FUNGSI DAN PERAN EMOSI PADA PERKEMBANGAN
ANAK USIA DINI
A. Perkembangan Emosi
Anak
Sejak
usia dini bahkan sejak lahir, anak – anak akan berkembang dalam banyak cara.
Antara lain dalam bidang fisik, kognitif, sosial dan emosional. Untuk aspek
emosional, reaksi anak terhadap berbagai perasaan berbeda yang mereka alami
setiap hari kelak akan membawa pengaruh yang besar terhadap cara mereka mengambil
keputusan, tingkah laku mereka, bagaimana cara mereka menghadapi hidup serta
menikmati kehidupan sebagai seorang yang dewasa kelak dan selama perkembangan
usianya.
Perkembangan
emosional anak termasuk mengenali apa perasaan dan emosi yang mereka alami,
mengerti bagaimana dan mengapa hal itu terjadi, mengenali perasaan sendiri dan
orang lain, dan mengembangkan cara yang efektif dalam mengelolanya. Seiring
dengan pertumbuhan anak, perkembangan emosionalnya juga akan menjadi semakin
kompleks tergantung dengan pengalaman yang didapatkannya. Karena itulah,
mengembangkan kemampuan untuk mengelola emosi akan menjadi hal yang sangat
penting untuk kesehatan mental anak
B. Tahapan Perkembangan
Emoasi Anak Usia Dini
Ada enam tahapan perkembangan emosi yang harus dilalui seorang anak.
Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar
perkembangan kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan
konsep dirinya di kemudian hari. Tahapan tersebut saling berkesinambungan,
tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan tahapan selanjutnya. Anak-anak yang
diasuh dengan kehangatan dan tidak mengalami gangguan perkembangan biasanya
akan mencapai tahapan terakhir secara otomatis pada usia 4-5 tahun, namun
anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari orang tua dan
profesional untuk bisa mencapainya dengan lebih perlahan. Kapan / pada usia
berapa tercapainya bukan merupakan hal yang penting bila dibandingkan bagaimana
pencapaiannya.
Berdasarkan observasi cermat berkelanjutan, bisa diperkirakan pada taraf
perkembangan emosi yang mana seorang anak berada. Kemampuan mana yang sudah
dikuasainya dengan baik, mana yang membutuhkan penguatan dan mana yang sama
sekali belum berkembang. Pengamatan dilakukan saat bermain, berinteraksi dan melakukan
aktifitas sehari-hari. Pengamatan dimasukkan dalam daftar ‘rating scale
disertai umur pencapaiannya (untuk skor A). N-never (kemampuan tersebut tidak
pernah tampak), S-sometimes (kemampuan tersebut kadang-kadang tampak), A-always
(kemampuan tersebut selalu tampak) dan L-loses (kemampuan tersebut hilang saat
stress: lapar, marah, lelah,dll). Enam tahapan perkembangan emosi anak
adalah :
a. Regulasi
Diri Dan Minat Terhadap Lingkungan
Kemampuan anak untuk
mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak masih belum
mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang
yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak
nyaman. Dengan demikian ia tidak bisa memperhatikan lingkungan secara lebih
bermakna. Kemampuan yang dimiliki:
1. Menunjukkan minat terhadap berbagai rangsang dalam lingkungan sedikitnya
selama 3 detik
2. Bisa
tenang dan terfokus pada sesuatu sedikitnya 2 menit
3. Pulih
dari kondisi tidak menyenangkan dalam 20 menit dengan bantuan
4. Menunjukkan minat terhadap pengasuh, tidak hanya terhadap benda
b. Keakraban-Keintiman
Kemampuan anak untuk
terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta.
Pengasuh merupakan hal terpenting dalam dunianya. Kemampuan yang dimiliki:
1. Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh (dengan senyum, kerenyit,
vokalisasi, meraih dan tingkah laku bertujuan yang lain)
2. Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa senang yang nyata
3. Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa ingin tahu dan
minat asertif (misalnya dengan mengamati wajah)
4. Bisa mengantisipasi bahwa benda yang ada jadi hilang dari pandangannya
(misalnya dengan tersenyum atau berceloteh untuk menunjukkan minat)
5. Menunjukkan rasa tidak suka bila didiamkan/tidak direspon selama sedikitnya
30 detik saat bermain
6. Memprotes dan mulai marah saat frustrasi
7. Pulih
dari kondisi tidak menyenangkan dalam 15 menit dengan bantuan
c. komunikasi
dua arah
Kemampuan
anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi
(aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa
mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat
(berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak
terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul
keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif
Kemampuan yang dimiliki:
1. Menunjukkan respon terhadap gestures pengasuh dengan gestures bertujuan
(misalnya meraih ingin digendong bila tangan kita terentang, menatap atau
berceloteh bila diajak bicara)
2. Memulai interaksi dengan pengasuh (misalnya memegang hidung/rambut anda,
mengulurkan tangan ingin digendong)
3. Menunjukkan emosi akrab/kedekatan (balas memeluk, meraih ingin digendong
bila tangan terentang), kegembiraan dan kegairahan (tersenyum senang saat
mengambil mainan dari mulut anda dan memasukkannya ke mulutnya sendiri), rasa
ingin tahu yang asertif (menyentuh dan mengelus rambut anda), protes dan marah
(mendorong makanan di atas meja sampai jatuh, menjerit bila mainan yang
diinginkan tidak diberikan) , takut (membalik/menjauh, tampak ketakutan,
menangis bila orang tak dikenal mendekatinya terlalu tiba-tiba)
4. Pulih
dari rasa tidak senang dalam 10 menit dengan terlibat dalam interaksi social
d. Komunikasi
Kompleks
Kemampuan
anak untuk menciptakan komunikasi kompleks (sekitar 10 siklus), mengekspresikan
keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai
menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya mengikuti perintah atau
petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar
terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan
tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya
disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai berkembang
kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan memecahkan
masalah berdasarkan keurutan logis.
Kemampuan yang dimiliki:
1. Menutup sedikitnya 10 siklus komunikasi secara berkelanjutan (misalnya
memegang tangan anda. menuntun ke lemari es, menunjuk, berceloteh, berespon
terhadap pertanyaan anda dengan celoteh dan gestures, meneruskan pertukaran
gestural sampai anda membuka pintu lemari es dan mengambil apa yang
diinginkannya)
2. Menirukan tingkah laku pengasuh dengan bertujuan (misalnya memakai topi
ayah dan berjalan berkeliling menunggu pujian)
3. Menutup sedikitnya 10 siklus dengan vokalisasi atau kata, ekspresi wajah,
saling menyentuh/memeluk, bergerak dalam ruang, aktifitas motorik (kejarkejaran)
dan komunikasi dengan jarak yang jauh (di ruangan yang luas ada jarak antara
dirinya dan pengasuh)
4. Menutup sedikitnya 3 siklus berkelanjutan saat merasakan emosi:
Keakraban/kedekatan
(menunjukkan ekspresi wajah, gestures dan vokalisasi saat mendekat ingin
dipeluk, dicium, atau menirukan bicara di telpon mainannya saat anda menerima
telpon sungguhan).
Kegembiraan dan
kegairahan (menunjukkan vokalisasi dan tatapan untuk mengundang seseorang
berbagi kegairahan mengenai sesuatu yang menarik, berbagi guyonan dengan anak
lain atau orang dewasa dengan tertawa bersama).
Rasa ingin tahu yang
asertif (bereksplorasi sendiri, menggunakan kemampuan komunikasi jarak jauh
untuk merasakan kedekatan dengan anda saat ia bermain atau bereksplorasi
sendirian),takut (menyatakan minta dilindungi dengan berkata ‘nggak’ sambil
lari ke belakang anda),marah (memukul, berteriak, membanting atau tiduran di
lantai, atau memandang dengan tatapan marah dan dingin),pembatasan (mengerti
dan berespon positif terhadap ‘tidak, berhenti!’ atau peringatan dengan jari
atau ekspresi marah
1. Pulih dari rasa tidak senang dengan meniru tingkah laku (membantingbanting
kaki ke lantai atau membalas teriak bila dibentak)
e. Ide Emosional
Kemampuan anak untuk
menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi.
Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-pura yang
memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan
harapan. Kemudian
ia mulai memberi nama pada benda-benda sekeliling yang berarti, disini ia mulai
mengerti penggunaan simbol benda konkrit. Kemudian simbol menjadi semakin
meluas pada aktifitas. dan emosi dan ia belajar kemampuan memanipulasi ide
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Kemampuan yang dimiliki:
1. Bermain pura-pura dengan sedikitnya 2 ide yang bisa saja belum terkait
(mobil tabrakan, memuat batu di mobil itu, memeluk boneka kemudian pura-pura
minum teh)
2. Menggunakan kata-kata, gambar, gestures untuk mengungkapkan sedikitnya 2
ide sekaligus, tidlak harus berhubungan (’nggak bobok, main’)
3. Mengkomunikasikan keinginan, intensi dan perasaannya dengan katakata,
beberapa gestures sekaligus, sentuhan (pelukan)
4. Bermain
permainan motorik dengan aturan yang sederhana (bergiliran melempar bola)
5. Menggunakan
bermain pura-pura untuk mengkomunikasikan emosi yang tidak boleh
dimakannya).berikut dalam sedikitnya 2 ide: keakraban/kedekatan (boneka
berkata,”peluk aku”, dijawabnya “aku cium kamu”), kegembiraan dan kegairahan
(mengucapkan kata-kata lucu dan tertawa),rasa ingin tahu yang asertif
(pura-pura menerbangkan pesawat berkeliling ruangan dan mengatakan akan terbang
ke bulan), takut (boneka takut suara bising dan memanggil ibunya).
1. Pulih dari rasa tidak senang dengan main pura-pura
(pura-pura makan kue
2. pembatasan (boneka mengikuti aturan minum teh)
f. Berpikir
Emosional
Kemampuan
anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara
logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam
bermain, memprediksi perasaan dan akiba’ dari suatu aktifitas, mengenal konsep
ruang, waktu serta bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki
pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap
belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.
Kemampuan yang dimiliki:
1. Bermain pura-pura dengan mengkaitkan sedikitnya 2 ide secara logis, walau
kadang-kadang ide itu sendiri tidak realistik (misalnya dengan mobil berkunjung ke bulan, dengan cara terbang cepat sekali)
kadang-kadang ide itu sendiri tidak realistik (misalnya dengan mobil berkunjung ke bulan, dengan cara terbang cepat sekali)
2. Mengembangkan ide bermain pura-pura orang dewasa (misalnya anak memasak
sup, ditanya apa yang dimasak, dijawabnya “batu-batu dan ranting-ranting”)
3. Berbicara dengan ide-ide yang saling terkait secara logis dan realistik
(”nggak mau tidur, mau nonton tv”)
4. Menutup sedikitnya 2 siklus konunikasi verbal (”mau pergi ke luar” ditanya
kenapa, dijawabnya “mau main”)
5. Berkomunikasi secara logis, mengaitkan sedikitnya 2 ide mengenai intensi,
keinginan, kebutuhan, perasaan dengan kata-kata, beberapa gestures (pura-pura
jadi anjing yang marah) dan sentuhan (sering memeluk sebagai bagian dari drama
ketika anak menjadi ayah)
6. Bermain motorik dan spasial dengan aturan (bergantian meluncur)
7. Menggunakan permainan pura-pura atau kata-kata untuk mengkomunikasikan
sedikitnya 2 ide yang terkait secara logis mengenai emosi : kedekatan (boneka
terluka, ibu mengobati), kegembiraan dan kegairahan (mengatakan istilah ‘kamar
mandi’ lalu
tertawa), rasa ingin tahu yang asertif ( tentara yang baikditugaskan mencari
putri yang hilang), takut (monster menakut-nakuti anak kecil), marah (tentara yang baik melawan yang jahat), pembatasan (tentara hanya boleh memukul orang jahat karena peraturan)
tertawa), rasa ingin tahu yang asertif ( tentara yang baikditugaskan mencari
putri yang hilang), takut (monster menakut-nakuti anak kecil), marah (tentara yang baik melawan yang jahat), pembatasan (tentara hanya boleh memukul orang jahat karena peraturan)
C. Pedoman Umum Untuk
Merangsang Perkembangan Emosi Anak
1. Tenangkan anak, terutama saat ia marah atau tidak senang, dengan memeluk
hangat, lembut tetapi erat, intonasi yang ritmis dan kontak mata yang hangat.
Jangan tegang atau kuatir karena hal tersebut akan dirasakan oiehnya dan
semakin membuatnya tidak tenang.
2. Cari
cara interaksi yang bisa memancing keterlibatan; ekspresi wajah, bunyi,
sentuhan, dll.Perhatikan profil sensoriknya.
3. Cari
berbagai pendekatan, eksplorasilah bersama-sama sampai menemukan cara mana yang
paling disukainya.
4. ‘Bacalah’
dan berespon terhadap sinyal emosi anak, ada saat ia membutuhkan kedekatan
namun ada juga saat ia ingin menjadi lebih asertif dan mandiri. Ikuti apa yang diinginkannya, jangan memaksakan ‘agenda’ kita.
5. Tunjukkan kegembiraan, antusiasme dan gairah dalam berinteraksi
6. Doronglah anak untuk melangkah ke tahap perkembangan berikutnya;
mengambil inisiatif, memecahkan masalah, bermain pura-pura, membahasakan emosi,menghadapinya menghadapi realitas dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (konsekuen)t
mengambil inisiatif, memecahkan masalah, bermain pura-pura, membahasakan emosi,menghadapinya menghadapi realitas dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (konsekuen)t
7. Jangan terlalu/kurang menstimulasi dan memancing interaksi
8. Jangan
terlalu mengontrolnya, ikuti pola dan keinginan anak
9. Jangan
terlalu konkrit dalam bermain padahal ia sudah beralih ke tahap yang lebih
abstrak, ikuti pola berpikir dan imajinasinya.
10. Jangan
menghindari area emosi yang tidak disukainya, supaya anak belajar juga
11. Jangan
mundur bila anak bereaksi emosi keras, tetaplah pada tujuan (konsisten) tetapi
tenangkan dia
D. Fungsi Emosi Untuk Anak Usia Dini
Emosi diperlukan anak dalam kehidupan sehari-hari,
bahkan emosi semacam marah dan takut sekalipun. Saat anak mendapatkan kesempatan
untuk mengekspresikan emosi, anak mendapatkan pengalaman dan bisa merasakan
kesenangan dalam kehidupan sehari-hari. Emosi juga mempersiapkan tubuh anak
untuk melakukan suatu aktivitas.
Semakin intens emosi yang terjadi, maka terjadi
ketidakseimbangan dalam tubuh sehingga hal ini dapat mendorong tubuh untuk
mempersiapkan tindakan tertentu. Jika persiapan tersebut tidak dibutuhkan, maka
akan membuat anak gugup ataupun cemas. Emosi memberikan kekuatan tanda pada
social tentang perasaan seseorang.
Anak memberikan tanda ini melalui berbagai ekspresi
wajah yang dapat mengkomunikasikan perasaan mereka. Dengan demikian hal itu
dapat membantu anak beradaptasi dengan lingkungan, menyebabkan terjadinya
physiological arousal, dan memotivasi terjadinya perilaku.
a. Emosi sebagai Bentuk Komunikasi
Emosi merupakan bentuk dari komunikasi, dimana anak
mengekspresikan emosi dengan menunjukkan perubahan pada ekspresi wajah dan
perubahan tubuhnya. Anak juga mengkomunikasikan perasaannya pada orang lain dan
berusaha menginterpretasi perasaan orang lain terhadap dirinya. Emosi dapat
mewarnai kehidupan anak. Cara anak memandang perannya dan posisinya di
lingkungan sosial dalam kehidupan sehari-hari, dipengaruhi oleh kondisi emosi
mereka, apakah senang, ingin tahu, malu, takut, agresif, dan sebagainya.
b. Karakteristik Perkembangan Emosi Anak
Berikut ini adalah karakteristik emosi pada anak usia
dini:
1. Emosi anak berlangsung singkat
2. Emosi anak bersifat intense
3. Emosi anak bersifat temporer
4. Emosi anak muncul cukup sering
5. Respon emosi anak bermacam-macam
6. Emosi anak dapat dideteksi dengan melihat gejala
perilakunya
7. Kekuatan emosi anak dapat berubah
8. Ekspresi emosi anak dapat berubah
Menurut Piaget, anak yang berada pada tahap
perkembangan kognitif pra operasional (2-7 tahun) ditandai dengan egosentrisme
yang kuat, gagasan imajinatif, bertindak berdasarkan pemikiran intuitif atau
tidak berdasarkan pemikiran yang rasional. Kroh menyatakan bahwa emosi anak
usia 4-5 tahun berada pada masa kegoncangan atau biasa disebut sebagai trotz
period.
Pada masa ini muncul gejala ‘kenakalan’ yang umum
terjadi pada anak, dimana anak menunjukkan sikap menentang pada kehendak orang
tua, kadang menggunakan kata-kata kasar, dengan sengaja melanggar hal yang
dilarang dan sebagainya. Pada usia ini, anak juga tekadang mengalami temper
tantrum yaitu letupan kemarahan atau mengamuk.
Bentuk perilaku misalnya dengan menangis, menjerit,
melempar barang, membuat tubuhnya kaku, memukul, berguling atau tidak mau
beranjak ke tempat lain. Temper berarti suatu gaya, sikap atau perilaku yang
menunjukkan kemarahan. Tantrum adalah suatu ledakan emosi yang kuat, disertai
rasa marah, serangan yang bersifat agresif, menangis, menjerit, melempar,
berguling atau menghentakan kaki.
No comments:
Post a Comment