILET (TOILET TRAINING)
Melatih Anak BAB dan BAK ke Toilet


Kemandirian dalam mengurusi diri sendiri secara bertahap perlu dibangun pada anak usia dini.  Salah satunya adalah Toilet Training atau Latihan untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK).   Latihan ini harus dilakukan dalam bentuk interaksi yang menyenangkan  antara  pendidik  dan  anak  usia  dini. Selain  itu  pengenalan  pendidik terhadap anak didik yang sedang dilatih.
Toilet training bukan sekedar melatih anak menggunakan toilet karena pendidik bisa saja menuntun anak ke toilet tapi tidak dapat memaksa anak BAB atau BAK disana.  Intinya lebih kepada menumbuhkan pada diri anak terhadap pengenalan rasa ingin BAB dan BAK serta  tempat  juga  cara sehat  menggunakan  toilet.    Anak  harus  mengenal  tanda-tanda tekanan di kandung kemihnya dan adanya rasa mulas ingin BAB.  Kemudian anak diajarkan untuk membuat hubungan antara perasaan tersebut dengan hal apa yang sedang terjadi di dalam tubuhnya.   Selanjutnya, anak diajarkan belajar menanggapi dengan tepat rasa tersebut.   Berarti terlebih dulu anak sudah diajarkan tentang cara melepaskan pakaian. Penting juga mengajarkan anak cara menahan keinginannya sampai semua sudah kondusif untuk proses BAK dan BAB. Selain itu, anak juga dilatih bagaimana membersihkan alat kelamin atau pantatnya, turun dari toilet dengan aman, memakai celana kembali, menyiram, mencuci tangan dengan cara yang benar

LANGKAH-LANGKAH BERLATIH TOILET (TOILET TRAINING)
1.      Langkah Pertama: Pendidik harus memastikan bahwa anak Telah Siap
Menurut Sears dan Sears (2007), kita sudah dapat mengajak anak Toilet Training jika anak sudah menunjukan tanda-tanda berikut:
·         Meniru tingkah laku orang dewasa ketika menggunakan toilet
·         Sudah dapat mengutarakan rasa secara lisan seperti lapar, haus.
·         Sudah bisa mengerti permintaan yang sederhana seperti Ambil bola itu
·         Mulai mendorong celana sampai lepas ketika basah atau kotor, atau ketika ia dapat mengatakan kepada andaaaa bahwa ia kotor.
·         Sudah dapat duduk di atas pispot atau kloset
·         Bayi sudah tidak BAB atau BAK di celana selama tiga jam
·         Mulai meneliti anggota tubuhnya

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan Toilet Training berhubungan dengan berbagai aspek perkembangan pada anak. Kapan waktu yang tepat melakukan toilet training harus mengacu pada kematangan 4 aspek yaitu:
Perkembangan  fisiologis.     Toilet  training  berhubungan  dengan  kemampuan pengendalian otot-otot  yang mengelilingi ujung usus besar dan  kantung kemih. Pada usia 12-24 bulan anak sudah matang untuk mengatur   otot-otot ini. Pengendalian otot yang mengelilingi kantung kemih lebih sulit dibanding ujung usus besar.   BAK lebih sulit kendalikan sehingga latihan BAB harus lebih dahulu dilakukan.  Kapan waktu yang tepat harus diawali dengan pengamatan orangtua dan pendidik terhadap tingkahlaku anak dan gerakan yang dilakukan anak
Keterampilan motorik.  Baik ketrampilan motorik kasar dan halus diperlukan saat kegiataan  toilet. Keterampilan  motorik  halus  yang  diperlukan adalah keterampilan koordinasi tangan dan jari jemari untuk berpakaian
Perkembangan kognitif dan bahasa.  Proses Toilet Training merupakan kombinasi yang kompleks antara tugas fisik dan kognitif.  Anak harus belajar dan mengenali fungsi-fungsi  anggota  tubuhnya,  mengasosiasikan  sensasi  fisik  dengan  respon yang sesuai, memiliki gambaran tentang apa yang ingin dikerjakan, merencanakan untuk pergi ke WC, melepas pakaian dalam dan menggunakan WC. Kemudian anak  juga  harus  tahu  kapan  ia  berhenti.    Semua  ini  membutuhkan  ingatan, konsentrasi juga pengendalian diri.   Anak harus memiliki kemampuan untuk memahami penjelasan, perintah dan respon dari kita dan mampu untuk menggabungkan semuanya agar memahami proses keseluruhan Toilet Training.
Kesadaran emosional dan sosial.   Pada usia 2 (dua)   tahun anak menjadi sadar akan bagian-bagian tubuhnya maka pendidik/orangtua harus berperan untuk mengajarkan pemahaman terhadap hal-hal yang berhubungan dengan BAB dan BAK seperti rasa BAK dan BAB yang disimbolkan dengan kata-kata pipis dan eek untuk BAB. Juga pengenalan dan menamakan penis, vagina, WC, basah, kering, pakaian dalam. Istilah yang diperkenalkan adalah yang nyaman nyaman untuk keluarga.   Tahap berikutnya adalah anak perlu memiliki kapasitas untuk berfikir simbolik, merencanakan atau memecahkan masalah dan mengingat.   Lalu anak belajar mengetahui kapan ingin BAK-BAB, pergi kesana, melepas pakaian dan mengeluarkan di WC

2.      Langkah Kedua: Siapkan Diri Anda sebagai Pelatih yang Baik
Jika pendidik sudah memastikan bahwa saat Toilet Training sudah tiba waktunya maka pendidik juga harus menyiapkan diri sebaik mungkin.  alat-alat” yang akan dibutuhkan adalah:
·         Teknik komunikasi dengan anak sesuai tahap perkembangan anak
·         Kesungguh-sungguhan dan Kesabaran
·         Cara memotivasi dan mengajak yang kreatif.
·         Pispot  atau  jamban  yang  ukuran  dan  bentuknya  cocok  untuk  anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pispot adalah: diperkirakan anak menyukainya, mudah dibersihkan, keamanan, stabilitas dan desain.
·         Celana khusus untuk latihan ke toilet




3.      Langkah   Ketiga:   Ajari   Anak   Arah   yang   Harus   Dituju   dan   Cara   untuk Menyebutkan Hal itu
Anak dikenalkan tempat BAB dan BAK bersamaan dengan memberikan penamaan pada kegiatan BAB dan BAK juga perlu disampaikan dengan tepat dan spesifik, misalnya BAB dinamai e-e” dan BAK dinamai pipis”.   Selain itu anak perlu  diajarkan  sekaligus  memberikan  penamaan  bagian  tubuhnya.    Berikan nama-nama yang wajar dan umum diterima anak dan keluarga untuk penamaan bagian tubuh (penis, testis, vagina, dll) yang terlibat dalam BAB dan BAK.  Kata- kata tersebut diucapkan pendidik dengan nada yang wajar seperti menyebutkan anggota tubuh lainnya.

4.      Langkah Keempat: Ajari Anak Hubungan Antara Rasa Ingin Buang Air dan Pergi ke Toilet
Salah satu kegiatan dari Toilet Training adalah mengajarkan anak tentang cara  menghubungkan  antara  rasa  ingin  BAB  atau  BAK  dan  pergi  ketoilet  lalu duduk di pispot atau jamban yang berujung dengan melakukan BAB atau BAK diatas pispot.   Ketika anak menunjukan tanda-tanda akan BAB atau BAK maka pendidik harus segera merespon dengan memperkuat penamaan tentang apa yang dirasakan anak lalu mengajak anak ke pispot/jamban.   Data pola BAK dan BAK anak dapat dipakai untuk mengingatkan anak tentang rasa ingin BAB dan BAK ini.  Bersamaan dengan itu anak juga ditanamkan hubungan mental antara rasa dan menyampaikan rasa tersebut kepada pendidik, misalnya: “sayang, mau e-e yaa, bilang ke ibu guru yaa”.  Setelah anak memahami rasa mau BAB atau BAK, lalu mampu menamainya dan menyampaikannya kepada Pendidik maka anak mulai ditingkatkan kemampuannya kearah kemandirian, misalnya   dengan mengatakan:  “sudah terasa mau e-e yaa, ayoo pergi ke pispot meskipun pada tahap awal masih ditemani namun secara bertahap anak mulai diajarkan BAB atau BAK secara mandiri.

5.      Langkah Kelima: Beralihlah dari popok  ke Celana yang Mudah Dilepas
Pendidik perlu melepaskan semua hal yang akan memperlambat kegiatan latihan ini.   Pemakain popok sekali pakai dapat membuat anak tidak dapat membuat  hubungan  antara keinginan BAB atau BAK dan tindakan yang perlu dilakukannya.    Saat ini semakin banyak popok yang diproduksi dengan mempertimbangkan segera agak kering setelah BAK di popok tersebut.   Anak dibuat nyaman dan tetap tertidur di malam hari meskipun sudah beberapa kali BAK.  Ini cukup berbahaya bagi kegiatan toilet training.  Akhirnya banyak pendidik dan orangtua yang membiarkan anak dalam keadaan sudah beberapa kali BAK di popoknya.   Lama-lama anak merasa terbiasa dengan kondisi ini.   Keadaan ini merpersulit dan memperlama waktu kegiatan Toilet Training.Selain itu anak juga sebaiknya tidak menggunakan celana yang sulit atau butuh waktu yang lebih lama jika akan dibuka, misalnya: celana jins, celana panjang yang sempit di ujung pergelangan kaki.    Setelah anak sudah beberapa minggu tidak BAB atau BAK di popoknya maka ini saatnya mengganti popok sekali pakainya dengan celana yang cukup longgar dan mudah dilepaskan anak

6.      Langkah Keenam: Ajari Anak Anda untuk Membasuh, Menyiram, Mengenakan Celana dan Mencuci Tangan
Bagian   terakhir   yang   dilatih   pada   anak   saat   Toilet   Training   yaitu serangkaian kegiatan: Membasuh, Menyiram, Mengenakan Celana dan Mencuci Tangan dengan cara yang tepat.  Cara membasuh yang baik adalah dari depan ke belakang.    Ini  bertujuan  mencegah  kuman  yang  dapat  menyebabkan  infeksi saluran  kencing.      Perlu  kesabaran dan  kreatif  dalam  memotivasi anak  untuk membasuh sendiri.   Kemampuan membasuh berhubungan dengan kemampuan motorik anak.  Anak berumur 2 (dua) tahun jarang memiliki ketrampilan tangan untuk mengelap dengan layak bahkan beberapa anak tidak siap untuk melakukan ini sampai berumur 4 (empat) atai 5 (lima) tahun.
Penyiraman  dapat  berjalan  dengan  mudah  atau  sulit  tergantung  anak. Ada yang senang dengan kegiatan ini tapi ada juga yang takut dengan suara air di kloset yang agak kecang saat tinja atau urin menghilang ke dalam lubang kloset. Mengenakan celana akan lebih mudah dan nyaman dilakukan anak jika orangtua tidak mengenakan celana yang mempersulit anak melepaskan dan memasangkannya.  Anak memiliki kecenderungan kurang” sabar dan selalu ingin cepat. Dipenghujung semua kegiatan Toilet Training adalah mencuci tangan dengan sabun dengan cara yang tepat (lihat sub Bab tentang mencuci Tangan).
Seluruh kegiatan Toilet Trainig dilakukan dengan suasana, sikap dan kata- kata pendidik yang membuat anak merasa nyaman dan dihargai.   Sama halnya saat ketika kita melatih anak berjalan, yang biasanya penuh suka cita dan menganggap anak yang jatuh atau takut-taku saat mau melangkahkan kaki pertamanya.   Tidak diperkenankan hukuman atau kata-kata kasar dan penuh ancaman jika anak sangat lamban memahami kegiatan Toilet Training   ini.  Kata-
kata positif  yang memotivasi dan kata-kata pujian selalu diberikan kepada anak saat Toilet Training ini.
logoblog

Thanks for reading Melatih Anak BAB dan BAK di Toilet

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment

Contoh Soal PLH Kelas VIII

SOAL PLH KELAS VIII PENGHIJAUAN LINGKUNGAN Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar, dengan memberikan tanda silang (X) pad...

close