MASALAH KEMISKINAN DI
INDONESIA
Konsep Kesejahteraan dan Kemiskinan
Ada banyak definisi dan
konsep yang berbeda tentang kesejahteraan (well- being). Misalnya kita dapat mengatakan bahwa kesejahteraan seseorang adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan komoditas secara umum;
seseorang dikatakan mampu (memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik) jika dia
memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya (kekayaan) untuk memperoleh
jenis barang-barang konsumsi tertentu (misalnya makanan dan perumahan). Atau
kita dapat
berfikir bahwa seseorang yang kurang mampu untuk andil (berfungsi)
dalam
masyarakat
mungkin memiliki
tingkat
kesejahteraan
yang rendah atau lebih rentan (vulnera ble) terhadap krisis ekonomi. Jadi dalam konteks ini, kemiskinan dapat berarti kurangnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan komoditas secara umum yang dirasa sangat esensial dalam memenuhi standar hidup dalam masyarakat sehingga berakibat kurangnya kemampuan untuk andil
dalam masyarakat.
Menurut Bank Dunia, kesejahteraan dapat diukur dengan
kekayaan
yang dimiliki seseorang, kesehatan, gizi, pendidikan, aset, perumahan, dan
hak-hak tertentu dalam masyarakat seperti kebebasan berbicara. Juga kemiskinan merupakan ketidakberdayaan, kerentanan dan kurangnya peluang.
Kemiskinan benar-benar merupakan masalah multi-dimensi yang memerlukan kebijakan dan program multi-dimensi pula agar supaya kesejahteraan individu meningkat
sehingga membuatnya
terbebas dari kemiskinan. Sebagai contoh, pertumbuhan ekonomi penting bagi
penciptaan kesempatan-kesempatan atau peluang- peluang.
Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi
sendiri
tidak cukup; orang miskin dan orang yang rentan mungkin tidak memperoleh keuntungan dari pertumbuhan ekonomi, karena mereka kurang sehat, kurang keahlian atau kekurangan akses terhadap infrastruktur dasar.
Maka selain pertumbuhan, pemberdayaan
juga sangat penting bagi
penduduk
miskin untuk mengambil
keuntungan dari peluang- peluang yang
diciptakan
dari adanya pertumbuhan ekonomi. Pemberdayaan
berarti meningkatnya kapasitas
penduduk miskin untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan yang membawa pengaruh
pada kehidupan mereka
dalam menghilangkan hambatan-hambatan yang
mereka hadapi untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, sosial dan politik. Namun, pertumbuhan dan pemberdayaan saja juga tidak cukup untuk mengatasi jumlah penduduk miskin yang besar dalam masyarakat. Sebab, ada banyak penduduk yang rentan terhadap resiko seperti
penyakit, kecelakaan, ketidakstabilan ekonomi, dan bencana alam yang membatasi kesempatan mereka dan juga kemampuan untuk menyediakan
peluang-peluang
yang diciptakan oleh pertumbuhan. Konsekuensinya, penduduk
yang rentan
tersebut terpaksa
memilih kegiatan yang
beresiko rendah dan dengan
tingkat
pengembalian
yang rendah pula (low return activities), sehingga menyebabkan mereka kehilangan aset produktif dan kembali jatuh dalam kemiskinan. Oleh karena itu selain pertumbuhan dan pemberdayaan, mekanisme jaring
pengaman sosial
harus
ada
untuk
mengurangi dampak gejolak tersebut pada penduduk miskin dan membantu penduduk miskin mengatasi konskuensi dari gejolak-gejolak tersebut.
Pengukuran Kemiskinan
Dalam usaha mengentaskan kemiskinan maka pengukuran jumlah kemiskinan sangat penting dilakukan. Berikut ini beberapa alasan pentingnya pengukuran kemiskinan :
1. Membangun Sebuah Strategi Pertumbuhan
Memahami karakteristik kemiskinan dapat membantu pembuat kebijakan berpikir tentang dampak dari strategi pertumbuhan. Dengan mengukur kemiskinan setiap waktu, kita dapat menganalisa apakah kemiskinan meningkat atau menurun, atau apakah
pertumbuhan
ekonomi
secara
umum membantu penduduk miskin. Dengan berubahnya harga-harga relatif, kita dapat mengevaluasi bagaimana perubahan harga ini berakibat pada penduduk miskin. Kita dapat menggunakan data kemiskinan untuk memberikan informasi tentang reformasi
kebijakan
ekonomi secara luas dan bagaimana penduduk miskin dipengaruhi oleh
reformasi kebijakan tersebut.
Informasi yang lebih baik dan terkini (up to date) tentang penduduk miskin sangat penting untuk membantu pemerintah dalam
mendesain kebijakan yang efektif untuk memerangi kemiskinan. Siapa yang miskin? Berapa jumlah penduduk yang miskin? Dimana mereka tinggal? Apa
sumber pendapatan mereka?. Kebijakan- kebijakan yang ditujukan untuk membantu penduduk miskin tidak dapat berjalan sukses jika pemerintah tidak mengetahui siapa yang miskin dan bagaimana kemungkinan penduduk miskin merespon beberapa strategi
pertumbuhan yang berbeda.
2. Pengeluaran Sektor Sosial
Dengan mengumpulkan informasi tentang rumah tangga dan status ekonominya, kita
dapat mengamati siapa yang memanfaatkan pelayanan publik dan siapa yang memperoleh keuntungan dari
subsidi pemerintah. Jika program-progam dipangkas atau ada pengurangan sektor publik, data
kemiskinan membantu memberikan
informasi
kepada kita
tentang
akibat dari perencanaan-perencanaan tersebut pada penduduk miskin. Menggunakan informasi tentang kemiskinan, kita dapat melakukan simulasi tentang dampak dari kebijakan-kebijakan yang berbeda.
3. Penentuan Sasaran dan Target
Dengan data tentang status kemiskinan rumah tangga kita
dapat mengevaluasi dampak dari program terhadap penduduk miskin dan menentukan apakah program- program tersebut memenuhi tujuan-tujuannya berkenaan dengan sasaran dan
target rumah tangga tertentu. Disain sasaran dan penempatan
program anti kemiskinan sangat penting untuk mencapai sasaran kelompok
yang kurang beruntung
dan wilayah-wilayah tertinggal secara efektif dan efisien. Profil kemiskinan dapat membantu pemerintah mengidentifikasi sasaran yang
potensial menurut wilayah, pekerjaan, pendidikan, dan jenis kelamin.
No comments:
Post a Comment