ANAK TUNAGRAHITA
1.
Pengertian
Anak Tunagrahita
Banyak
istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak yang terhambat perkembangan
kecerdasannya, seperti : terbelakang mental, lemah ingatan, cacat mental dan
lain-lain. Salah satu definisi yang diterima secara luas dan menjadi rujukan
utama ialah definisi yang dikembangkan oleh American
Association on Mental Deficiancy (AAMD), di adaptasi oleh Amin (1995 : 51)
menyatakan bahwa : “seorang anak dinyatakan tunagrahita jika memiliki IQ 70 ke
bawah, di tambah dengan terhambatnya kemampuan penyesuaian tingkah laku dan
yang terjadi pada masa perkembangan.
Ketunagrahitaan
bisa disebabkan karena faktor genetik, infeksi virus, kurang asupan gizi atau
pengaruh jeis obat dalam dosis tertentu
yang mengakibatkan kelainan pada syaraf-syaraf kecerdasan otak.
2.
Klasifikasi
Anak Tunagrahita
Pengkasifikasian
anak tunagrahita diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau layanan
pendidikan.
Dalam
pengkasifikasian ini terdapat beberapa
cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang mengembangkannya
yaitu menurut Nurrahim, yang dikutif oleh Zulkipli (1987 : 18 ) adalah :
a. The
Midly Retarded
Memiliki intelegensi antara 55-69
berdasarkan skala Weschler atau 52 – 68 menurut Skla Stanford Binet. Dengan
memberikan perhatian, bimbingan dan penanganan yang sesuai dengan kemampuan
anak dan mereka masih dapat diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
b. The
Moderate Retarded
Memiliki integensi antara 40 – 54
berdasarkan skala Wescher atau 36 – 51 menurut skala Stanfond Binet. Anak yang
masuk kelompok ini ditekankan pada pelajaran mengurus diri sendiri dalam
kegiatan sehari-hari dan keterampilan sederhana, mengadakan sosialisasi
sebanyak mungkin.
c. The
Several Retarded
Memiliki integensi antara 25 – 31
berdasarkan skala Wescher atau 20 – 35 menurut skala Stanfond Binet. Kelompok
anak ini sangat terbatas dalam segala hal dan memerlukan perawatan latihan
berpakaian, mengurus diri sendiri, memerlukan latihan terus menerus.
d. The
Dero faoundly Retarded
Memiliki integensi di bawah 25
berdasarkan skala Wescher atau 20 menurut skala Stanfond Binet. Kelompok anak
ini memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang tetap, mereka tidak dapat
diharapkan untuk dapat bekerja karena kehidupannya tergantung pada pemeliharaan
keluarga atau perawatan yang terus menerus.
Berdasarkan
ungkapan di atas bahwa anak tunagrahita dengan segala kekurangan harus dibekali
berbagai kemampuan sebagai bekal kelak dikemudian hari, ketika anak terjun di
masyarakat, tidak menjadi beban bagi keluarga dan mampu hidup mandiri.
3.
Karakteristik
Anak Tunagrahita
Anak
tunagrahita atau terbelakang mental dengan keterbatasan kemampuan dalam
beradaptasi dengan lingkungan maka anak tunagrahita memiliki karakteristik atau
ciri khusus yang berbeda dengan anak normal lainnya, dengan karakteristik ini
dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
Karakteristik
anak tunagrahita menurut Depdikbud, (1994 : 54 – 58) adalah sebagai berikut :
a. Anak
tunagrahita ringan
1) IQ
nya anatara 50 – 70 tingkatan intelegensi seperti ini sama dengan anak normal 7
– 12 tahun, paling tinggi dapat
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar kelas IV atau V.
2) Keadaan
fisiknya tidak jauh berbeda dengan anak normal, gerakannya tidak lincah, bicara
sukar dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b. Anak
tunagrahita sedang
1) IQ
nya anatara 25 – 50 tingkatan ini sama dengan anak normal berumur 3 – 7 tahun, dan paling tinggi dapat menyelesaikan pendidikan sekolah dasar
kelas I atau II.
2) Keadaan
fisiknya sangat jauh berbeda dengan anak normal, gerakannya lambat, bicaranya
terganggu, serta kurang mampu mengadakan korrdinasi gerak-gerak otot tubuh.
c. Anak
tunagrahita berat
1) IQ
nya kurang dari 25, tingkatannya sama
dengan anak normal 1 – 3 tahun, perkembangan jasmani dan rohani sedikit, tidak
bisa memahami sesuatu dan hidupnya tergantung pada orang lain.
2) Biasanya
untuk memuaskan instingnya suka menggerak-gerakan sesuatu.
Dengan mengetahui
karakteristik tersebut di atas, diharapkan masyarakat dan pendidik dapat
memahami keadaan dan kebutuhan anak tunagrahita sehingga dapat memberikan
pelayanan dan pendidikan yang maksimal guna meningkatkan potensi anak
tunagrahita secara optimal.
No comments:
Post a Comment