Mengatasi
Kerusakan Hasil Pertanian / Pangan
Mengatasi kerusakan pangan. Cara yang paling penting
untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba adalah dengan cara pemanasan,
pendinginan, pengeringan, penambahan asam, gula dan garam, pengsapan,
penambahan bahan kimia, dan iradiasi.
Sebagian dari cara tersebut juga dapat menyebabkan kerusakan pangan,
karena itu dalam penerapannya perlu diperhatikan adanya keseimbangan. Sebagai contoh, penerapan cara pemanasan
hanya digunakan untuk mematikan mikroba, tanpa merusak bahan pangannya.
a.
Pemanasan
Pemanasan membunuh
mikroba dan menginaktifkan enzim. Pemanasan yang digunakan dalam pengawetan
pangan tergantung dari jenis produk yang akan diawetkan. Pasteurisasi hanya membunuh bakteri patogen
dan organisme yang kurang tahan terhadap pemanasan seperti khamir. Pemanasan pada suhu di bawah 1000 C belum dapat mematikan jenis bakteri yang
tahan panas.
b.
Pendinginan dan Pembekuan
Suhu rendah dapat
:
1.
Memperlambat aktivitas mikroba
2.
Menghambat aktifitas enzim
3.
Menghambat reaksi kimia
Makin rendah suhu yang digunakan, kecepatan reaksi kimia
dan pertumbuhan mikroba makain lambat.
Menjadi lambatnya pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih rendah,
menjadi dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan pangan.
c.
Pengeringan
Dengan
mengeringkan, kadar air bahan menurun. Bakteri tidak dapat tumbuh pada kadar
air yang rendah. Pengeringan mengakibatkan mikroba menjadi inaktif.
Pengeringan dapat
mencegah pembusukan pangan, karena untuk dapat tumbuh dan berkembang biak
mikroba membutuhklan air dalam jumlah yang cukup. Penurunan kadar air harus dilakukan sehingga
mencapai aktivitas air aman, karena pertumbuhan mikroba ditentukan terutama
oleh aktivitas air dan bukan oleh kadar air bahan.
d.
Pemberian Asam
Asam pada
konsentrasi yang cukup dapat menyebabkan kerusakan protein, yang disebut
denaturasi. Oleh karena sel mikroba terbentuk
dari protein maka pemberian asam pada bahan pangan dapat menghambat
pertumbuhannya.
Asam dapat
dihasilkan dari bahan pangan dengan cara menambahkan kultur pembentuk asam atau
dengan menambahkan asam secara langsung ke dalam makanan. Contohnya : penggunaan venegar (cuka) dalam
pembuatan acar, penambahan asam sitrat dan asam fosfat kedalam minuman. Dalam
pembuatan yoghurt, bakteri mempermentasi laktosa (gula susu) dan menghasilkan
asam laktat. Asam laktat akan mernurunkan
pH dan memperlambat pertumbuhan mikroba perusak.
e. Pemberian Gula dan Garam
Pengwetan pangan
dengan pemberian gula dan garam sudah umum dilakukan, misalnya pada pengawetan
buah-buahan dalam sirup dalam bentuk manisan, pembuatan dodol, pembuatan ikan
asin, dll
f.
Irradiasi
Irradiasi
merupakan konsep terbaru dalam pengawetan pangan. Pada irradiasi digunakan sinar gamma atau
elektron dengan kecepatan tinggi untuk memusnahkan mikroba. Dosis irradiasi yang rendah akan menghambat
pertunasan kentang, menunda pematangan buah, mematikan serangga dan cacing pita
dalam daging babi. Pada dosis tinggi dapat merusak mikroba pembusuk.
g.
Penggunaan Bahan-bahan Kimia
Bahan pengawet
alami maupun senyawa-senyawa kimia ditambahkan dalam makanan dengan tujuan
menghambat kerusakan pangan. Pengawet alami
antara lain garam, gula, cuka, rempah-rempah, dan asap yang berasal dari
pembakaran kayu. Pengawet buatan
misalnya SO2, asam sitrat, selian itu digunakan pula anti oksidan
dan penghambat kapang.
h.
Pengasapan
Asap mengandung
bahan pengawet kimia misalnya formaldehid dan senyawa-sewnyawa lainnya hasil
pembakaran kayu. Senyawa-senyawa
tersebut dapat menghambat aktivitas mikroba.
i. Pembuangan Udara
Membuang udara
dari kemasan yang berisi bahan pangan, merupakan salah satu cara pengawetan,
karena mikroba pembusuk yang aerobik membutuhkan udara, khususnya oksigen untuk
hidupnya.
No comments:
Post a Comment