Kumpulan Cerpen
Cerpen atau cerita pendek merupakan suatu bentuk
prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti
novella dan novel. Cerpen merupakan
salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai
manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau
pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi
mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas
dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja.
Cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang
dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman saja. Selain itu, cerpen atau
cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta
memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja.
Berikut Contoh-contoh cerpen
yang diasmbil dari beberapa situs, mudah-mudahan bermanafaat !
BERTAHAN
DI SEBUAH CINTA YANG TAK PASTI
Seorang
gadis berusia 20 tahun terus berjalan sendirian di sebuah tempat sepi tapi
indah, tempat dimana seorang laki-laki itu reza, datang berlari menghampirinya,
terus berlari dengan senyuman diwajahnya, mengusap-usap rambut kepalanya dan
membawanya pergi, tapi.. Semua itu hilang, ketika nisa, nama gadis 20 tahun ini
kehilangan sosok sahabat,sekaligus kaka yang ternyata memilih wanita lain
dibandingkan nisa yang sudah 1(satu) tahun ini dikenalnya terlebih mereka saling
bersaudara, rumah mereka yang berdekatan, bahkan bersampingan membuat lilah
yang selalu cemburu melihat sosok reza yang membawa pacar kerumahnya, terlebih
sapaan kasihsayang usapan rambut ke kepala pacarnya membuat air mata nisa
menetes, dan hanya bisa melihat kebahagiaan mereka di lantai atas
rumahnya,"Tuhan, apa aku hanya diciptakan untuk mencintai,bukan dicintai,
aku Lelah untuk selalu bertahan, aku lelah untuk selalu terdiam,dan aku lelah
untuk selalu menunggu,tapi ketika aku lelah dan ingin melepaskan,dia malah
menarik dan mengulurkan tali agar aku tetap terdiam agar tak bisa
pergi",bisik hati lilah dengan air matanya yang menetes.
Keesokan
harinya, terlihat nisa yang sedang berdiri sendirian di depan rumahnya, dan
reza keluar dengan mengendarai motornya,"nisa...",sapa reza,"hay
ka...",jawabnya,"kenapa belum berangkat kuliah",tanya
nisa,"iya ka, motornya mogok, ban nya kempes,,"jawab
nisa,"yeahhh.. Hari ini kaka udah janji mau nganterin icha pacar kaka, gimana
dong, kalau nisa ngomongnya dari awal, pasti kaka udah nganterin nisa
ko",jawab reza,"iya gak apa-apa ko ka, kaka pergi aja, nisa bisa naik
angkot,udah sana buru berangkat,kasihan, pacar kaka nungguin",bantah nisa
mencoba menerima,"yaudah, kalau gitu kaka pergi dulu yah,nanti pulang
sekolah ke toko yah,,",pamit reza,"iya ka...",jawabnya, dan reza
pun segera pergi,"aku rindu saat aku naik duduk dibelakang motor
kaka,memegang pinggangnya dengan erat,merasakan hangatnya pundakmu, dan elusan
rambut dikepala ini ketika aku akan pergi",bisik hati lilah mengusap air
yang menetes dari matanya,
Lilah
terus berjalan sendirian di kampus menuju kelasnya, tiba-tiba seorang laki-laki
yang juga teman lilah, kiki namanya terus mengganggu lilah dengan gayanya yang
kocak,dan ngocol itu, terlebih, kiki menyukai dan cinta kepada nisa, tapi nisa
selalu saja mengacuhkan kiki, padahal dari segi fisik, mereka memang tidak
berbeda jauh, sama-sama tampan, bahkan kiki lebih kaya, tapi entah kenapa hati
lilah hanya tersimpan untuk reza,"pagiii cantikkk...",sapa kiki,"pagiii...",jawab
nisa,"gimana soal sms kemarin, udah ada jawaban",tanya
kiki,"aduhhhh.. Udah deh ki,aku itu lagi gak semangat buat ngebahas soal
cintanya kamu,,",ketus lilah,"loh ko gitu sih nis,aku tuh cinta sama
kamu.."Jawab kiki terus mengikuti lilha,"iya tapi aku tuh gak cinta
sama kamu",jawabnya agak membentak dan berhenti,"kenapa nis, kenapa
kamu gak bisa cinta sama aku, aku itu ganteng,aku kaya,aku baik,aku
perhatian,humoris,romantis, dibandingkan si reza yang bisanya cuma bikin kamu
nangis,tampan biasa,kaya juga biasa,dan yang pasti dia itu cuma bisa bikin hati
kamu terluka, kamu mau terus bertahan buat dia nis, buka hati kamu nis,
bukaaa..",bentak kiki emosi, dan lilah langsung menampar
kiki,"plakkkk...."Dan itu membuat kiki terdiam,"aku gak perlu
ceramah kamu,dan aku harap,jauhi aku,dan gak usah deketin aku
lagi,,",bentak nisa,"tapi nis,nisaaaa.. Nisaaaa...",
Di
sebuah toko, tepatnya sebuah Distro milik orangtua reza, nisa datangi untuk
bertemu reza, tapi tiba-tiba disana, terlihat icha pacar reza juga datang,terlebih
reza terus menyuapi pacarnya itu, dengan perlahan-lahan dan menahan rasa kecewa
nisa terus melangkah menghampiri mereka,"nisaaa, ayo duduk nis, kamu udah
makan belum, biar diambilin,,,",tanya reza,"gak usah ka makasih,aku
udah makan tadi dikampus ko..",jawabnya,"ohh ya bagus
dong",jawab reza, dan kembali menyuapi pacarnya, dan itu membuat lilah
merasa tak tahan menahan rasa cemburu dan sakit, terutama matanya yang sudah
berlinang,"ka, aku pergi dulu yah, ada urusan...",pamitnya
terburu-buru, segera pergi dengan hujan derasa yang turun,"tapi nis,
diluar lagi hujan, nisaaa...nisaaa..",reza mencoba mencegah, tapi nisa
terus berlari dengan hujan yang turun sangat deras, dan tiba-tiba tertabrak
sebuah motor karna tak hati,"ahhhh...",teriak nisa yang tergeletak di
tanah,
HARAPAN
KOSONG
Semua berawal ketika di
parkiran, aku bertemu dengan dia. Tak ada
perasaan yang aku rasakan, hanya biasa dan sebatas teman yang sering dilihat
tetapi tidak pernah saling menyapa. Entah mengapa, setelah berturut-turut terus
bertemu, ada perasaan yang mengganjal di hatiku. Perasaan yang tak menentu
ketika bertemu dengannya. Aku memberanikan diri menanyakan namanya dengan salah
seorang teman sekelasnya. Aku yang selalu penuh dengan rasa penasaran, mencari
tau tentang dia.
Awalnya, dia juga seperti
memberi respon yang sama, sehingga membuatku semakin gigih untuk mengenalnya
lebih jauh. Menurutku dia adalah cowok misterius, dingin dan cuek. Karena
kesehariannya yang selalu dapat di tebak. Datang ke sekolah tepat 5 menit
sebelum bel, dan pulang sekolah tepat 10 menit sesudah bel. Dan kesehariannya
itu membuat kegiatan rutinku juga untuk sekedar melihat paras nya dari jauh.
Menunggunya lewat tepat di depan kelas ku dengan menaiki sepeda motornya.
Walaupun hanya dapat melihatnya dari ketinggian sekitar 2,5 atau 3 meter,
tetapi hal itu membuatku geregetan.
Aku selalu berusaha mencari tau
semua hal tentang dia, dimulai dengan mencari tau akun nya di dunia maya, mau pun mencari tau pin bb nya. Sampai ketika,
aku pernah melihat nya bersama teman sekelasku. Dari situ, aku mulai menanyakan
semua tentang dia. Menceritakan apa yang kurasakan, dan pastinya mengenalnya
lebih dalam lagi. Awalnya, temanku mengatakan kalau dia itu malu mendekati
seorang cewek. Tapi itu tidak mungkin apabila
dia sudah pernah menjalin hubungan sebelumnya. Temanku juga sudah bercerita
dengan dia tentang aku. Memang mengejutkan karena responnya sedikit dingin, dia
hanya diam dan tak menjawab.
Tak lama
setelah aku mendapat pin nya, aku mengirim pesan singkat melalui bbm.
Aku: “PING!!!”
Dia: “Y?”
Dan hanya itu yang dia jawab.
Sontak aku terkejut dan merasa kecewa. Sebegitu cuek kah dia?
Semenjak itu, aku tidak berani
lagi untuk mencoba berkomunikasian dengannya. Bagaimana bisa kami dekat,
sedangkan dia pun hanya dapat mempertahankan sikap cueknya. Tapi itu juga
merupakan tantangan tersendiri buatku.
Dan tepat ketika ulang
tahunnya, aku kembali memberanikan diri. Aku mengirim ucapan di salah satu akun
nya di dunia maya. Sungguh, menanti balasan darinya adalah yang paling ku
tunggu-tunggu. Harap-harap cemas, hanya itu yang kurasakan saat itu. Tepat
pukul 7 malam, ak membuka ucapan yang tadi ku kirim. Dan hasilnya, kecewa yang
kudapatkan. Hanya sekedar ‘like’. Tak ada kata ‘terima kasih’, ‘senyum’ atau
pun yang lain. Kekecewaan itu terlalu sakit, sehingga untuk pertama kalinya,
aku meneteskan air mata untuknya. Setiap hari, sebelum bel masuk berbunyi dan
sesudah bel pulang berbunyi, aku selalu menunggu nya di balkon depan kelasku, walau hanya untuk melihat dia
sebentar saja.
Penantian ku seakan sia-sia
ketika dia bercerita kepada temanku, bahwa dia telah menjalin hubungan dengan
wanita lain.
Aku, yang selalu menyukainya,
tetapi tidak ada sedikitpun respon yang dia berikan.
Sakit? Tentu!
Dan mulai dari itu, aku tidak
lagi mengharapkannya. Sekedar menanyakan nya lagi saja, aku tidak berfikiran
lagi. Karena untuk ku, hal itu sudah sangat menyakitkan. Aku juga tidak ingin
mengganggu, karena terus mengusik kehidupannya. Aku juga tidak ingin membuat
pasangannya merasa tidak nyaman. Dan kini, sendiri itu jauh lebih nyaman.
KAYU
BAKAR AJAIB
Waktu itu, aku sedang duduk di
dalam metromini. Aku mengutak-atik laptopku untuk membuat skripsi. Aku duduk di
samping seorang ibu yang penampilannya sungguh tak layak, ia sedaritadi hanya
memperhatikanku. Aku tak nyaman jika dilihat, karena aku malu.
“Maaf bu, ada
yang bisa saya bantu? Mengapa ibu dari tadi melihat saya?” tanyaku pada ibu
itu.
“Eh.. oh.. Gini nak ibu dari tadi memerhatikanmu karena ibu mau tanya, berapa harga lektok itu?” tanya ibu itu. “Lektok? Apa itu bu?” tanyaku heran. “Yang sedang kamu pakai, berapa harganya?” tanya ibu itu lagi. “Oh ini, ini bukan lektok bu tapi laptop. Harganya paling murah Rp.5.000.000. Memang kenapa bu?” tanyaku. “HAH!! Apa tidak ada yang harganya Rp. 100.000?. Kalau segitu harus kerja 10 tahun” kata ibu itu shock. “Ibu, memang kenapa?” tanyaku semakin penasaran. “Gini nak, anak ibu sekarang kuliah dia perlu laptop untuk buat stipsi” jelas ibu itu. “Bukan stipsi bu, skripsi” kataku membenarkan. “Ya kayak gitulah, dia minta dibeliin laptop tapi, ibu gak punya uang” katanya pasrah.
“Eh.. oh.. Gini nak ibu dari tadi memerhatikanmu karena ibu mau tanya, berapa harga lektok itu?” tanya ibu itu. “Lektok? Apa itu bu?” tanyaku heran. “Yang sedang kamu pakai, berapa harganya?” tanya ibu itu lagi. “Oh ini, ini bukan lektok bu tapi laptop. Harganya paling murah Rp.5.000.000. Memang kenapa bu?” tanyaku. “HAH!! Apa tidak ada yang harganya Rp. 100.000?. Kalau segitu harus kerja 10 tahun” kata ibu itu shock. “Ibu, memang kenapa?” tanyaku semakin penasaran. “Gini nak, anak ibu sekarang kuliah dia perlu laptop untuk buat stipsi” jelas ibu itu. “Bukan stipsi bu, skripsi” kataku membenarkan. “Ya kayak gitulah, dia minta dibeliin laptop tapi, ibu gak punya uang” katanya pasrah.
“Memang apa pekerjaan ibu?”
tanyaku. “Ibu tukang cari kayu bakar” jawab ibu itu. “Sehari berapa bu penghasilannya?”
kataku layaknya wartawan. “Gak tentu nak” jawab ibu itu yang sepertinya
kewalahan menjawab pertanyaanku. “Wah hebat, padahal ibu hanya bekerja sebagai
pencari kayu bakar, namun semangat ibu sangat besar untuk menyekolahkan anak
ibu” kataku kagum. “Anak ibu kuliah ambil jurusan apa?” tanyaku yang tak ada
habis-habisnya. “Arsitektur, dimana ya bisa dapat laptop yang murah?” tanya ibu
itu. “Wah bagus ya, tapi arsitektur mahal biayanya. Oh, kalau ibu gak mampu
beli laptop, ibu suruh saja anak ibu ke rental
komputer, Rp.3000 sudah bisa main 1 jam” jawabku.
“Wah murah sekali, nanti ibu
suruh anak ibu ke rental kolputer. Makasih ya nak” kata ibu itu senang. “Bukan
kolputer bu, tapi komputer. Iya sama-sama bu” kata sambil tersenyum. “Kolputer
komputer sama aja kali” katanya. “Beda bu. Hahahaha” kataku tertawa.
Lalu kami turun di terminal. Kini aku tidak bersama ibu itu, ia melanjutkan
perjalanannya ke jurusan metromini lain.
Kini aku mendapat pelajaran,
tidak mesti orang kaya saja yang sekolah, namun orang miskin juga bisa.
Buktinya ibu itu, walaupun dia hanya pencari kayu bakar, namun dia dapat
menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang paling tinggi.
ENTAH
Pagi hari ibuku selalu
membangunkanku dengan cara-caranya yang tak bisa
kutebak. Kali ini ia membangunkanku dengan mencubit hidungku sangat keras.
Katanya, ia sudah membangunkanku tiga kali, tapi
aku tak kunjung bangun meninggalkan mimpi-mimpiku yang tak karuan itu.
Wajarlah, namanya juga anak SD.
Saat aku pergi ke meja makan,
ternyata tak ada secuil makanan pun di atas meja.
Yang ada hanya piring dan sendok yang tertata sangat rapi. “Hani, kamu beli
makanan di sekolah saja ya, ini uang sakumu ibu tambah, ibu beragkat kerja
dulu.” teriak ibu sambil memakai sepatu dengan serabutan. “Kenapa ibu nggak
masak hari ini? biasanya sesibuk apaun pekerjaannya ia selalu menyempatkan
waktunya untuk memasak walaupun hanya mie instan dan telur.” Gumamku sambil
mengunci pintu rumah.
Jalanan sudah sangat ramai.
Padahal masih jam 6 pagi. Apa ada perubahan jam kerja? sehingga para pekerja
berangkat lebih awal dari biasanya. Ataukah semuanya telah kerasukan setan
rajin? aku terus memikirkan hal itu di sepanjang jalan menuju sekolah.
Sampai di pertigaan, sekolahku
terlihat sangat sepi, tidak ada rentengan penjual di depan gerbang sekolah.
Hanya terlihat satu dua anak yang masih berkeliaran. Aku fikir aku telat, jadi
aku berlari dengan cepatnya agar tidak dihukum.
Tapi anehnya, di halaman sekolah masih banyak anak yang berkeliaran dan bermain
dengan teman-temannya.
Terdegar teriakan Ani yang
melengking di telingaku. “haaaiii…” “apa?” jawabku agak malas.
“hehe… gak jadi deh.” “Hey hey… Ani, sadarlah
kawan kau hanya buang buang waktu saja kalau cuma ingin bilang yang gituan.”
Terangku sambil menunjukkan tampang kesal. Tanpa bicara apapun Ani langsung
pergi meninggalkanku. “Kenapa Ani gak langsung crita saja? biasanya ceritanya
sampai membanjiri memori otakku.” Celotehku sambil masuk ke kelas.
Hari ini, para pahlawan yang
katanya tanpa tanda jasa itu, kenapa terlihat bermalas-malasan. Bahkan hari ini
yang mengajar di kelasku hanya Pak Ahmat, guru agama. Cara mengajarnya pun
berbeda dari biasanya. Sepanjang pelajaran pun ia tidak mengeluarkan kosa
kata-kosa kata terkocak yang biasa membuatku tak bisa berhenti tertawa.
Entah, sebenarnya ini hari apa?
Kenapa semua orang berubah seratus delapan puluh puluh puluh derajat dari
biasanya. Di memori otakku hanya ada satu kata yaitu, ENTAHLAH.
MENCINTAI
DIAM DIAM
Aku hanya bisa terdiam dengan
keputusannya waktu itu, keputusan untuk mengakhiri hubungan kami. Aku sudah
mencoba untuk mempertahankannya, tapi semuanya
sia-sia saja. Cinta tak bisa dipaksa, buat apa aku pertahankan semuanya jika di
memang sudah tak mencintaiku lagi?.
Sudah tiba saatnya, saat dimana
aku harus merelakan, mengikhlaskan, pergi dan menjauh dari dia. Sebelum putus
memang hubungan kami kurang baik, banyak terjadi kesalah pahaman, banyak yang
memprovokatori hubungan kami. Sangat disayangkan karena hubungan kami telah
direstui oleh pihak keluargaku.
Aku menatap langit di luar yang sedang mendung, apa-apaan ini? Apakah langit
ingin mengejekku? Kondisi hatiku memang sedang tidak baik, aku lebih banyak
memilih diam, dan menggalau di kamar curhat lewat dumay, yang kurasa cuman
dumay yang bisa mengerti.
Kebahagiaan itu, aku mulai
kehilangan kebahagiaan itu. Senyumanku yang selalu ada
di pagi hari kini tak ada lagi. Kenapa waktu begitu tidak adil? Mengapa dia
membuatku kehilangan kebahagiaan itu di saat aku telah benar-benar
mendapatkannya. Aku mulai merasa tak bisa menjadi diriku sendiri, aku lari, aku
menghindar dan tak mau menerima kenyataan. Seharusnya aku berhenti bermimpi,
aku bukanlah segalanya untuknya, aku hanyalah sebuah kenangan, kenangan yang
setiap harinya akan hilang. Seharusnya aku sadar dia akan segera menemukan
pengganti ku yang bisa membuatnya tersenyum setiap harinya. Nantinya akan cukup
sakit jika tahu alasannya tersenyum bukanlah karena aku.
Aku termenung terpaku melihat
langit yang penuh dengan bintang-bintang, keindahan
malam itu mengajakku untuk tetap tersenyum dalam keadaanku ini. Aku sudah mulai
sadar cinta tak selamanya seperti yang aku inginkan, terkadang cinta
menginginkan hal lain seakan-akan ingin bebas, terbang dan berkreasi dengan
imajinasinya sendiri. Entah kenapa di saat cinta sudah saling
mencintai tapi malah keadaan yang melarangnya bersatu, bahkan bisa memisahkan
dan menghancurkannya seperti yang ku alami sekarang.
Sunyi yang kurasa saat itu
berubah menjadi keramaian yang tak jelas dari mana asalnya, aku kembali
teringat akan masa lalu, masa bahagia bersamanya, canda, tawa, janji-janji,
mimpiku yang sama dengannya, yang kurahap akan menjadi nyata, semua itu
membuatku mendengar suara genderang yang tak berhenti mengiringi setiap detak
jantungku. Ingin ku teriak, tapi suaraku tertahan, air mata pun seketika jatuh,
entah air mata apa ini? Apakah ini air mata kebahagiaan karena aku sudah bisa
terlepas dari cinta yang hanya bisa membuatku sakit? Ataukah ini air mata
penyesalan, penyesalan cinta karena aku sudah kehilangan orang yang bisa
membuatku bahagia, cinta yang telah merasuk ke dalam setengah hidupku.
Cinta, aku benar-benar rapuh,
aku mencintainya sungguh benar mencintainya. Seharusnya aku bisa mengumumkan
kepada dunia, “aku bahagia, aku sangat bahagia bersamanya.” apa yang menurut
kita baik belum tentu menurut allah itu yang terbaik. Allah gak akan ngasih
cobaan diluar batas kemampuan umatnya, sesatu yang diawali dengan baik,
akhirnya pun akan baik. Di dunia ini gak ada yang sempurna, ya itulah hidup
semakin kita mencari kesempurnaan, semakin pula kita
tak akan pernah mendapatkannya.
Ada banyak hal yang tidak bisa
aku katakan, hatiku ini akan terus mengingatmu, mengingat kenangan yang masih
mampu untuk kuingat, setelah ini aku tidak benar-benar tau apa yang akan
terjadi karena waktu akan terus berputar. Di saat kamu merasakan kebahagiaanmu
nanti, aku harap aku juga bisa ikut merasakannya. Cinta ini, perasaan ini hanya
akan kusimpan, akan kubiarkan hilang dengan sendirinya. Bukankah itu akan lebih
baik? Harus membiarkanmu pergi bukanlah hal yang semudah ucapan, aku akan
membalikan badan sehingga aku tak akan melihatmu meniggalkanku. Tak peduli
sebanyak apa air mata yang akan menetes.
Walaupun aku sangat
menginginkan cinta dan sayangmu yang lebih dan lebih kepadaku. Walaupun aku
sangat menginginkan kepedulianmu terhadapku, perhatianmu kepadaku. Aku akan
tetap seperti ini, mengenangmu dengan caraku, mencintaimu dengan caraku, dalam
diam akan kusimpan semuanya, dalam diam aku akan pelan-pelan melepaskanmu
SAHABAT SELAMANYA
Namaku Sintia dwi putri. Aku
biasa di panggil sintya. Aku adalah seorang siswa di sma 2 Padang. Aku adalah
seorang yang berasal dari keluarga kecil yang sederhana. Hari-hari ku dipenuhi
dengan aktivitas belajar, mengajar mengaji, dan membantu orangtua ku.
Suatu pagi yang cerah aku
sedang berbincang-bincang dengan teman-teman ku. Tiba tiba datang ibu Ria, memanggil teman ku Via. Kami semua hanya terdiam tanpa
berkata apapun.
“Via kamu ikut ibu sebentar ya,” ucap ibu Ria
“Via kamu ikut ibu sebentar ya,” ucap ibu Ria
“Kemana bu?”
“Ke kantor ada
yang ingin ibu bicarakan kepada mu” jawab bu Ria
Kami semua mengikuti Via menuju
ke ruang guru, dan mencoba mendengarkan percakapan Via dengan Ibu Ria.
Ternyata Via sedang bermasalah
dengan biaya sekolahnya. Dia sudah menunggak spp selama 3 bulan. Aku merasa
prihatin dengan teman ku yang satu ini dia sudah terlalu sering bermasalah dengan
keuangan
Via adalah anak yang baik,
walaupun dia berasal dari keluarga kurang mampu, tapi semangatnya untuk sekolah
sangatlah tinggi.
Tak lama
kemudian Via keluar dari ruang guru, dengan wajah sedih, kami pun tetap terdiam
tanpa bisa berbuat apa-apa.
Melihat ini semua, aku dan
teman teman yang lain mendapat Ide untuk membantu Via. Yaitu dengan cara
mengadakan bazar pakaian murah. Pakaian disini ada yang sudah bekas pakai tapi
masih layak di gunakan dan ada juga yang baru. Pakaian bekas nya kami ambil dari
pakaian kami yang jarang di pakai. Dan pakaian barunya kami dapatkan dari
bantuan orang tua Ririn yang memiliki butiknya sendiri.
Beberapa hari kami melakukan
kegiatan ini, sedangkan Via hanya bingung dan tak tau apa-apa dengan semua yang
kami lakukan ini. Setelah semua uangnya terkumpul dan pakaian pakaian itu habis
terjual, barulah kami memberikan uangnya kepada Via.
“hai vi?” ucap ku, menyapa Via.
“hai juga sin”, Balasnya
Aku menceritakan tentang dan
apa tujuan kami melakukan kegiatan bazar beberapa hari belakangan ini kepada
Via. Bahwa itu semua tidak lain adalah untuk membantu Via agar dia bisa
melunasi biaya sekolahnya. Dia terlihat meneteskan air mata.
“Lho kok, kamu nangis sih, Ayo
terima aja kita semua ikhlas kok ngelakuin ini semua buat kamu”
“aku cuman sedih karena aku
pasti nggak bakalan bisa balas kebaikan kalian semua” balas Via
“Kita kan pleennndd,” semua menjawab kompak.
“Kita kan pleennndd,” semua menjawab kompak.
ANDAI
Seperti
biasa, pagi-pagi aku bangun dari tempat tidur… dengan susah payah aku beranjak
dari tempat tidur menuju kursi kesayanganku, aku buka jendela, kutunggu sampai
orang yang keluar dari rumahnya. Dia yang
selalu tersenyum menyapaku, tak seperti tetangga-tetangga seumuranku yang lain
mereka selalu cuek ketika aku lontarkan senyumku kepada mereka.
Seperti
biasa, guru pembimbingku masuk ke dalam ruangan. Dengan susah payah dia
membimbingku. Dia adalah guru tersabar yang pernah aku temui, dia tak pernah
marah walaupun aku sulit menangkap pelajaran yang dia berikan.
Kamarku yang tanpa jam dinding ini, menyulitkan aku untuk mengatur waktu, sebenarnya aku ingin mempunyai jadwal kegiatan yang sudah teratur rapi. Tapi entah kenapa, ibuku tak pernah memberikan jam dinding, kalender atau yang lainnya di kamarku.
Kamarku yang tanpa jam dinding ini, menyulitkan aku untuk mengatur waktu, sebenarnya aku ingin mempunyai jadwal kegiatan yang sudah teratur rapi. Tapi entah kenapa, ibuku tak pernah memberikan jam dinding, kalender atau yang lainnya di kamarku.
Sudah
siang, ini waktuku duduk kembali menatap jendelaku, karena biasanya orang yang
kutunggu telah pulang sekolah. Tapi hari itu berbeda, kurasakan hatiku tak
karuan karena kulihat orang yang menjadi harapan terakhirku itu bergandengan
tangan dengan seorang gadis cantik. Mereka terihat bahagia, sampai-sampai si
dia lupa untuk menyapaku seperti biasanya.
Rasanya ingin kuceritakan semua itu kepada ibuku, tapi aku tidak bisa… aku
terlalu lemah untuk menceritakannya. Aku hanya bisa menangis di pelukan ibuku,
ibuku yang tak tahu maksudku pun turut menangis tanpa menanyakan ada apa.
Kutangisi
hal itu setiap hari, sehingga mungkin ibuku bingung dan penasaran tentang apa
yang anak gadisnya rasakan. Ibuku sampai-sampai menceritakan maksudnya kepada
guru pembimbingku dan mungkin mereka merencanakan sesuatu untukku.
Aku tak bisa melawannya, karena aku tak bisa melawan ibuku…
Aku tak bisa melawannya, karena aku tak bisa melawan ibuku…
Hari
itu, guruku mencoba mencari pengertianku, dan akhirnya dia memberiku sebuah
buku cantik yang tak pernah kulihat sebelumnya. Dan dia menyebutnya itu “buku
harian” dia berpesan kepadaku “Jangan pendam semua perasaanmu, keluarkan… Kalau
tidak sanggup untuk mengeluarkannya di depan seseorang… maka tulislah, ini buku
istimewa, karena ini sudah memiliki hukum yaitu PRIVASI, jadi tidak ada yang
boleh membukanyam”.
Malam
itu, kutuliskan semua unek-unekku selama ini, aku ingin mencoba merefresh
hatiku yang sudah kotor.
Andai
dia tahu apa maksudku…
Andai dia tahu kalau aku menyayanginya
aku ingin berdekatan dengan dia
Aku ingin seperti mereka yang bebas
Andai ibuku jujur kepadaku kenapa? kenapa?
kenapa dia tak pernah mengizinkanku pergi dan melihat keluar bersama teman-temanku…
kenapa dia hanya bilang kalau aku spesial…
dan Andai ibuku jujur kalau aku CACAT…
Andai dia tahu kalau aku menyayanginya
aku ingin berdekatan dengan dia
Aku ingin seperti mereka yang bebas
Andai ibuku jujur kepadaku kenapa? kenapa?
kenapa dia tak pernah mengizinkanku pergi dan melihat keluar bersama teman-temanku…
kenapa dia hanya bilang kalau aku spesial…
dan Andai ibuku jujur kalau aku CACAT…
SERBA PERTANYAAN
Haiii
perkenalkan namaku anastasia, aku gadis berusia
16 dan sekarang aku duduk di kelas ehhh seharusnya maksudnya karena aku sudah
tidak melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas karena… ehemmm pengen tahu?,
ya udah baca sampai habis okay!
Tiga
tahun yang lalu
“Kamu yang mulai duluan” papa
“terserah apa kata kamu, tapi yang jelas aku minta cerai” mama
“fine kita bertemu di pengadilan”.
“Kamu yang mulai duluan” papa
“terserah apa kata kamu, tapi yang jelas aku minta cerai” mama
“fine kita bertemu di pengadilan”.
Yah,
suara itu yang sering aku, aku tidak tahu apa itu perceraian?
Mungkin itu berbentuk seperti permen atau jenis makanan lain, tapi bukannya permen itu manis dan sangat enak?, tapi kenapa mama selalu menangis jika dikaitkan dengan kata perceraian itu, entahlah aku tidak tahu sama sekali.
Mungkin itu berbentuk seperti permen atau jenis makanan lain, tapi bukannya permen itu manis dan sangat enak?, tapi kenapa mama selalu menangis jika dikaitkan dengan kata perceraian itu, entahlah aku tidak tahu sama sekali.
“Mama
kamu belum jemput tasya?” kejut bu maria, “emmm belum buk” jawabku, “apa perlu
kamu ibu antar pulang?”, “gak bu, bentar lagi mama dateng kok”, “oh ya sudah
ibu pulang duluan”, “iya bu”.
Dua
jam sudah aku mondar mandir di depan gerbag sekolahku ini, tiba-tiba dua unit mobil berhenti di hadapanku.
“Mama minta maaf ya sayang telat jemputnya” ucap mama
“Iya ma, gak papa” aku
“Ibu macam apa kamu ini, sudah jam segini baru jemput tasya, untung aku juga datang, jadi selama ini kamu selalu menelantarkan tasya” papa.
Dan bla bla bla, seperti biasa mereka bertengkar, mereka egois dan tidak pernah memikirkan perasaanku, dan tanpa sepengetahuan mereka aku pergi, tepat dugaanku mereka tak menyadari kepergianku dan mereka masih sibuk dengan perceraian tersebut.
“Mama minta maaf ya sayang telat jemputnya” ucap mama
“Iya ma, gak papa” aku
“Ibu macam apa kamu ini, sudah jam segini baru jemput tasya, untung aku juga datang, jadi selama ini kamu selalu menelantarkan tasya” papa.
Dan bla bla bla, seperti biasa mereka bertengkar, mereka egois dan tidak pernah memikirkan perasaanku, dan tanpa sepengetahuan mereka aku pergi, tepat dugaanku mereka tak menyadari kepergianku dan mereka masih sibuk dengan perceraian tersebut.
Aku
tak tahu sebenarnya itu terjadi apa karena aku? Mungkin iya.
Aku
berjalan gontai, langkah demi langkah kulalui, hujan yang mengguyur seluruh dan
entah mengapa aku merasa menjadi orang yang tidak memiliki siapapun dan aku
hanya sebatang kara.
Sejak
saat itu, aku memilih untuk pergi dari kehidupan orang tuaku, hari-hari kulalui
dengan hidup sendiri dan untuk mendapatkan makanan pun aku harus harus bekerja,
yah, aku bekerja sebagai kasir di salah satu minimarket.
Apakah
tindakanku ini benar?, mungkin iya
Dan
sesekali aku menengok kedua orangtuaku dari kejauhan, dan ketika aku
menengoknya aku bahagia sekali karena mereka masih hidup bersama, aku sering
melihat mamaku menggenggam sepucuk surat yang dariku, yaitu surat yang berisi
pertanyaan apa itu perceraian?.
Sekarang di usiaku yang sudah belasan aku paham apa itu perceraian, aku bahagia dengan keputusanku, dan lebih baik aku yang harus pergi agar orangtuaku tidak bertengkar dan pasti tidak ada kata perceraian lagi. Meskipun aku hidup tanpa mereka, aku cukup bahagia dengan kerukunan mereka, dan aku tidak merasa sendiri, jika aku merindukan kedua orang tua ku, aku cukup melihat mereka dari kejauhan. Aku merasa seperti manusia mistrius, hahahahhah.
Sekarang di usiaku yang sudah belasan aku paham apa itu perceraian, aku bahagia dengan keputusanku, dan lebih baik aku yang harus pergi agar orangtuaku tidak bertengkar dan pasti tidak ada kata perceraian lagi. Meskipun aku hidup tanpa mereka, aku cukup bahagia dengan kerukunan mereka, dan aku tidak merasa sendiri, jika aku merindukan kedua orang tua ku, aku cukup melihat mereka dari kejauhan. Aku merasa seperti manusia mistrius, hahahahhah.
JANGAN MARAH DONK PUTRI
Aku
berjalan tergesa-gesa melewati lorong sekolah. Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB.
Sial, benar-benar sial. Aku terlambat lagi. Kali ini Putri pasti tidak akan
memaafkan aku. Aku makin mempercepat jalanku menuju gedung perpustakaan. Jam
segini warga di sekolahku memang masih beraktifitas. Ada
kegiatan ekstrakulikuler, belajar tambahan, kegiatan kelas, belajar kelompok,
dan lain-lain. Dan sekarang aku sudah ada janji dengan Putri untuk belajar
bersama di perpustakaan. Sebenarnya janjinya dari satu jam yang lalu. Tetapi
aku terlalu asyik bermain PlayStation di rumah temanku hingga lupa waktu.
Kuhentikan
kakiku di depan pintu perpustakaan. Dengan nafas yang masih putus-putus,
kuperhatikan sekilas seluruh ruang perpustakaan mencari sosok Putri. Ternyata
dia masih disini, membaca buku sambil bertopang dagu. Kulangkahkan kaki menuju
tempatnya. Dia selalu memilih tempat di dekat jendela ketika kami belajar
bersama.
Aku
memberanikan diri untuk menyapanya, “Hai, Put.” Putri menatapku, tetapi dia
mengalihkan pandangannya kembali ke buku, tidak menjawab sapaanku. Aku kembali
menyapanya, dan kali ini disertai alasan kenapa aku terlambat.
“Maaf
ya, Putri. Aku keasyikan main PS di rumah Gio, sampai lupa
waktu.” Kudengar dia menghela nafas, menutup buku yang dibacanya dan
memasukkannya ke dalam tas. Dia berdiri dan meninggalkanku. Aku heran, kemudian
bertanya padanya, “lho, Put. Mau kemana? Kita nggak jadi belajarnya?”
“Belajar
aja sendiri sana!” ujarnya dengan ketus. Sepertinya Putri benar-benar marah
besar. Dia belum pernah membentakku seperti tadi. Putri berlalu meninggalkanku.
Aku panik, secepat mungkin kuikuti dia sambil
terus berbicara.
“Putri.
Aku minta maaf, aku tau aku salah. Ajari aku ya. Aku masih belum mengerti
tentang limit trigonometri.” ucapku memelas.
Putri
berbalik, menatapku dengan tajam. Wah, dilihat dari ekspresi wajahnya, sebentar
lagi dia akan meledak. “Aku capek, Dika. Setiap kita janjian, kamu selalu
datang telat. Kamu selalu bilang ‘maafin aku Putri’. Tetapi nyatanya kamu tidak
berubah. Aku bisa maklum kalau kamu telat 10 atau 15 menit, tapi kamu selalu
telat berjam-jam. Kamu juga bilang akan berusaha tingkatkan nilai kamu, tapi
aku merasa hanya aku yang berusaha untuk kamu. Sementara kamu sendiri nggak
berusaha. Kamu selalu mendahului aktifitas kamu yang nggak penting itu. Main PS
lah, Futsal lah, Basket lah. Sementara untuk nilai
kamu sendiri kamu tidak mau memperjuangkan. Aku muak lihat tingkah kamu, Dika.
Kalau bukan tante Maya yang nyuruh aku buat ngubah
kamu, aku nggak akan mau capek-capek gini!”
Aku
melihat Putri mengambil nafas. Aku jadi kasihan lihat dia. Benar juga apa kata
dia. Aku selalu buat dia susah. Tidak mengerti perasaan dia yang sudah lama berusaha demi aku. “Ok, Put. Tapi sekali ini aku
benar-benar janji sama kamu. Aku akan berusaha,” ujarku sambil menggenggam
tangannya. Putri melepaskan genggaman tanganku. “Aku mau pulang, Dika. Percuma
aku ngajar kamu sekarang. Suasana hatiku kacau gara-gara kamu.” Lalu Putri
pergi meninggalkan aku.
Aku
hanya terdiam menatap sahabatku itu pergi. Kalau sudah seperti ini, terpaksa
nanti malam aku akan meminta maaf dengan memberikannya coklat. Semarah apapun
Putri, dia tidak akan bisa menolak coklat, apalagi coklat cadbury. Karena itu
adalah makanan kesukaannya.
PUTRI
Terlihat
seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Begitu melihatku dia langsung
tersenyum. “Eh, nak Dika. Cari Putri ya?”
Aku tersenyum membalas keramahannya, “iya, tante. Saya mau minta ajarin sama Putri, masih ada materi yang belum mengerti. Putrinya ada kan, tante?”
Tante Sarah mempersilahkan aku untuk masuk, lalu menutup pintu. Dia berbalik kemudian menjawab pertanyaanku, “ada. Putri lagi di kamar. Sebentar ya tante panggil. Nak Dika duduk aja disana.”
Kembali aku tersenyum dan mengangguk. Aku lalu duduk di kursi ruang tamu, meletakkan tas dan mengelurkan isinya. Buku, pena, tipeX, penggari, pensil dan tidak lupa, coklat. Ketika aku hendak mengeluarkan coklat, aku kembali teringat Putri. Lucu juga melihat dia marah-marah seperti itu. Aku tersenyum geli. Ada baiknya coklat ini nanti saja aku keluarkan. Aku memasukkan kembali coklat itu ke dalam tas.
Aku tersenyum membalas keramahannya, “iya, tante. Saya mau minta ajarin sama Putri, masih ada materi yang belum mengerti. Putrinya ada kan, tante?”
Tante Sarah mempersilahkan aku untuk masuk, lalu menutup pintu. Dia berbalik kemudian menjawab pertanyaanku, “ada. Putri lagi di kamar. Sebentar ya tante panggil. Nak Dika duduk aja disana.”
Kembali aku tersenyum dan mengangguk. Aku lalu duduk di kursi ruang tamu, meletakkan tas dan mengelurkan isinya. Buku, pena, tipeX, penggari, pensil dan tidak lupa, coklat. Ketika aku hendak mengeluarkan coklat, aku kembali teringat Putri. Lucu juga melihat dia marah-marah seperti itu. Aku tersenyum geli. Ada baiknya coklat ini nanti saja aku keluarkan. Aku memasukkan kembali coklat itu ke dalam tas.
“Ngapain
kamu kesini?” suara Putri yang datar mengagetkanku. Dia berdiri sekitar 2 meter
dari tempatku duduk dan menatapku dengan tajam, sepertinya masih marah.
“Putri, kita sambung yang tadi sore ya?” aku memohon. Kulihat Putri mengrutkan keningnya. “Sambung apa? Sambung aku marah-marah lagi?” Aku tercenung. Duh, Putri. Masa kamu nggak ngerti sih??
“Bukan itu. Maksud aku sambung belajar. Kan tadi nggak jadi.”
“Oh. Jadi kamu datang kesini buat belajar?” Aku mengangguk. “Emang kamu segitu yakinnya aku mau ajarin kamu lagi, sampai datang kesini?”
“Ayo lah, Putri. Plisss…”
Putri tersenyum sinis. “Kalau aku bilang enggak, bagaimana?” Wah, kalau sudah begini, aku pakai cara terakhir. Aku buka tasku dan mengeluarkan coklat dari dalamnya. Putri melihat apa yang ada di tanganku. Sedikit rasa senang terlihat di wajahnya.
“Tadinya kalau kamu mau ajarin aku, aku mau kasi coklat ini. Tapi karena kamu nggak mau, ya sudah deh. Aku kasi adikku aja,” kataku sambil melirik kearahnya. Ketika aku hendak memasukkan coklat itu ke dalam tas, Putri segera berjalan ke arahku, mengambil coklat yang ada di tanganku dan duduk di sampingku. “Kamu memang tau cara menyogok aku, Dika. Aku rasa kamu punya bakat jadi penyogok.”
Aku mengangkat bahu, “kurasa aku hanya pintar menyogokmu.” Putri membuka bungkus coklat dan memakannya. Dia menatapku, “Ok, sekarang bagian mana yang kamu nggak ngerti.”
Aku menyodorkan buku paketku menjelaskan dimana kendalaku. Putri dengan terampil mengajariku, menunjukkan jalan-jalan penyelesaian padaku. Walaupun aku masih susah untuk mengerti, tetapi dia tetap sabar.
“Putri, kita sambung yang tadi sore ya?” aku memohon. Kulihat Putri mengrutkan keningnya. “Sambung apa? Sambung aku marah-marah lagi?” Aku tercenung. Duh, Putri. Masa kamu nggak ngerti sih??
“Bukan itu. Maksud aku sambung belajar. Kan tadi nggak jadi.”
“Oh. Jadi kamu datang kesini buat belajar?” Aku mengangguk. “Emang kamu segitu yakinnya aku mau ajarin kamu lagi, sampai datang kesini?”
“Ayo lah, Putri. Plisss…”
Putri tersenyum sinis. “Kalau aku bilang enggak, bagaimana?” Wah, kalau sudah begini, aku pakai cara terakhir. Aku buka tasku dan mengeluarkan coklat dari dalamnya. Putri melihat apa yang ada di tanganku. Sedikit rasa senang terlihat di wajahnya.
“Tadinya kalau kamu mau ajarin aku, aku mau kasi coklat ini. Tapi karena kamu nggak mau, ya sudah deh. Aku kasi adikku aja,” kataku sambil melirik kearahnya. Ketika aku hendak memasukkan coklat itu ke dalam tas, Putri segera berjalan ke arahku, mengambil coklat yang ada di tanganku dan duduk di sampingku. “Kamu memang tau cara menyogok aku, Dika. Aku rasa kamu punya bakat jadi penyogok.”
Aku mengangkat bahu, “kurasa aku hanya pintar menyogokmu.” Putri membuka bungkus coklat dan memakannya. Dia menatapku, “Ok, sekarang bagian mana yang kamu nggak ngerti.”
Aku menyodorkan buku paketku menjelaskan dimana kendalaku. Putri dengan terampil mengajariku, menunjukkan jalan-jalan penyelesaian padaku. Walaupun aku masih susah untuk mengerti, tetapi dia tetap sabar.
“Nah.
Sekarang coba kamu kerjakan soal no 4. Itu soal yang paling mudah menurut aku.”
Aku menuruti kata-katanya. Sambil aku mengerjakan, kulihat dia mengambil tasku.
Mencari-cari sesuatu. Aku membiarkannya, toh tidak ada benda pribadi di
dalamnya.
“Dikaaa. Apa-apaan ini?” aku kaget mendengar Putri berteriak sambil menunjukkan kertas yang dipegangnya. Itu kertas ulanganku. Pertanda buruk.
“Masa kamu cuma dapat nilai 5,5. Padahal aku sudah serius ngajar kamu. Jangan-jangan kamu tidak serius selama ini…”
Aku menutup telingaku. Gawat!! Putri mulai mengomel lagi nih.
“Dikaaa. Apa-apaan ini?” aku kaget mendengar Putri berteriak sambil menunjukkan kertas yang dipegangnya. Itu kertas ulanganku. Pertanda buruk.
“Masa kamu cuma dapat nilai 5,5. Padahal aku sudah serius ngajar kamu. Jangan-jangan kamu tidak serius selama ini…”
Aku menutup telingaku. Gawat!! Putri mulai mengomel lagi nih.
MATAHARI DI BULAN DESEMBER
Udara
segar, belum terkontaminasi polusi pabrik dan asap
kendaraan bermotor serta hijau daun, masih asri warnanya. Hanya sesekali tersentuh
debu-debu jalan yang ingin menghampiri sekedar bercerita sedikit. Terkadang
kupu-kupu yang menyorotkan sejuta warna, berputar-putar mengitari taman di
sudut desa yang sering aku kunjungi demi hanya melepaskan lelah setelah
berhari-hari sibuk dengan aktivitas sekolah. Ya, ku pikir inilah tempat yang
paling bisa menghiburku dari setiap masalah. Teman yang paling bisa mengerti
perasaanku bila semua orang memaksaku dengan keputusan mereka.
Sejak dulu aku sering menghabiskan waktu berjam-jam di taman itu jika ada masalah menimpaku. Aku lebih suka curhat dengan kupu-kupu dan daun-daun yang menghijau. Terkadang aku iri melihat mereka, tumbuh tanpa ada masalah sedikit pun. Selalu memberi keindahan pada setiap orang yang menikmatinya. Ah… terkadang aku ingin menjadi kupu-kupu, terbang ke sana kemari tanpa ada beban sedikit pun, memberi kebahagiaan pada siapapun yang melihatnya.
Sejak dulu aku sering menghabiskan waktu berjam-jam di taman itu jika ada masalah menimpaku. Aku lebih suka curhat dengan kupu-kupu dan daun-daun yang menghijau. Terkadang aku iri melihat mereka, tumbuh tanpa ada masalah sedikit pun. Selalu memberi keindahan pada setiap orang yang menikmatinya. Ah… terkadang aku ingin menjadi kupu-kupu, terbang ke sana kemari tanpa ada beban sedikit pun, memberi kebahagiaan pada siapapun yang melihatnya.
Waktu
kecil, aku sering lupa pulang jika sudah bermain di
taman itu, bahkan sampai aku duduk di bangku SMP. Pulang sekolah, mengganti pakaian
langsung pergi ke taman, mengunjungi sahabat-sahabatku yang lucu sambil menulis
puisi untuk mereka. Bahkan ketika aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke
kota Jambi, aku selalu merindukan taman ini. Meskipun barangkali hanya aku yang
setia mengunjungi taman ini. Entahlah, bagiku taman ini memberi kenikmatan
tersendiri.
Ah…
aku terlalu nyaman dengan posisiku sekarang. Mendapatkan pekerjaan yang baru
saja aku senangi semenjak 3 tahun yang lalu. Menikmati pekerjaan yang dulu sama
sekali bukan cita-citaku tapi ternyata sangatlah
menyenangkan. Memang aku tidak bisa merealisasikan angan-anganku dulu ke dalam
keadaan nyata. Tapi setidaknya aku bisa membagi ilmuku untuk anak-anak seumurku
dulu. Ketika aku memimpikan untuk bisa menjadi pembaca puisi terkenal seperti
Chairil Anwar. Atau aktris professional seperti Dian Sastro. Aku bisa melatih
mereka kapan aku mau, tentunya atas kemauan mereka. Aku bisa menumpahkan
seluruh ilmuku ke otak anak-anak yang mempunyai hobby
sama sepertiku, sewaktu aku ingin menjadi anak terhebat dan melirik perhatian
orang banyak.
Ternyata
eskul-eskul yang kuikuti beberapa tahun lalu, ketika duduk di bangku SLTA
sangat bermanfaat untuk sekarang. Aku bisa mengajarkan mereka sesuatu yang
awalnya sedikit kutahu, namun akhirnya kreatifitasku bermain sendiri ketika
digabungkan dengan kreatifitas anak-anak. Melihat kesenangan mereka berlatih
seni merupakan kebahagiaan tersendiri buatku.
Tapi
ada satu titik kelemahanku yaitu aku selalu kalah dengan udara bulan Desember.
Bulan di mana mengharuskanku selalu minum obat influenza
setiap waktu karena cuaca Desember yang tidak pernah bersahabat dengan tubuhku.
Kalau tidak bapak dan Ibu pasti akan menceramahiku dan memaksa memasukkan obat
dari bidan ke mulutku. Tapi itulah salah satu bentuk kasih sayang mereka. Dari kecil aku terlalu sensitif dengan
musim hujan dan udara dingin. Makanya bapak dan ibu mati-matian menjagaku. Tak
satu pun keinginanku yang mereka tolak kecuali berpisah jauh dari mereka.
Mungkin kirena aku adalah anak semata wayang yang diharapkan menjadi penerus
bapak untuk memimpin Yayasan Pendidikan MAS yang kami punya. Mengajar TPQ
setiap ba’da Maghrib dan membantu memimpin Yasinan ibu-ibu setiap hari Jum’at
di desa kami. Desa yang mayoritas masyarakatnya kurang memahami ilmu agama, walaupun
hampir seluruhnya berasal dari pulau Jawa. Pulau yang konon katanya banyak
pondok pesantren.
HARAPAN
Hari yang berbeda dari biasanya.
Mama dan papa tidak ada di rumah. Di rumah hanya ada aku, Kak Dinda dan bibi.
“Adek, ayo sarapan. Makanannya udah ada di meja tuh”
“Iya kakak…”
Saat di meja makan, “Kak, mama sama papa dimana?”, “Kata bibi tadi pagi, mama dan papa ke luar kota” jawab kak Dinda.
“Adek, ayo sarapan. Makanannya udah ada di meja tuh”
“Iya kakak…”
Saat di meja makan, “Kak, mama sama papa dimana?”, “Kata bibi tadi pagi, mama dan papa ke luar kota” jawab kak Dinda.
Akhir-akhir ini mama dan papa
jarang di rumah. Biasanya tiap pagi aku dan kak Dinda mau berangkat sekolah,
pasti ada kecupan manis dari mama. Dan kali ini, jauh berbeda.
“Dzzzz…”, tiba-tiba ponsel Kak Dinda bergetar, ternyata ada SMS dari abang Vian,
“Dek Dinda dan Dek Sela, maaf ya hari ni abang G bisa anter kalian ke school. Coz, abang lg ada acara nih di kampus. Sorry ya mendadak”
“Okee bang, nggak papa.”, balasku.
“Kali ini kita jalan kaki yah, gak apa apa kan Dek? soalnya Bang Vian lagi ada acara,” kata Kak Dinda .
“It’s okey Kak. Sesekali jalan kaki ke sekolah. Kan nggak jauh jauh amat”, jawabku.
“Dzzzz…”, tiba-tiba ponsel Kak Dinda bergetar, ternyata ada SMS dari abang Vian,
“Dek Dinda dan Dek Sela, maaf ya hari ni abang G bisa anter kalian ke school. Coz, abang lg ada acara nih di kampus. Sorry ya mendadak”
“Okee bang, nggak papa.”, balasku.
“Kali ini kita jalan kaki yah, gak apa apa kan Dek? soalnya Bang Vian lagi ada acara,” kata Kak Dinda .
“It’s okey Kak. Sesekali jalan kaki ke sekolah. Kan nggak jauh jauh amat”, jawabku.
Sembari berjalan, aku
ngobrol-ngobrol dengan kak Dinda,
“Kak, mama sama papa udah gak sayang sama kita ya?” tanyaku.
“Hus! Adek kok tanya gitu sih? Gak boleh ah!, kakak gak suka.” Jawabnya.
“Tuh buktinya, mereka jarang banget kumpul sama kita. Aku Cuma pengen kita itu kayak dulu kak. Lihat TV bareng, jalan jalan bareng. Lah sekarang?”, “Jangan negatif thinking lah, mungkin itu perasaan adek aja. Udah lah dek, tenang aja. Kan di sini masih ada kakak..” jawabnya.
“Kak, mama sama papa udah gak sayang sama kita ya?” tanyaku.
“Hus! Adek kok tanya gitu sih? Gak boleh ah!, kakak gak suka.” Jawabnya.
“Tuh buktinya, mereka jarang banget kumpul sama kita. Aku Cuma pengen kita itu kayak dulu kak. Lihat TV bareng, jalan jalan bareng. Lah sekarang?”, “Jangan negatif thinking lah, mungkin itu perasaan adek aja. Udah lah dek, tenang aja. Kan di sini masih ada kakak..” jawabnya.
Pulang sekolah, aku dan Kak Dinda
mampir ke rumah kakek.
“Assalamualaikum.. kakek..”, “Kak, kok gak ada yang jawab? Tumben?” kataku.
Pas kita masuk ke dalam rumah kakek, ternyata ada suara mama di dalam sedang berbincang dengan kakek. Wajah mama juga terlihat merah.
“Lhoh, mama kok di sini? Ada apa Ma? Mama nangis?” tanyaku kebigungan.
“Nggak papa kok sayang, mama cuma mampir aja di rumah kakek,” jawab mama tersenyum kecil.
Mama berusaha menutupinya. Di situ, aku mulai bingung. Aku makin penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
“Kakek.. kalau Sela boleh tau nih, mama sama papa itu kenapa sih kok jarang di rumah?”,
“Assalamualaikum.. kakek..”, “Kak, kok gak ada yang jawab? Tumben?” kataku.
Pas kita masuk ke dalam rumah kakek, ternyata ada suara mama di dalam sedang berbincang dengan kakek. Wajah mama juga terlihat merah.
“Lhoh, mama kok di sini? Ada apa Ma? Mama nangis?” tanyaku kebigungan.
“Nggak papa kok sayang, mama cuma mampir aja di rumah kakek,” jawab mama tersenyum kecil.
Mama berusaha menutupinya. Di situ, aku mulai bingung. Aku makin penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
“Kakek.. kalau Sela boleh tau nih, mama sama papa itu kenapa sih kok jarang di rumah?”,
CINTA 2 DUNIA
Waktu itu Ben baru pulang dari acara dinner bersama teman-temannya. Saat
pulang melewati jalan Casablanca di bilangan Jakarta Selatan. Malam menunjukan
pukul 23.00 WIB. Tiba-tiba ada sesosok wanita cantik
yang menyebrang di depan mobil yang sedang
dikendarai oleh Ben. Waktu itu Ben benar-benar sedang dalam keadaan mengantuk.*Tiinnn!!! Tiba-tiba seketika mobil Ben berhenti.
“Astagfirullah.. gue nabrak orang! Oh My God” Ben sambil membuka silkbelt dan turun dari mobil.
*Ben mencari orang yang ia tabrak
“Dihh.. mana orang yang gue tabrak tadi? Lol~” Ben sambil garuk-garuk kepala dan mencari-cari ke kolong mobil
“Beuhh, jangan-jangan gue nabrak hantu lagi? Ewhhh sieunn ahhh!” Ben langsung lari masuk ke mobilnya
Akhirnya Ben melanjutkan perjalanan
menuju ke apartment. Sesampainya di Apartment Ben
langsung tidur di ranjangnya. Tiba-tiba ada sesosok cewek cantik yang memakai
baju casual, celana jeans panjang dan memakai baju atasan kaos pink. Ben sangat
terkejut melihat cewek itu tiba-tiba muncul di pojok kamarnya.
“Heh! lo siapa? Kok bisa masuk ke kamar gue?” Ben
“Emhh.. (sambil tersenyum malu)” cewek misterius
“Woy! Jawab! padahal kan kamar gue dikunci dari luar, lo masuk lewat mana?” Ben
“Aku masuk lewat dinding.. hehe” cewek misterius sambil tertawa kecil
“Jih? Lewat dinding? Sakit lo ya?” Ben
“Ihh.. serius tauu..!” cewek misterius
“Ahh.. mustahil banget..! Kecuali kalau emang lo hantu.” Ben yang tidak percaya
“Emang aku hantu.. Nih ya kalau nggak percaya.. kamu liat baik-baik..” cewek misterius
Lalu cewek misterius itu menembus dinding dan masuk kembali melalui dinding. Ben yang melihatnya secara nyata langsung merinding ketakutan dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
“Pergi lo dari sini!! Jangan ganggu gue! Lo kunti ya?” Ben
“Enak aja lo cantik-cantik gini masa dibilang kunti !hufftt” cewek misterius
“Ya abis lo anoying sihh!” Ben
“Udah deh nggak usah dibahas! Dengerin gue dulu..” cewek misterius
“Apaan?” Ben
“Tadi kamu ngerasa nabrak orang kan di Casablanca?” cewek misterius
“I..i..i..ya ko lo tau?” Ben panik
“Aku yang kamu tabrak tadi!” cewek misterius
“What lo? tapi kok pas gue cari lo ngga ada?” Ben
“Iya karena percuma aku nggak akan bisa ditabrak.. karena aku ini udah jadi arwah!” cewek misterius
“Heh! lo siapa? Kok bisa masuk ke kamar gue?” Ben
“Emhh.. (sambil tersenyum malu)” cewek misterius
“Woy! Jawab! padahal kan kamar gue dikunci dari luar, lo masuk lewat mana?” Ben
“Aku masuk lewat dinding.. hehe” cewek misterius sambil tertawa kecil
“Jih? Lewat dinding? Sakit lo ya?” Ben
“Ihh.. serius tauu..!” cewek misterius
“Ahh.. mustahil banget..! Kecuali kalau emang lo hantu.” Ben yang tidak percaya
“Emang aku hantu.. Nih ya kalau nggak percaya.. kamu liat baik-baik..” cewek misterius
Lalu cewek misterius itu menembus dinding dan masuk kembali melalui dinding. Ben yang melihatnya secara nyata langsung merinding ketakutan dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
“Pergi lo dari sini!! Jangan ganggu gue! Lo kunti ya?” Ben
“Enak aja lo cantik-cantik gini masa dibilang kunti !hufftt” cewek misterius
“Ya abis lo anoying sihh!” Ben
“Udah deh nggak usah dibahas! Dengerin gue dulu..” cewek misterius
“Apaan?” Ben
“Tadi kamu ngerasa nabrak orang kan di Casablanca?” cewek misterius
“I..i..i..ya ko lo tau?” Ben panik
“Aku yang kamu tabrak tadi!” cewek misterius
“What lo? tapi kok pas gue cari lo ngga ada?” Ben
“Iya karena percuma aku nggak akan bisa ditabrak.. karena aku ini udah jadi arwah!” cewek misterius
DIMANA-MANA ADA HANTU
Cerita
gue waktu masih SD, gue paling takut sama yang namanya hantu. Di fikiran gue
hantu itu suka ngejutin alias surprise. wah berarti
hantu romantis dong, bukan bukan! Hantu bukan ngasi surprise terus bawa mobil-mobilan, terus ngasiin dengan muka lugu. bukan
bukan! Tapi yang ada, hantu ngejutin dengan cara memandang lo. lo bayangin aja
beragam-ragam wajah hantu yang super duper unik dan
menyeramkan. Ada yang mukanya gepeng kelindes truk, ada yang bawa gayung.
Berarti kemungkinan kematiannya ada dua, di kamar mandi pas lagi mandi, atau di
perempatan jalan sewaktu lagi ngemis malah dilindes odong-odong hiii tragis
sereemmm. Ada yang perut belakangnya bolong. kalau ini kematiannya mungkin
korban malpraktek, soalnya habis ngelahirin. Dokternya kena serangan jantung
terus mati, jadi tidak sempat dijahit. Tapi kenapa dia enggak ke tukang jahit
aja ya? hmmm 0_0”.
Dari
segitu banyaknya hantu, ada hantu yang paling membuat gue penasaran yaitu
pocong!!, Menurut gue pocong itu yang paling unyu, pakaiannya itu seperti guling
di kasur, bawaanyaa pengen meluk aja 0_0, dan pakaiannya juga seperti lontong
bawaannya pengen nyiram dia dengan kuah sayur gori, campur udang sambel, telur
dan itu pastinya lezattt sekali #ngilerrrr
Tapi ini pocong broo bukan makanan!!!
Oh iya iya lupa
Apalagi nih ya jalannya, menurut gue pocong ini dulu cita-citanya adalah atlet engklek tapi enggak kesampaian dan keburu mati. Lo lihat aja jalannya gimana.
Bawaannya gue pengen bilang, cong!! Ada nyali lo buat main engklek sama gue. #alis naik
Tapi ini pocong broo bukan makanan!!!
Oh iya iya lupa
Apalagi nih ya jalannya, menurut gue pocong ini dulu cita-citanya adalah atlet engklek tapi enggak kesampaian dan keburu mati. Lo lihat aja jalannya gimana.
Bawaannya gue pengen bilang, cong!! Ada nyali lo buat main engklek sama gue. #alis naik
Aktifitas
gue sewaktu SD selain belajar di SD negeri 010086 Kisaran, gue juga belajar
ngaji. Jauh banget tempat ngaji gue, seperti lo melakukan perjalanan melewati
dua benua, 200 pulau, 180 gunung, dan berjuta juta kebohongan padahal kepeleset
taik lincong juga nyampek ‘alias tetangga.
Habis sholat magrib, dengan ganteng pakai lobe, baju koko sambil nenteng iqro.
Nunggu temen–temen di depan rumah biar bareng-bareng ke tempat guru ngaji, padahal gue penakut walapun ngajinya di tempat tetangga.
Sewaktu gue nunggu temen-temen, tetangga gue yang letak rumahnya di samping rumah gue dan di samping rumah guru ngaji gue. Dia bernama Tika! Dia hampirin gue, seperti biasa dia orang yang selalu nakut-nakutin. Bertemu dengan dia itu “Azab” lah buat gue seperti itu gambarannya.
Begitu krusialnya peran dia di hidup gue, bayangin aja.
Ggik!
Pasti lo nungguin temen ya buat sama-sama pergi ngaji. Karena lo takut pergi sendirikn?
Iya, tapi gue enggak takut tuh. Gue Cuma suka perginya rame-rame #sok cool (padahal alesan karena gue penakut).
Berapa detik kemudian temen gue sudah pada datang, leganya terhindar dari “Azab” ngelus dada.
Jalan riang bareng temen-temen ke tempat guru ngaji.
Habis sholat magrib, dengan ganteng pakai lobe, baju koko sambil nenteng iqro.
Nunggu temen–temen di depan rumah biar bareng-bareng ke tempat guru ngaji, padahal gue penakut walapun ngajinya di tempat tetangga.
Sewaktu gue nunggu temen-temen, tetangga gue yang letak rumahnya di samping rumah gue dan di samping rumah guru ngaji gue. Dia bernama Tika! Dia hampirin gue, seperti biasa dia orang yang selalu nakut-nakutin. Bertemu dengan dia itu “Azab” lah buat gue seperti itu gambarannya.
Begitu krusialnya peran dia di hidup gue, bayangin aja.
Ggik!
Pasti lo nungguin temen ya buat sama-sama pergi ngaji. Karena lo takut pergi sendirikn?
Iya, tapi gue enggak takut tuh. Gue Cuma suka perginya rame-rame #sok cool (padahal alesan karena gue penakut).
Berapa detik kemudian temen gue sudah pada datang, leganya terhindar dari “Azab” ngelus dada.
Jalan riang bareng temen-temen ke tempat guru ngaji.
Karena
masih kecil. Sambil nunggu giliran ngaji main smackdown dulu sama temen gue si
epri, main suit suitan tapi enggak main cewek karena pada saat itu gue belum
jadi playboy. Belum di lantik karena belum cukup umur alias masih bocah.
No comments:
Post a Comment