Powered by Blogger.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Business

Saturday, 12 May 2018

Membangun Citra Diri Positif Anak

  kangato       Saturday, 12 May 2018
Membangun Citra Diri Positif Anak

Banyak perilaku guru yang dapat membunuh karakter anak, yaitu dengan membuat anak merasa rendah diri. Seorang guru yang tidak pernah memberi pujian atau kata- kata positif, kecuali cemoohan dan kata-kata negatif akan memuat muridnya menjadi tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri yang telah terbentuk sejak anak usia dini akan terbawa sampai dewasa.
Peran guru dalam membangun citra diri yang positif pada anak sangat besar, sehingga sebuah sekolah dasar di Medford Massachusetts yang bernama Dame School, membuat  kebijakan  untumembangun  citra  diri  positif kepada murid-muridnya.
Kisah Dame School, menyatakan bahwa  seluruh murid sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 3, tidak boleh diberikan nilai angka atau huruf di rapornya, tetapi hanya berupa uraian consisten dan not consisten, berbeda dengan di Indonesia rapor anak diisi dengan angka, bahkan diberi peringkat atau ranking. Menurut mereka, kalau seorang anak usia di bawah 9 tahun diberikan nilai (baik dan buruk), maka akan memvonis” anak; pintar, sedang dan bodoh. Padahal anak-anak pada usia itu masih terus berkembang kemampuannya. Baru nanti ketika anak sudah kelas empat SD,  ilai mulai diberikan, tetapi ranking tetap tidak diberikan.
Hasil Kerja harian murid-murid cukup diberikan “nilai” dengan gambar stiker (bintang, bunga atau mobil ) atau dengan  tulisan  gurunya  yanberbunyi  :  good  dan  good effort. Ternyata dengan cara ini, anak-anak bersemangat untuk mengerjakan tugasnya dengan baik, karena setelah selesai guru akan menempelkan stiker di lembaran bukunya. Dalam  memeriksa  hasil  kerja,  guru  tidamencoretr  hasil kerja anak yang salah, tetapi dengan membetulkannya dengan cara menuliskan jawaban yang benar di samping hasil kerja anak yang salah.
Murid-murid didorong untuk aktif berdiskusi, dan guru selalu  memberi  komentapositif  kepada  setiap  pendapat yang dilontarkan kepada anak. Dengan carta ini murid-murid menjadi bersemangat un tuk tetap masuk sekolah. Bahkan anak bertekad untuk tetap masuk sekolah walaupun suhu badannya panas tinggi.
Di Dame school, waktu libur panjang adalah waktu yang membosankan, tetapi waktu sekolah adalah waktu yang menyenangkan. Anak-anak begitu mencintasi sekolahnya, karena gurunya telah berhasil menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yang membuat anak-anak antusias untubelajar.  Kalau  anak  senang  hatinya,  maka  bagian limbik otaknya akan terbuka, sehingga anak dengan mudah menyerap pelajaran yang diberikan.
Keadaan belajar di Dame School terasa berbeda dengan keadaan belajar di Indonesia. Guru di Indonesia cenderung jarang memberikan pujian kepada anak, tetapi lebih banyak mengkritik dan memarahi anak. Hal ini menjadi salah satu faktor yang sering menjadi penyebab  seorananak  tidak percaya diri adalah ketika di kelas ia tidak dapat menjawab pertanyaan atau ketika maju ke depan papan tulis untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru. Banyak guru yang bersikap negatif ketika mendapatkan muridnya tidak dapat menjawab  pertanyaan,  misalnya  dengan  perkataan  :  “itu salah, kamu pasti tidak belajar ya? atau lihat anak-anak, betul tidak jawaban Rika?. Seharusnya reaksi guru adalah “jawabannya belum lengkap, mungkin ada jawaban yang lain? atau jalannya sudah hampir benar, tetapi coba kamu ulangi lagi, mungkin ada jawaban yang kamu lupakan atau Ana,  nanti  kamu  duduk  sama  Shella  dan  kamu  berdua dapat memecahkan soal itu ?
Sering guru mempermalukan anak di depan kelas, memarahi atau bahkan menghukumnya. Kita semua pasti pernah melihat atau mempunyai pengalaman tentang sikap guru yang seperti itu. Sekali anak dipermalukan, ia kan takut, gemetaran ketika harus menjawa pertanyaan guru, sehingga ia menjadi tidak percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya di depan kelas. Sejak anak kecil juga sudah divonis dengan diberikan ranking atau dengan istilah “mendapat ranking sepuluh besar” atau “tidak masuk ranking.”
Sikap guru yang demikian, memang bukan hanya kesalahan guru saja, tetapi adalah kesalahan sebuah sistem pendidikan yang orientasinya hanya semata-mata mengejar keberhasilan akademik, yaitu sistem mengejar target kurikulum dengan segenap tes harian, ulangan umum, ujian akhir. Padahal untuk anak usia dini, yang terpenting ditanamkan  adalah  sikap  agar  anak-anak  cinta  belajar. Bukan semata-mata harus bisa karena kalau harusbisa, suasana belajar menjadi penuh beban, sehingga otak limbik anak tertutup, akhirnya anak tidak dapat mencapai potensi optimalnya. Di  dalam  ilustrasi  ini,  dikandunbahwa  seoranguru perlu menampilkan etika membangun citra positif anak melalui perilaku-perilaku : santun, tulus, mencintai anak, memberikan pujian dan menciptakan kesenangan anak dengan melabel atau memberi cap negatif anak.

Guru sebagai Model/Tokoh Idola Anak
perilaku adalah hasil dari proses sosialisasi dan pendidikan yang diberikan dari lingkungannya, terutama dari orang tua atau pendidik. Seseorang telah menceritakan tentang   pengalamanny denga seoran guru,   yang bernama Muhayaidden, bahwa ia telah meminta nasehat bagaimana mendidik anaknya agar menjadi anak yang baik dan beraklak mulia. Sang guru tidak memberikan jawaban yang panjang dan berteori, tetapi hanya dengan “perbaiki saja  diri  kamu  dulu,  nanti  dengan  sendirinya  anak  kamu akan menjadi baik “.Thomas Lickona mengatakan bahwa values are caught, nilai-nilai yang ditangkap anak adalah melalui contoh dari guru dan orang tuanya. Nilai-nilai adalah yang diterangkan langsung oleh gurunya.
Menjadi pendidik PAUD tidak cukup hanya berbekal kurikulum atau Acuan Pembelajaran Menu Generik, tetapi juga menyangkut bagaimana guru sebagai pendidik menjadi idola bagi muridnya. Bagaiman ciri-ciri guru yang menjadi idola murid-muridnya, antara lain sebagai berikut:
(a) anabersemangat  kesekolah,  anak-anak  tidak  sabar bersekolah dan hari-hari libur menjadi hari yang membosankan
(b) anak   akan  mengatakan   sayang  atau   suka   kepada gurunya kalau ditanyakan apakah mereka menyayangi gurunya,
(c)  anak selalu merindukan gurunya dan
(d) anak akan mengerjakan tugas yang diberikan, karena tidak ingin mengecewakan gurunya.
Pengalaman seorang guru bernama Bill Rose, seperti diungkapkan diatas adalah salah satu bukti bagaimana seorang guru   yang berusaha menumbuhkan rasa percaya diri murid-muridnya dengan penuh perhatian dan kasih sayang (etika kepribadian) sehingga membuat murid- muridnya mau bekerja keras untuk menyenangi gurunya.
Inti dari pesan dalam sub bab ini adalah bagaimana ampuhnya sosok panutan orangtua atau guru dalam mempengaruhi perilaku anak. Apabila kita ingin menjadikan diri  sebagai  tokoh  panutan,  maka  diri  kita  sendiri  harus diperbaiki dulu
logoblog

Thanks for reading Membangun Citra Diri Positif Anak

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment

Contoh Soal PLH Kelas VIII

SOAL PLH KELAS VIII PENGHIJAUAN LINGKUNGAN Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar, dengan memberikan tanda silang (X) pad...

close