Powered by Blogger.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Business

Monday, 14 May 2018

Kumpulan Cerpen

  kangato       Monday, 14 May 2018
Kumpulan Cerpen

Cerpen atau cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel. Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja.
Cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman saja. Selain itu, cerpen atau cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja.
Berikut Contoh-contoh cerpen yang diasmbil dari beberapa situs, mudah-mudahan bermanafaat !

BERTAHAN DI SEBUAH CINTA YANG TAK PASTI

Seorang gadis berusia 20 tahun terus berjalan sendirian di sebuah tempat sepi tapi indah, tempat dimana seorang laki-laki itu reza, datang berlari menghampirinya, terus berlari dengan senyuman diwajahnya, mengusap-usap rambut kepalanya dan membawanya pergi, tapi.. Semua itu hilang, ketika nisa, nama gadis 20 tahun ini kehilangan sosok sahabat,sekaligus kaka yang ternyata memilih wanita lain dibandingkan nisa yang sudah 1(satu) tahun ini dikenalnya terlebih mereka saling bersaudara, rumah mereka yang berdekatan, bahkan bersampingan membuat lilah yang selalu cemburu melihat sosok reza yang membawa pacar kerumahnya, terlebih sapaan kasihsayang usapan rambut ke kepala pacarnya membuat air mata nisa menetes, dan hanya bisa melihat kebahagiaan mereka di lantai atas rumahnya,"Tuhan, apa aku hanya diciptakan untuk mencintai,bukan dicintai, aku Lelah untuk selalu bertahan, aku lelah untuk selalu terdiam,dan aku lelah untuk selalu menunggu,tapi ketika aku lelah dan ingin melepaskan,dia malah menarik dan mengulurkan tali agar aku tetap terdiam agar tak bisa pergi",bisik hati lilah dengan air matanya yang menetes.
Keesokan harinya, terlihat nisa yang sedang berdiri sendirian di depan rumahnya, dan reza keluar dengan mengendarai motornya,"nisa...",sapa reza,"hay ka...",jawabnya,"kenapa belum berangkat kuliah",tanya nisa,"iya ka, motornya mogok, ban nya kempes,,"jawab nisa,"yeahhh.. Hari ini kaka udah janji mau nganterin icha pacar kaka, gimana dong, kalau nisa ngomongnya dari awal, pasti kaka udah nganterin nisa ko",jawab reza,"iya gak apa-apa ko ka, kaka pergi aja, nisa bisa naik angkot,udah sana buru berangkat,kasihan, pacar kaka nungguin",bantah nisa mencoba menerima,"yaudah, kalau gitu kaka pergi dulu yah,nanti pulang sekolah ke toko yah,,",pamit reza,"iya ka...",jawabnya, dan reza pun segera pergi,"aku rindu saat aku naik duduk dibelakang motor kaka,memegang pinggangnya dengan erat,merasakan hangatnya pundakmu, dan elusan rambut dikepala ini ketika aku akan pergi",bisik hati lilah mengusap air yang menetes dari matanya,
Lilah terus berjalan sendirian di kampus menuju kelasnya, tiba-tiba seorang laki-laki yang juga teman lilah, kiki namanya terus mengganggu lilah dengan gayanya yang kocak,dan ngocol itu, terlebih, kiki menyukai dan cinta kepada nisa, tapi nisa selalu saja mengacuhkan kiki, padahal dari segi fisik, mereka memang tidak berbeda jauh, sama-sama tampan, bahkan kiki lebih kaya, tapi entah kenapa hati lilah hanya tersimpan untuk reza,"pagiii cantikkk...",sapa kiki,"pagiii...",jawab nisa,"gimana soal sms kemarin, udah ada jawaban",tanya kiki,"aduhhhh.. Udah deh ki,aku itu lagi gak semangat buat ngebahas soal cintanya kamu,,",ketus lilah,"loh ko gitu sih nis,aku tuh cinta sama kamu.."Jawab kiki terus mengikuti lilha,"iya tapi aku tuh gak cinta sama kamu",jawabnya agak membentak dan berhenti,"kenapa nis, kenapa kamu gak bisa cinta sama aku, aku itu ganteng,aku kaya,aku baik,aku perhatian,humoris,romantis, dibandingkan si reza yang bisanya cuma bikin kamu nangis,tampan biasa,kaya juga biasa,dan yang pasti dia itu cuma bisa bikin hati kamu terluka, kamu mau terus bertahan buat dia nis, buka hati kamu nis, bukaaa..",bentak kiki emosi, dan lilah langsung menampar kiki,"plakkkk...."Dan itu membuat kiki terdiam,"aku gak perlu ceramah kamu,dan aku harap,jauhi aku,dan gak usah deketin aku lagi,,",bentak nisa,"tapi nis,nisaaaa.. Nisaaaa...",
Di sebuah toko, tepatnya sebuah Distro milik orangtua reza, nisa datangi untuk bertemu reza, tapi tiba-tiba disana, terlihat icha pacar reza juga datang,terlebih reza terus menyuapi pacarnya itu, dengan perlahan-lahan dan menahan rasa kecewa nisa terus melangkah menghampiri mereka,"nisaaa, ayo duduk nis, kamu udah makan belum, biar diambilin,,,",tanya reza,"gak usah ka makasih,aku udah makan tadi dikampus ko..",jawabnya,"ohh ya bagus dong",jawab reza, dan kembali menyuapi pacarnya, dan itu membuat lilah merasa tak tahan menahan rasa cemburu dan sakit, terutama matanya yang sudah berlinang,"ka, aku pergi dulu yah, ada urusan...",pamitnya terburu-buru, segera pergi dengan hujan derasa yang turun,"tapi nis, diluar lagi hujan, nisaaa...nisaaa..",reza mencoba mencegah, tapi nisa terus berlari dengan hujan yang turun sangat deras, dan tiba-tiba tertabrak sebuah motor karna tak hati,"ahhhh...",teriak nisa yang tergeletak di tanah,



HARAPAN KOSONG

Semua berawal ketika di parkiran, aku bertemu dengan dia. Tak ada perasaan yang aku rasakan, hanya biasa dan sebatas teman yang sering dilihat tetapi tidak pernah saling menyapa. Entah mengapa, setelah berturut-turut terus bertemu, ada perasaan yang mengganjal di hatiku. Perasaan yang tak menentu ketika bertemu dengannya. Aku memberanikan diri menanyakan namanya dengan salah seorang teman sekelasnya. Aku yang selalu penuh dengan rasa penasaran, mencari tau tentang dia.
Awalnya, dia juga seperti memberi respon yang sama, sehingga membuatku semakin gigih untuk mengenalnya lebih jauh. Menurutku dia adalah cowok misterius, dingin dan cuek. Karena kesehariannya yang selalu dapat di tebak. Datang ke sekolah tepat 5 menit sebelum bel, dan pulang sekolah tepat 10 menit sesudah bel. Dan kesehariannya itu membuat kegiatan rutinku juga untuk sekedar melihat paras nya dari jauh. Menunggunya lewat tepat di depan kelas ku dengan menaiki sepeda motornya. Walaupun hanya dapat melihatnya dari ketinggian sekitar 2,5 atau 3 meter, tetapi hal itu membuatku geregetan.
Aku selalu berusaha mencari tau semua hal tentang dia, dimulai dengan mencari tau akun nya di dunia maya, mau pun mencari tau pin bb nya. Sampai ketika, aku pernah melihat nya bersama teman sekelasku. Dari situ, aku mulai menanyakan semua tentang dia. Menceritakan apa yang kurasakan, dan pastinya mengenalnya lebih dalam lagi. Awalnya, temanku mengatakan kalau dia itu malu mendekati seorang cewek. Tapi itu tidak mungkin apabila dia sudah pernah menjalin hubungan sebelumnya. Temanku juga sudah bercerita dengan dia tentang aku. Memang mengejutkan karena responnya sedikit dingin, dia hanya diam dan tak menjawab.
Tak lama setelah aku mendapat pin nya, aku mengirim pesan singkat melalui bbm.
Aku: “PING!!!”
Dia: “Y?”
Dan hanya itu yang dia jawab. Sontak aku terkejut dan merasa kecewa. Sebegitu cuek kah dia?
Semenjak itu, aku tidak berani lagi untuk mencoba berkomunikasian dengannya. Bagaimana bisa kami dekat, sedangkan dia pun hanya dapat mempertahankan sikap cueknya. Tapi itu juga merupakan tantangan tersendiri buatku.
Dan tepat ketika ulang tahunnya, aku kembali memberanikan diri. Aku mengirim ucapan di salah satu akun nya di dunia maya. Sungguh, menanti balasan darinya adalah yang paling ku tunggu-tunggu. Harap-harap cemas, hanya itu yang kurasakan saat itu. Tepat pukul 7 malam, ak membuka ucapan yang tadi ku kirim. Dan hasilnya, kecewa yang kudapatkan. Hanya sekedar ‘like’. Tak ada kata ‘terima kasih’, ‘senyum’ atau pun yang lain. Kekecewaan itu terlalu sakit, sehingga untuk pertama kalinya, aku meneteskan air mata untuknya. Setiap hari, sebelum bel masuk berbunyi dan sesudah bel pulang berbunyi, aku selalu menunggu nya di balkon depan kelasku, walau hanya untuk melihat dia sebentar saja.
Penantian ku seakan sia-sia ketika dia bercerita kepada temanku, bahwa dia telah menjalin hubungan dengan wanita lain.
Aku, yang selalu menyukainya, tetapi tidak ada sedikitpun respon yang dia berikan.
Sakit? Tentu!
Dan mulai dari itu, aku tidak lagi mengharapkannya. Sekedar menanyakan nya lagi saja, aku tidak berfikiran lagi. Karena untuk ku, hal itu sudah sangat menyakitkan. Aku juga tidak ingin mengganggu, karena terus mengusik kehidupannya. Aku juga tidak ingin membuat pasangannya merasa tidak nyaman. Dan kini, sendiri itu jauh lebih nyaman.



KAYU BAKAR AJAIB

Waktu itu, aku sedang duduk di dalam metromini. Aku mengutak-atik laptopku untuk membuat skripsi. Aku duduk di samping seorang ibu yang penampilannya sungguh tak layak, ia sedaritadi hanya memperhatikanku. Aku tak nyaman jika dilihat, karena aku malu.
“Maaf bu, ada yang bisa saya bantu? Mengapa ibu dari tadi melihat saya?” tanyaku pada ibu itu.
“Eh.. oh.. Gini nak ibu dari tadi memerhatikanmu karena ibu mau tanya, berapa harga lektok itu?” tanya ibu itu. “Lektok? Apa itu bu?” tanyaku heran. “Yang sedang kamu pakai, berapa harganya?” tanya ibu itu lagi. “Oh ini, ini bukan lektok bu tapi laptop. Harganya paling murah Rp.5.000.000. Memang kenapa bu?” tanyaku. “HAH!! Apa tidak ada yang harganya Rp. 100.000?. Kalau segitu harus kerja 10 tahun” kata ibu itu shock. “Ibu, memang kenapa?” tanyaku semakin penasaran. “Gini nak, anak ibu sekarang kuliah dia perlu laptop untuk buat stipsi” jelas ibu itu. “Bukan stipsi bu, skripsi” kataku membenarkan. “Ya kayak gitulah, dia minta dibeliin laptop tapi, ibu gak punya uang” katanya pasrah.
“Memang apa pekerjaan ibu?” tanyaku. “Ibu tukang cari kayu bakar” jawab ibu itu. “Sehari berapa bu penghasilannya?” kataku layaknya wartawan. “Gak tentu nak” jawab ibu itu yang sepertinya kewalahan menjawab pertanyaanku. “Wah hebat, padahal ibu hanya bekerja sebagai pencari kayu bakar, namun semangat ibu sangat besar untuk menyekolahkan anak ibu” kataku kagum. “Anak ibu kuliah ambil jurusan apa?” tanyaku yang tak ada habis-habisnya. “Arsitektur, dimana ya bisa dapat laptop yang murah?” tanya ibu itu. “Wah bagus ya, tapi arsitektur mahal biayanya. Oh, kalau ibu gak mampu beli laptop, ibu suruh saja anak ibu ke rental komputer, Rp.3000 sudah bisa main 1 jam” jawabku.
“Wah murah sekali, nanti ibu suruh anak ibu ke rental kolputer. Makasih ya nak” kata ibu itu senang. “Bukan kolputer bu, tapi komputer. Iya sama-sama bu” kata sambil tersenyum. “Kolputer komputer sama aja kali” katanya. “Beda bu. Hahahaha” kataku tertawa.
Lalu kami turun di terminal. Kini aku tidak bersama ibu itu, ia melanjutkan perjalanannya ke jurusan metromini lain.
Kini aku mendapat pelajaran, tidak mesti orang kaya saja yang sekolah, namun orang miskin juga bisa. Buktinya ibu itu, walaupun dia hanya pencari kayu bakar, namun dia dapat menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang paling tinggi.



ENTAH

Pagi hari ibuku selalu membangunkanku dengan cara-caranya yang tak bisa kutebak. Kali ini ia membangunkanku dengan mencubit hidungku sangat keras. Katanya, ia sudah membangunkanku tiga kali, tapi aku tak kunjung bangun meninggalkan mimpi-mimpiku yang tak karuan itu. Wajarlah, namanya juga anak SD.
Saat aku pergi ke meja makan, ternyata tak ada secuil makanan pun di atas meja. Yang ada hanya piring dan sendok yang tertata sangat rapi. “Hani, kamu beli makanan di sekolah saja ya, ini uang sakumu ibu tambah, ibu beragkat kerja dulu.” teriak ibu sambil memakai sepatu dengan serabutan. “Kenapa ibu nggak masak hari ini? biasanya sesibuk apaun pekerjaannya ia selalu menyempatkan waktunya untuk memasak walaupun hanya mie instan dan telur.” Gumamku sambil mengunci pintu rumah.
Jalanan sudah sangat ramai. Padahal masih jam 6 pagi. Apa ada perubahan jam kerja? sehingga para pekerja berangkat lebih awal dari biasanya. Ataukah semuanya telah kerasukan setan rajin? aku terus memikirkan hal itu di sepanjang jalan menuju sekolah.
Sampai di pertigaan, sekolahku terlihat sangat sepi, tidak ada rentengan penjual di depan gerbang sekolah. Hanya terlihat satu dua anak yang masih berkeliaran. Aku fikir aku telat, jadi aku berlari dengan cepatnya agar tidak dihukum. Tapi anehnya, di halaman sekolah masih banyak anak yang berkeliaran dan bermain dengan teman-temannya.
Terdegar teriakan Ani yang melengking di telingaku. “haaaiii…” “apa?” jawabku agak malas. “hehe… gak jadi deh.” “Hey hey… Ani, sadarlah kawan kau hanya buang buang waktu saja kalau cuma ingin bilang yang gituan.” Terangku sambil menunjukkan tampang kesal. Tanpa bicara apapun Ani langsung pergi meninggalkanku. “Kenapa Ani gak langsung crita saja? biasanya ceritanya sampai membanjiri memori otakku.” Celotehku sambil masuk ke kelas.
Hari ini, para pahlawan yang katanya tanpa tanda jasa itu, kenapa terlihat bermalas-malasan. Bahkan hari ini yang mengajar di kelasku hanya Pak Ahmat, guru agama. Cara mengajarnya pun berbeda dari biasanya. Sepanjang pelajaran pun ia tidak mengeluarkan kosa kata-kosa kata terkocak yang biasa membuatku tak bisa berhenti tertawa.
Entah, sebenarnya ini hari apa? Kenapa semua orang berubah seratus delapan puluh puluh puluh derajat dari biasanya. Di memori otakku hanya ada satu kata yaitu, ENTAHLAH.




MENCINTAI DIAM DIAM

Aku hanya bisa terdiam dengan keputusannya waktu itu, keputusan untuk mengakhiri hubungan kami. Aku sudah mencoba untuk mempertahankannya, tapi semuanya sia-sia saja. Cinta tak bisa dipaksa, buat apa aku pertahankan semuanya jika di memang sudah tak mencintaiku lagi?.
Sudah tiba saatnya, saat dimana aku harus merelakan, mengikhlaskan, pergi dan menjauh dari dia. Sebelum putus memang hubungan kami kurang baik, banyak terjadi kesalah pahaman, banyak yang memprovokatori hubungan kami. Sangat disayangkan karena hubungan kami telah direstui oleh pihak keluargaku.
Aku menatap langit di luar yang sedang mendung, apa-apaan ini? Apakah langit ingin mengejekku? Kondisi hatiku memang sedang tidak baik, aku lebih banyak memilih diam, dan menggalau di kamar curhat lewat dumay, yang kurasa cuman dumay yang bisa mengerti.
Kebahagiaan itu, aku mulai kehilangan kebahagiaan itu. Senyumanku yang selalu ada di pagi hari kini tak ada lagi. Kenapa waktu begitu tidak adil? Mengapa dia membuatku kehilangan kebahagiaan itu di saat aku telah benar-benar mendapatkannya. Aku mulai merasa tak bisa menjadi diriku sendiri, aku lari, aku menghindar dan tak mau menerima kenyataan. Seharusnya aku berhenti bermimpi, aku bukanlah segalanya untuknya, aku hanyalah sebuah kenangan, kenangan yang setiap harinya akan hilang. Seharusnya aku sadar dia akan segera menemukan pengganti ku yang bisa membuatnya tersenyum setiap harinya. Nantinya akan cukup sakit jika tahu alasannya tersenyum bukanlah karena aku.
Aku termenung terpaku melihat langit yang penuh dengan bintang-bintang, keindahan malam itu mengajakku untuk tetap tersenyum dalam keadaanku ini. Aku sudah mulai sadar cinta tak selamanya seperti yang aku inginkan, terkadang cinta menginginkan hal lain seakan-akan ingin bebas, terbang dan berkreasi dengan imajinasinya sendiri. Entah kenapa di saat cinta sudah saling mencintai tapi malah keadaan yang melarangnya bersatu, bahkan bisa memisahkan dan menghancurkannya seperti yang ku alami sekarang.
Sunyi yang kurasa saat itu berubah menjadi keramaian yang tak jelas dari mana asalnya, aku kembali teringat akan masa lalu, masa bahagia bersamanya, canda, tawa, janji-janji, mimpiku yang sama dengannya, yang kurahap akan menjadi nyata, semua itu membuatku mendengar suara genderang yang tak berhenti mengiringi setiap detak jantungku. Ingin ku teriak, tapi suaraku tertahan, air mata pun seketika jatuh, entah air mata apa ini? Apakah ini air mata kebahagiaan karena aku sudah bisa terlepas dari cinta yang hanya bisa membuatku sakit? Ataukah ini air mata penyesalan, penyesalan cinta karena aku sudah kehilangan orang yang bisa membuatku bahagia, cinta yang telah merasuk ke dalam setengah hidupku.
Cinta, aku benar-benar rapuh, aku mencintainya sungguh benar mencintainya. Seharusnya aku bisa mengumumkan kepada dunia, “aku bahagia, aku sangat bahagia bersamanya.” apa yang menurut kita baik belum tentu menurut allah itu yang terbaik. Allah gak akan ngasih cobaan diluar batas kemampuan umatnya, sesatu yang diawali dengan baik, akhirnya pun akan baik. Di dunia ini gak ada yang sempurna, ya itulah hidup semakin kita mencari kesempurnaan, semakin pula kita tak akan pernah mendapatkannya.
Ada banyak hal yang tidak bisa aku katakan, hatiku ini akan terus mengingatmu, mengingat kenangan yang masih mampu untuk kuingat, setelah ini aku tidak benar-benar tau apa yang akan terjadi karena waktu akan terus berputar. Di saat kamu merasakan kebahagiaanmu nanti, aku harap aku juga bisa ikut merasakannya. Cinta ini, perasaan ini hanya akan kusimpan, akan kubiarkan hilang dengan sendirinya. Bukankah itu akan lebih baik? Harus membiarkanmu pergi bukanlah hal yang semudah ucapan, aku akan membalikan badan sehingga aku tak akan melihatmu meniggalkanku. Tak peduli sebanyak apa air mata yang akan menetes.
Walaupun aku sangat menginginkan cinta dan sayangmu yang lebih dan lebih kepadaku. Walaupun aku sangat menginginkan kepedulianmu terhadapku, perhatianmu kepadaku. Aku akan tetap seperti ini, mengenangmu dengan caraku, mencintaimu dengan caraku, dalam diam akan kusimpan semuanya, dalam diam aku akan pelan-pelan melepaskanmu



SAHABAT SELAMANYA

Namaku Sintia dwi putri. Aku biasa di panggil sintya. Aku adalah seorang siswa di sma 2 Padang. Aku adalah seorang yang berasal dari keluarga kecil yang sederhana. Hari-hari ku dipenuhi dengan aktivitas belajar, mengajar mengaji, dan membantu orangtua ku.
Suatu pagi yang cerah aku sedang berbincang-bincang dengan teman-teman ku. Tiba tiba datang ibu Ria, memanggil teman ku Via. Kami semua hanya terdiam tanpa berkata apapun.
Via kamu ikut ibu sebentar ya,” ucap ibu Ria
“Kemana bu?”
“Ke kantor ada yang ingin ibu bicarakan kepada mu” jawab bu Ria
Kami semua mengikuti Via menuju ke ruang guru, dan mencoba mendengarkan percakapan Via dengan Ibu Ria.
Ternyata Via sedang bermasalah dengan biaya sekolahnya. Dia sudah menunggak spp selama 3 bulan. Aku merasa prihatin dengan teman ku yang satu ini dia sudah terlalu sering bermasalah dengan keuangan
Via adalah anak yang baik, walaupun dia berasal dari keluarga kurang mampu, tapi semangatnya untuk sekolah sangatlah tinggi.
Tak lama kemudian Via keluar dari ruang guru, dengan wajah sedih, kami pun tetap terdiam tanpa bisa berbuat apa-apa.
Melihat ini semua, aku dan teman teman yang lain mendapat Ide untuk membantu Via. Yaitu dengan cara mengadakan bazar pakaian murah. Pakaian disini ada yang sudah bekas pakai tapi masih layak di gunakan dan ada juga yang baru. Pakaian bekas nya kami ambil dari pakaian kami yang jarang di pakai. Dan pakaian barunya kami dapatkan dari bantuan orang tua Ririn yang memiliki butiknya sendiri.
Beberapa hari kami melakukan kegiatan ini, sedangkan Via hanya bingung dan tak tau apa-apa dengan semua yang kami lakukan ini. Setelah semua uangnya terkumpul dan pakaian pakaian itu habis terjual, barulah kami memberikan uangnya kepada Via.
“hai vi?” ucap ku, menyapa Via.
“hai juga sin”, Balasnya
Aku menceritakan tentang dan apa tujuan kami melakukan kegiatan bazar beberapa hari belakangan ini kepada Via. Bahwa itu semua tidak lain adalah untuk membantu Via agar dia bisa melunasi biaya sekolahnya. Dia terlihat meneteskan air mata.
“Lho kok, kamu nangis sih, Ayo terima aja kita semua ikhlas kok ngelakuin ini semua buat kamu”
“aku cuman sedih karena aku pasti nggak bakalan bisa balas kebaikan kalian semua” balas Via
“Kita kan pleennndd,” semua menjawab kompak.




ANDAI

Seperti biasa, pagi-pagi aku bangun dari tempat tidur… dengan susah payah aku beranjak dari tempat tidur menuju kursi kesayanganku, aku buka jendela, kutunggu sampai orang yang keluar dari rumahnya. Dia yang selalu tersenyum menyapaku, tak seperti tetangga-tetangga seumuranku yang lain mereka selalu cuek ketika aku lontarkan senyumku kepada mereka.
Seperti biasa, guru pembimbingku masuk ke dalam ruangan. Dengan susah payah dia membimbingku. Dia adalah guru tersabar yang pernah aku temui, dia tak pernah marah walaupun aku sulit menangkap pelajaran yang dia berikan.
Kamarku yang tanpa jam dinding ini, menyulitkan aku untuk mengatur waktu, sebenarnya aku ingin mempunyai jadwal kegiatan yang sudah teratur rapi. Tapi entah kenapa, ibuku tak pernah memberikan jam dinding, kalender atau yang lainnya di kamarku.
Sudah siang, ini waktuku duduk kembali menatap jendelaku, karena biasanya orang yang kutunggu telah pulang sekolah. Tapi hari itu berbeda, kurasakan hatiku tak karuan karena kulihat orang yang menjadi harapan terakhirku itu bergandengan tangan dengan seorang gadis cantik. Mereka terihat bahagia, sampai-sampai si dia lupa untuk menyapaku seperti biasanya. Rasanya ingin kuceritakan semua itu kepada ibuku, tapi aku tidak bisa… aku terlalu lemah untuk menceritakannya. Aku hanya bisa menangis di pelukan ibuku, ibuku yang tak tahu maksudku pun turut menangis tanpa menanyakan ada apa.
Kutangisi hal itu setiap hari, sehingga mungkin ibuku bingung dan penasaran tentang apa yang anak gadisnya rasakan. Ibuku sampai-sampai menceritakan maksudnya kepada guru pembimbingku dan mungkin mereka merencanakan sesuatu untukku.
Aku tak bisa melawannya, karena aku tak bisa melawan ibuku…
Hari itu, guruku mencoba mencari pengertianku, dan akhirnya dia memberiku sebuah buku cantik yang tak pernah kulihat sebelumnya. Dan dia menyebutnya itu “buku harian” dia berpesan kepadaku “Jangan pendam semua perasaanmu, keluarkan… Kalau tidak sanggup untuk mengeluarkannya di depan seseorang… maka tulislah, ini buku istimewa, karena ini sudah memiliki hukum yaitu PRIVASI, jadi tidak ada yang boleh membukanyam”.
Malam itu, kutuliskan semua unek-unekku selama ini, aku ingin mencoba merefresh hatiku yang sudah kotor.
Andai dia tahu apa maksudku…
Andai dia tahu kalau aku menyayanginya
aku ingin berdekatan dengan dia
Aku ingin seperti mereka yang bebas
Andai ibuku jujur kepadaku kenapa? kenapa?
kenapa dia tak pernah mengizinkanku pergi dan melihat keluar bersama teman-temanku…
kenapa dia hanya bilang kalau aku spesial…
dan Andai ibuku jujur kalau aku CACAT…

 

           



SERBA PERTANYAAN


Haiii perkenalkan namaku anastasia, aku gadis berusia 16 dan sekarang aku duduk di kelas ehhh seharusnya maksudnya karena aku sudah tidak melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas karena… ehemmm pengen tahu?, ya udah baca sampai habis okay!
Tiga tahun yang lalu
“Kamu yang mulai duluan” papa
“terserah apa kata kamu, tapi yang jelas aku minta cerai” mama
“fine kita bertemu di pengadilan”.
Yah, suara itu yang sering aku, aku tidak tahu apa itu perceraian?
Mungkin itu berbentuk seperti permen atau jenis makanan lain, tapi bukannya permen itu manis dan sangat enak?, tapi kenapa mama selalu menangis jika dikaitkan dengan kata perceraian itu, entahlah aku tidak tahu sama sekali.
“Mama kamu belum jemput tasya?” kejut bu maria, “emmm belum buk” jawabku, “apa perlu kamu ibu antar pulang?”, “gak bu, bentar lagi mama dateng kok”, “oh ya sudah ibu pulang duluan”, “iya bu”.
Dua jam sudah aku mondar mandir di depan gerbag sekolahku ini, tiba-tiba dua unit mobil berhenti di hadapanku.
“Mama minta maaf ya sayang telat jemputnya” ucap mama
“Iya ma, gak papa” aku
“Ibu macam apa kamu ini, sudah jam segini baru jemput tasya, untung aku juga datang, jadi selama ini kamu selalu menelantarkan tasya” papa.
Dan bla bla bla, seperti biasa mereka bertengkar, mereka egois dan tidak pernah memikirkan perasaanku, dan tanpa sepengetahuan mereka aku pergi, tepat dugaanku mereka tak menyadari kepergianku dan mereka masih sibuk dengan perceraian tersebut.
Aku tak tahu sebenarnya itu terjadi apa karena aku? Mungkin iya.
Aku berjalan gontai, langkah demi langkah kulalui, hujan yang mengguyur seluruh dan entah mengapa aku merasa menjadi orang yang tidak memiliki siapapun dan aku hanya sebatang kara.
Sejak saat itu, aku memilih untuk pergi dari kehidupan orang tuaku, hari-hari kulalui dengan hidup sendiri dan untuk mendapatkan makanan pun aku harus harus bekerja, yah, aku bekerja sebagai kasir di salah satu minimarket.
Apakah tindakanku ini benar?, mungkin iya
Dan sesekali aku menengok kedua orangtuaku dari kejauhan, dan ketika aku menengoknya aku bahagia sekali karena mereka masih hidup bersama, aku sering melihat mamaku menggenggam sepucuk surat yang dariku, yaitu surat yang berisi pertanyaan apa itu perceraian?.
Sekarang di usiaku yang sudah belasan aku paham apa itu perceraian, aku bahagia dengan keputusanku, dan lebih baik aku yang harus pergi agar orangtuaku tidak bertengkar dan pasti tidak ada kata perceraian lagi. Meskipun aku hidup tanpa mereka, aku cukup bahagia dengan kerukunan mereka, dan aku tidak merasa sendiri, jika aku merindukan kedua orang tua ku, aku cukup melihat mereka dari kejauhan. Aku merasa seperti manusia mistrius, hahahahhah.

           



JANGAN MARAH DONK PUTRI
Aku berjalan tergesa-gesa melewati lorong sekolah. Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB. Sial, benar-benar sial. Aku terlambat lagi. Kali ini Putri pasti tidak akan memaafkan aku. Aku makin mempercepat jalanku menuju gedung perpustakaan. Jam segini warga di sekolahku memang masih beraktifitas. Ada kegiatan ekstrakulikuler, belajar tambahan, kegiatan kelas, belajar kelompok, dan lain-lain. Dan sekarang aku sudah ada janji dengan Putri untuk belajar bersama di perpustakaan. Sebenarnya janjinya dari satu jam yang lalu. Tetapi aku terlalu asyik bermain PlayStation di rumah temanku hingga lupa waktu.
Kuhentikan kakiku di depan pintu perpustakaan. Dengan nafas yang masih putus-putus, kuperhatikan sekilas seluruh ruang perpustakaan mencari sosok Putri. Ternyata dia masih disini, membaca buku sambil bertopang dagu. Kulangkahkan kaki menuju tempatnya. Dia selalu memilih tempat di dekat jendela ketika kami belajar bersama.
Aku memberanikan diri untuk menyapanya, “Hai, Put.” Putri menatapku, tetapi dia mengalihkan pandangannya kembali ke buku, tidak menjawab sapaanku. Aku kembali menyapanya, dan kali ini disertai alasan kenapa aku terlambat.
“Maaf ya, Putri. Aku keasyikan main PS di rumah Gio, sampai lupa waktu.” Kudengar dia menghela nafas, menutup buku yang dibacanya dan memasukkannya ke dalam tas. Dia berdiri dan meninggalkanku. Aku heran, kemudian bertanya padanya, “lho, Put. Mau kemana? Kita nggak jadi belajarnya?”
“Belajar aja sendiri sana!” ujarnya dengan ketus. Sepertinya Putri benar-benar marah besar. Dia belum pernah membentakku seperti tadi. Putri berlalu meninggalkanku. Aku panik, secepat mungkin kuikuti dia sambil terus berbicara.
“Putri. Aku minta maaf, aku tau aku salah. Ajari aku ya. Aku masih belum mengerti tentang limit trigonometri.” ucapku memelas.
Putri berbalik, menatapku dengan tajam. Wah, dilihat dari ekspresi wajahnya, sebentar lagi dia akan meledak. “Aku capek, Dika. Setiap kita janjian, kamu selalu datang telat. Kamu selalu bilang ‘maafin aku Putri’. Tetapi nyatanya kamu tidak berubah. Aku bisa maklum kalau kamu telat 10 atau 15 menit, tapi kamu selalu telat berjam-jam. Kamu juga bilang akan berusaha tingkatkan nilai kamu, tapi aku merasa hanya aku yang berusaha untuk kamu. Sementara kamu sendiri nggak berusaha. Kamu selalu mendahului aktifitas kamu yang nggak penting itu. Main PS lah, Futsal lah, Basket lah. Sementara untuk nilai kamu sendiri kamu tidak mau memperjuangkan. Aku muak lihat tingkah kamu, Dika. Kalau bukan tante Maya yang nyuruh aku buat ngubah kamu, aku nggak akan mau capek-capek gini!”
Aku melihat Putri mengambil nafas. Aku jadi kasihan lihat dia. Benar juga apa kata dia. Aku selalu buat dia susah. Tidak mengerti perasaan dia yang sudah lama berusaha demi aku. “Ok, Put. Tapi sekali ini aku benar-benar janji sama kamu. Aku akan berusaha,” ujarku sambil menggenggam tangannya. Putri melepaskan genggaman tanganku. “Aku mau pulang, Dika. Percuma aku ngajar kamu sekarang. Suasana hatiku kacau gara-gara kamu.” Lalu Putri pergi meninggalkan aku.
Aku hanya terdiam menatap sahabatku itu pergi. Kalau sudah seperti ini, terpaksa nanti malam aku akan meminta maaf dengan memberikannya coklat. Semarah apapun Putri, dia tidak akan bisa menolak coklat, apalagi coklat cadbury. Karena itu adalah makanan kesukaannya.




PUTRI
Terlihat seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Begitu melihatku dia langsung tersenyum. “Eh, nak Dika. Cari Putri ya?”
Aku tersenyum membalas keramahannya, “iya, tante. Saya mau minta ajarin sama Putri, masih ada materi yang belum mengerti. Putrinya ada kan, tante?”
Tante Sarah mempersilahkan aku untuk masuk, lalu menutup pintu. Dia berbalik kemudian menjawab pertanyaanku, “ada. Putri lagi di kamar. Sebentar ya tante panggil. Nak Dika duduk aja disana.”
Kembali aku tersenyum dan mengangguk. Aku lalu duduk di kursi ruang tamu, meletakkan tas dan mengelurkan isinya. Buku, pena, tipeX, penggari, pensil dan tidak lupa, coklat. Ketika aku hendak mengeluarkan coklat, aku kembali teringat Putri. Lucu juga melihat dia marah-marah seperti itu. Aku tersenyum geli. Ada baiknya coklat ini nanti saja aku keluarkan. Aku memasukkan kembali coklat itu ke dalam tas.
“Ngapain kamu kesini?” suara Putri yang datar mengagetkanku. Dia berdiri sekitar 2 meter dari tempatku duduk dan menatapku dengan tajam, sepertinya masih marah.
“Putri, kita sambung yang tadi sore ya?” aku memohon. Kulihat Putri mengrutkan keningnya. “Sambung apa? Sambung aku marah-marah lagi?” Aku tercenung. Duh, Putri. Masa kamu nggak ngerti sih??
“Bukan itu. Maksud aku sambung belajar. Kan tadi nggak jadi.”
“Oh. Jadi kamu datang kesini buat belajar?” Aku mengangguk. “Emang kamu segitu yakinnya aku mau ajarin kamu lagi, sampai datang kesini?”
“Ayo lah, Putri. Plisss…”
Putri tersenyum sinis. “Kalau aku bilang enggak, bagaimana?” Wah, kalau sudah begini, aku pakai cara terakhir. Aku buka tasku dan mengeluarkan coklat dari dalamnya. Putri melihat apa yang ada di tanganku. Sedikit rasa senang terlihat di wajahnya.
“Tadinya kalau kamu mau ajarin aku, aku mau kasi coklat ini. Tapi karena kamu nggak mau, ya sudah deh. Aku kasi adikku aja,” kataku sambil melirik kearahnya. Ketika aku hendak memasukkan coklat itu ke dalam tas, Putri segera berjalan ke arahku, mengambil coklat yang ada di tanganku dan duduk di sampingku. “Kamu memang tau cara menyogok aku, Dika. Aku rasa kamu punya bakat jadi penyogok.”
Aku mengangkat bahu, “kurasa aku hanya pintar menyogokmu.” Putri membuka bungkus coklat dan memakannya. Dia menatapku, “Ok, sekarang bagian mana yang kamu nggak ngerti.”
Aku menyodorkan buku paketku menjelaskan dimana kendalaku. Putri dengan terampil mengajariku, menunjukkan jalan-jalan penyelesaian padaku. Walaupun aku masih susah untuk mengerti, tetapi dia tetap sabar.
“Nah. Sekarang coba kamu kerjakan soal no 4. Itu soal yang paling mudah menurut aku.” Aku menuruti kata-katanya. Sambil aku mengerjakan, kulihat dia mengambil tasku. Mencari-cari sesuatu. Aku membiarkannya, toh tidak ada benda pribadi di dalamnya.
“Dikaaa. Apa-apaan ini?” aku kaget mendengar Putri berteriak sambil menunjukkan kertas yang dipegangnya. Itu kertas ulanganku. Pertanda buruk.
“Masa kamu cuma dapat nilai 5,5. Padahal aku sudah serius ngajar kamu. Jangan-jangan kamu tidak serius selama ini…”
Aku menutup telingaku. Gawat!! Putri mulai mengomel lagi nih.




MATAHARI DI BULAN DESEMBER


Udara segar, belum terkontaminasi polusi pabrik dan asap kendaraan bermotor serta hijau daun, masih asri warnanya. Hanya sesekali tersentuh debu-debu jalan yang ingin menghampiri sekedar bercerita sedikit. Terkadang kupu-kupu yang menyorotkan sejuta warna, berputar-putar mengitari taman di sudut desa yang sering aku kunjungi demi hanya melepaskan lelah setelah berhari-hari sibuk dengan aktivitas sekolah. Ya, ku pikir inilah tempat yang paling bisa menghiburku dari setiap masalah. Teman yang paling bisa mengerti perasaanku bila semua orang memaksaku dengan keputusan mereka.
Sejak dulu aku sering menghabiskan waktu berjam-jam di taman itu jika ada masalah menimpaku. Aku lebih suka curhat dengan kupu-kupu dan daun-daun yang menghijau. Terkadang aku iri melihat mereka, tumbuh tanpa ada masalah sedikit pun. Selalu memberi keindahan pada setiap orang yang menikmatinya. Ah… terkadang aku ingin menjadi kupu-kupu, terbang ke sana kemari tanpa ada beban sedikit pun, memberi kebahagiaan pada siapapun yang melihatnya.
Waktu kecil, aku sering lupa pulang jika sudah bermain di taman itu, bahkan sampai aku duduk di bangku SMP. Pulang sekolah, mengganti pakaian langsung pergi ke taman, mengunjungi sahabat-sahabatku yang lucu sambil menulis puisi untuk mereka. Bahkan ketika aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke kota Jambi, aku selalu merindukan taman ini. Meskipun barangkali hanya aku yang setia mengunjungi taman ini. Entahlah, bagiku taman ini memberi kenikmatan tersendiri.
Ah… aku terlalu nyaman dengan posisiku sekarang. Mendapatkan pekerjaan yang baru saja aku senangi semenjak 3 tahun yang lalu. Menikmati pekerjaan yang dulu sama sekali bukan cita-citaku tapi ternyata sangatlah menyenangkan. Memang aku tidak bisa merealisasikan angan-anganku dulu ke dalam keadaan nyata. Tapi setidaknya aku bisa membagi ilmuku untuk anak-anak seumurku dulu. Ketika aku memimpikan untuk bisa menjadi pembaca puisi terkenal seperti Chairil Anwar. Atau aktris professional seperti Dian Sastro. Aku bisa melatih mereka kapan aku mau, tentunya atas kemauan mereka. Aku bisa menumpahkan seluruh ilmuku ke otak anak-anak yang mempunyai hobby sama sepertiku, sewaktu aku ingin menjadi anak terhebat dan melirik perhatian orang banyak.
Ternyata eskul-eskul yang kuikuti beberapa tahun lalu, ketika duduk di bangku SLTA sangat bermanfaat untuk sekarang. Aku bisa mengajarkan mereka sesuatu yang awalnya sedikit kutahu, namun akhirnya kreatifitasku bermain sendiri ketika digabungkan dengan kreatifitas anak-anak. Melihat kesenangan mereka berlatih seni merupakan kebahagiaan tersendiri buatku.
Tapi ada satu titik kelemahanku yaitu aku selalu kalah dengan udara bulan Desember. Bulan di mana mengharuskanku selalu minum obat influenza setiap waktu karena cuaca Desember yang tidak pernah bersahabat dengan tubuhku. Kalau tidak bapak dan Ibu pasti akan menceramahiku dan memaksa memasukkan obat dari bidan ke mulutku. Tapi itulah salah satu bentuk kasih sayang mereka. Dari kecil aku terlalu sensitif dengan musim hujan dan udara dingin. Makanya bapak dan ibu mati-matian menjagaku. Tak satu pun keinginanku yang mereka tolak kecuali berpisah jauh dari mereka. Mungkin kirena aku adalah anak semata wayang yang diharapkan menjadi penerus bapak untuk memimpin Yayasan Pendidikan MAS yang kami punya. Mengajar TPQ setiap ba’da Maghrib dan membantu memimpin Yasinan ibu-ibu setiap hari Jum’at di desa kami. Desa yang mayoritas masyarakatnya kurang memahami ilmu agama, walaupun hampir seluruhnya berasal dari pulau Jawa. Pulau yang konon katanya banyak pondok pesantren.

 



HARAPAN



Hari yang berbeda dari biasanya. Mama dan papa tidak ada di rumah. Di rumah hanya ada aku, Kak Dinda dan bibi.
“Adek, ayo sarapan. Makanannya udah ada di meja tuh”
“Iya kakak…”
Saat di meja makan, “Kak, mama sama papa dimana?”, “Kata bibi tadi pagi, mama dan papa ke luar kota” jawab kak Dinda.
Akhir-akhir ini mama dan papa jarang di rumah. Biasanya tiap pagi aku dan kak Dinda mau berangkat sekolah, pasti ada kecupan manis dari mama. Dan kali ini, jauh berbeda.
“Dzzzz…”, tiba-tiba ponsel Kak Dinda bergetar, ternyata ada SMS dari abang Vian,
“Dek Dinda dan Dek Sela, maaf ya hari ni abang G bisa anter kalian ke school. Coz, abang lg ada acara nih di kampus. Sorry ya mendadak”
“Okee bang, nggak papa.”, balasku.
“Kali ini kita jalan kaki yah, gak apa apa kan Dek? soalnya Bang Vian lagi ada acara,” kata Kak Dinda .
“It’s okey Kak. Sesekali jalan kaki ke sekolah. Kan nggak jauh jauh amat”, jawabku.
Sembari berjalan, aku ngobrol-ngobrol dengan kak Dinda,
“Kak, mama sama papa udah gak sayang sama kita ya?” tanyaku.
“Hus! Adek kok tanya gitu sih? Gak boleh ah!, kakak gak suka.” Jawabnya.
“Tuh buktinya, mereka jarang banget kumpul sama kita. Aku Cuma pengen kita itu kayak dulu kak. Lihat TV bareng, jalan jalan bareng. Lah sekarang?”, “Jangan negatif thinking lah, mungkin itu perasaan adek aja. Udah lah dek, tenang aja. Kan di sini masih ada kakak..” jawabnya.
Pulang sekolah, aku dan Kak Dinda mampir ke rumah kakek.
“Assalamualaikum.. kakek..”, “Kak, kok gak ada yang jawab? Tumben?” kataku.
Pas kita masuk ke dalam rumah kakek, ternyata ada suara mama di dalam sedang berbincang dengan kakek. Wajah mama juga terlihat merah.
“Lhoh, mama kok di sini? Ada apa Ma? Mama nangis?” tanyaku kebigungan.
“Nggak papa kok sayang, mama cuma mampir aja di rumah kakek,” jawab mama tersenyum kecil.
Mama berusaha menutupinya. Di situ, aku mulai bingung. Aku makin penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
“Kakek.. kalau Sela boleh tau nih, mama sama papa itu kenapa sih kok jarang di rumah?”,



CINTA 2 DUNIA
Waktu itu Ben baru pulang dari acara dinner bersama teman-temannya. Saat pulang melewati jalan Casablanca di bilangan Jakarta Selatan. Malam menunjukan pukul 23.00 WIB. Tiba-tiba ada sesosok wanita cantik yang menyebrang di depan mobil yang sedang dikendarai oleh Ben. Waktu itu Ben benar-benar sedang dalam keadaan mengantuk.
*Tiinnn!!! Tiba-tiba seketika mobil Ben berhenti.
“Astagfirullah.. gue nabrak orang! Oh My God” Ben sambil membuka silkbelt dan turun dari mobil.
*Ben mencari orang yang ia tabrak
“Dihh.. mana orang yang gue tabrak tadi? Lol~” Ben sambil garuk-garuk kepala dan mencari-cari ke kolong mobil
“Beuhh, jangan-jangan gue nabrak hantu lagi? Ewhhh sieunn ahhh!” Ben langsung lari masuk ke mobilnya
Akhirnya Ben melanjutkan perjalanan menuju ke apartment. Sesampainya di Apartment Ben langsung tidur di ranjangnya. Tiba-tiba ada sesosok cewek cantik yang memakai baju casual, celana jeans panjang dan memakai baju atasan kaos pink. Ben sangat terkejut melihat cewek itu tiba-tiba muncul di pojok kamarnya.
“Heh! lo siapa? Kok bisa masuk ke kamar gue?” Ben
“Emhh.. (sambil tersenyum malu)” cewek misterius
“Woy! Jawab! padahal kan kamar gue dikunci dari luar, lo masuk lewat mana?” Ben
“Aku masuk lewat dinding.. hehe” cewek misterius sambil tertawa kecil
“Jih? Lewat dinding? Sakit lo ya?” Ben
“Ihh.. serius tauu..!” cewek misterius
“Ahh.. mustahil banget..! Kecuali kalau emang lo hantu.” Ben yang tidak percaya
“Emang aku hantu.. Nih ya kalau nggak percaya.. kamu liat baik-baik..” cewek misterius
Lalu cewek misterius itu menembus dinding dan masuk kembali melalui dinding. Ben yang melihatnya secara nyata langsung merinding ketakutan dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
“Pergi lo dari sini!! Jangan ganggu gue! Lo kunti ya?” Ben
“Enak aja lo cantik-cantik gini masa dibilang kunti !hufftt” cewek misterius
“Ya abis lo anoying sihh!” Ben
“Udah deh nggak usah dibahas! Dengerin gue dulu..” cewek misterius
“Apaan?” Ben
“Tadi kamu ngerasa nabrak orang kan di Casablanca?” cewek misterius
“I..i..i..ya ko lo tau?” Ben panik
“Aku yang kamu tabrak tadi!” cewek misterius
“What lo? tapi kok pas gue cari lo ngga ada?” Ben
“Iya karena percuma aku nggak akan bisa ditabrak.. karena aku ini udah jadi arwah!” cewek misterius



DIMANA-MANA ADA HANTU


Cerita gue waktu masih SD, gue paling takut sama yang namanya hantu. Di fikiran gue hantu itu suka ngejutin alias surprise. wah berarti hantu romantis dong, bukan bukan! Hantu bukan ngasi surprise terus bawa mobil-mobilan, terus ngasiin dengan muka lugu. bukan bukan! Tapi yang ada, hantu ngejutin dengan cara memandang lo. lo bayangin aja beragam-ragam wajah hantu yang super duper unik dan menyeramkan. Ada yang mukanya gepeng kelindes truk, ada yang bawa gayung. Berarti kemungkinan kematiannya ada dua, di kamar mandi pas lagi mandi, atau di perempatan jalan sewaktu lagi ngemis malah dilindes odong-odong hiii tragis sereemmm. Ada yang perut belakangnya bolong. kalau ini kematiannya mungkin korban malpraktek, soalnya habis ngelahirin. Dokternya kena serangan jantung terus mati, jadi tidak sempat dijahit. Tapi kenapa dia enggak ke tukang jahit aja ya? hmmm 0_0”.
Dari segitu banyaknya hantu, ada hantu yang paling membuat gue penasaran yaitu pocong!!, Menurut gue pocong itu yang paling unyu, pakaiannya itu seperti guling di kasur, bawaanyaa pengen meluk aja 0_0, dan pakaiannya juga seperti lontong bawaannya pengen nyiram dia dengan kuah sayur gori, campur udang sambel, telur dan itu pastinya lezattt sekali #ngilerrrr
Tapi ini pocong broo bukan makanan!!!
Oh iya iya lupa
Apalagi nih ya jalannya, menurut gue pocong ini dulu cita-citanya adalah atlet engklek tapi enggak kesampaian dan keburu mati. Lo lihat aja jalannya gimana.
Bawaannya gue pengen bilang, cong!! Ada nyali lo buat main engklek sama gue. #alis naik
Aktifitas gue sewaktu SD selain belajar di SD negeri 010086 Kisaran, gue juga belajar ngaji. Jauh banget tempat ngaji gue, seperti lo melakukan perjalanan melewati dua benua, 200 pulau, 180 gunung, dan berjuta juta kebohongan padahal kepeleset taik lincong juga nyampek ‘alias tetangga.
Habis sholat magrib, dengan ganteng pakai lobe, baju koko sambil nenteng iqro.
Nunggu temen–temen di depan rumah biar bareng-bareng ke tempat guru ngaji, padahal gue penakut walapun ngajinya di tempat tetangga.
Sewaktu gue nunggu temen-temen, tetangga gue yang letak rumahnya di samping rumah gue dan di samping rumah guru ngaji gue. Dia bernama Tika! Dia hampirin gue, seperti biasa dia orang yang selalu nakut-nakutin. Bertemu dengan dia itu “Azab” lah buat gue seperti itu gambarannya.
Begitu krusialnya peran dia di hidup gue, bayangin aja.
Ggik!
Pasti lo nungguin temen ya buat sama-sama pergi ngaji. Karena lo takut pergi sendirikn?
Iya, tapi gue enggak takut tuh. Gue Cuma suka perginya rame-rame #sok cool (padahal alesan karena gue penakut).
Berapa detik kemudian temen gue sudah pada datang, leganya terhindar dari “Azab” ngelus dada.
Jalan riang bareng temen-temen ke tempat guru ngaji.
Karena masih kecil. Sambil nunggu giliran ngaji main smackdown dulu sama temen gue si epri, main suit suitan tapi enggak main cewek karena pada saat itu gue belum jadi playboy. Belum di lantik karena belum cukup umur alias masih bocah.

 



 

logoblog

Thanks for reading Kumpulan Cerpen

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment

Contoh Soal PLH Kelas VIII

SOAL PLH KELAS VIII PENGHIJAUAN LINGKUNGAN Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar, dengan memberikan tanda silang (X) pad...

close