MODERNISASI DAN HUBUNGAN-HUBUNGAN SOSIAL
A.
Pengertian Modernisasi dan Hubungan sosial
1) Modernisasi
Istilah modern berasal dari kata “modo” yang artinya “yang
kini” (just now). Dengan demikian masyarakat dinyatakan modern apabila para
warganya hidup dengan sistem nilai, cara berfikir, berperasaan dan bertindak,
teknologi serta organisasi sosial yang baru, yang sesuai dengan konstelasi
zaman sekarang.
Modernisasi adalah proses prubahan masyarakat beserta dengan
kebudayaan nya dari hal-hal yang bersifat tradisional menuju modern.globalisasi
pada hakikatnya merupakan suatu kondisi meluasnya budaya yang seragam bagi
seluruh masyarakat di dunia apabila proses globaliasi muncul sebagai akibat
adanya arus informasi dan komunikasi yang sering online setiap saat dan dapat
di jangkau dengan biaya yang relatif murah sebagai akibatnya adalah masyarakat
dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi
satu sistem pergaulan dan satu sistem budaya yang sama.
Asumsi modernisasi yang disampaikan oleh Schoorl melihat
modernisasi sebagai suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam
segala aspek-aspeknya. Dibidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks
industri dengan pertumbuhan ekonomi sebagai akses utama. Berhubung dengan
perkembangan ekonomi, sebagian penduduk tempat tinggalnya tergeser ke
lingkungan kota-kota. Masyarakat modern telah tumbuh tipe kepribadian tertentu
yang dominan. Tipe kepribadian seperti itu menyebabkan orang dapat hidup di
dalam dan memelihara masyarakat modern.
Sedangkan Dube berpendapat bahwa terdapat tiga asumsi dasar
konsep modernisasi yaitu ketiadaan semangat pembangunan harus dilakukan melalui
pemecahan masalah kemanusiaan dan pemenuhan standart kehidupan yang layak,
modernisasi membutuhkan usaha keras dari individu dan kerjasama dalam kelompok,
kemampuan kerjasama dalam kelompok sangat dibutuhkan untuk menjalankan organisasi
modern yang sangat kompleks dan organisasi kompleks membutuhkan perubahan
kepribadian (sikap mental) serta perubahan pada struktur sosial dan tata nilai.
Tujuan akhir dari modernisasi menurut Schoorl dan Dube adalah terwujudnya
masyarakat modern yang dicirikan oleh kompleksitas organisasi serta perubahan
fungsi dan struktur masyarakat.
Modernisasi adalah rasionalisasi dalam pertumbuhan ekonomi
secara makro. Secara teoritik modernisasi merupakan sebuah teori yang di
dalamnya terdapat beberapa aliran. Ada lima varian teori Modernisasi
sebagaimana dikemukakan oleh Arief Budiman (1995:37-38) yaitu (1) teori
Harrod-Domar, yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah
penyediaan modal untuk investasi dan teori ini banyak dikembangkan oleh para ekonom,
(2) teori McClelland yang menekankan pada aspek-aspek psikologi individu yaitu
melalui pendidikan individual kepada anak-anak di lingkungan keluarga,
Pembangunan akan terlaksana apabila terdapat jumlah wiraswasta yang banyak. (3)
teori Weber yang menekankan pada nilai-nilai budaya. Nilai-nilai dalam
masyarakat antara lain melalui agama mempunyai peran yang menentukan dalam
mempengaruhi tingkah laku individu, (4) Teori Rostow, yang menekankan pada
adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan, dan
(5) teori Inkeles dan Smith yang menekankan lingkungan material, dalam hal ini
lingkungan pekerjaan, sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia
modern yang dapat membangun
2)
Hubungan Sosial
Kingsley Davis memberikan pengertian bahwa hubungan sosial
meruapakan perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi
masyarakat, sedangkan Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan sosial
merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap, pola perilaku
di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Yang harus dipahami adalah bahwa suatu hal baru yang
sekarang ini bersifat radikal, mungkin saja beberapa tahun mendatang akan
menjadi konvensional, dan beberapa tahun lagi akan menjadi tradisional. Bahwa
perubahan sosial dapat dipastikan terjadi dalam masyarakat, karena adanya
ciri-ciri sebagai berikut.
·
Tidak ada masyarakat
yang berhenti berkembang, setiap masyarakat pasti berubah, hanya ada yang cepat
dan ada yang lambat
·
Perubahan yang
terjadi pada lembaga sosial tertentu akan diikuti perubahan pada lembaga lain
·
Perubahan sosial
yang cepat akan mengakibatkan disorganisasi sosial
·
Disorganisasi sosial
akan diikuti oleh reorganisasi melalui berbagai adaptasi dan akomodasi
·
Perubahan tidak
dapat dibatasi hanya pada bidang kebendaan atau spiritual saja, keduanya akan
kait-mengkait
Di samping dikenal adanya faktor penyebab perubahan, berikut
diidentifikasi tentang faktor-faktor pendorong dan penghambat perubahan.
Faktor pendorong perubahan: (1) Kontak/komunikasi dengan
kelompok/kebudayaan lain, (2) Pendidikan yang maju, (3) Need for Achievement
(n-Ach), (4) Sikap menghargai orang lain dan kebudayaannya, (4) Toleransi, (5)
Struktur sosial (stratifikasi) terbuka, (6) Penduduk yang heterogen, (7)
Ketidakpuasan terhadap keadaan, (8) Orientasi ke masa depan
Faktor penghambat perubahan, (1) kurangnya hubungan dengan
masyarakat lain, (2) Perkembangan IPTEK yang terhambat, (3) Sikap masyarakat
yang tradisional, (4) Vested interested, (5) Ketakutan akan terjadi kegoyahan
dalam sistem sosial apabila terjadi perubahan, (6) Prasangka terhadap hal baru.
(7) Hambatan ideologis (nilai sosial), (8) Hambatan adat dan tradisi.
B.
Jenis-jenis hubungan-hubungan sosial tradisional
·
Kekerabatan dalam
hubungan kerja
Pertanian sederhana merupakan hal yang
paling utama di Negara berkembang. Disamping itu, bidang industri hanya
bersifat melengkapi pertanian, tetapi masih terikat pada kekerabatan dan desa.
Pada masyarakat tertentu, kedudukan pekerjaan ditentukan oleh suatu kelompok
yang luas, misalnya system kasta.
·
Hubungan
kekeluargaan
Hubungan antara anggota yang satu dan
lainnya tentu sangatlah erat. Keluarga merupakan satu unit produksi dan pusat
dari kesenangan-kesenangan emosionil dan sosialisasi.
·
Kehidupan komuniti dan perkumpulan-perkumpulan
Hubungan komuniti ataupun
perkumpulan-perkumpulan sangat erta terjalin oleh pembawaan kelompok-kelompok
sosial, seperti kekerabatan, klan, hubungan-hubungan suku dan kasta.
·
Komunikasi dalam
interaksi yang tradisional
Dalam masyarakat yang berada pada
proses modernisasi biasanya melakukan komunikasi secara tradisional. Cirinya
adalah tidak menggunakan teknologi atau bersifat tradisional. Pertemuan secara
langsung acapkali dilakukan dalam melakukan komunikasi.
B.
Jenis
hubungan-hubungan sosial modern
·
Spesialisasi
pekerjaan
Anggota keluarga tidak lagi bekerja
untuk keluarganya karena dianggap menjadi penghalang dalam proses produksi
(mis. Tidak memiliki disiplin waktu tetapi bekerja hanya sesuai keinginan
sendiri). Sehingga diterapkanlah sistem upah/gaji dimana orang-seoranglah yang
dipekerjakan dengan spesialisasi bidang kerjanya.
·
Perubahan hubungan
kekeluargaan
Pemisahan kegiatan-kegiatan ekonomi
dari lingkungan keluarga mengakibatkan suatu keluarga kehilangan beberapa
fungsi dan memperoleh suatu peranan yang khusus. Keluarga tidak lagi menjadi
satu unit produksi. Implikasi sosialnya adalah terjadinya proses individuasi
dan isolasi keluarga batih (nuclear family). Sehingga anggota-anggota
keluarga yang satu turunan mulai pecah, keluarga-keluarga yang baru menikah
untuk membentuk rumah tangga sendiri dan meninggalkan para orang tua.
Akibatnya, para orang tua akan mendapatkan pengawasan dari komuniti atau negara
sebagai “titipan” ke dalam lembaga-lembaga sosial, seperti lembaga pensiun,
jaminan sosial, dan panti jompo.
·
Perubahan dalam
hubungan komuniti dan perkumpulan-perkumpulan
Awalnya hubungan kelompok dan
perkumpulan didasarkan pada pembawaan kelompok sosial, yaitu kekerabatan, dan
lainnya, digantikan oleh sebuah perkumpulan berdasarkan fungsi, kesenangan,
ataupun jenis pekerjaan tertentu. Contohya perserikatan perburuhan, perkumpulan
sepak bola, dan lainnya. Namun, tidak dapat disembunyikan dari kenyataan bahwa
pada mulanya suatu perkumpulan terdiri dari fungsi yang beragam.
·
Perubahan dalam
komunikasi
Komunikasi yang bersifat tradisional
tidaklah tergantung pada kemajuan teknologi. Dengan pembawaan sosial seperti
kekerabatan dan intensitas pertemuan secara langsng (face to face) satu
sama lainnya sering terjadi akan menjalin hubungan semakin erat. Akan tetapi
dengan perkembangan teknologi, pertemuan face to face semakin jarang
dilakukan karena sudah banyak wadah komunikasi terutama melalui dunia seperti
jejaring sosial. Jejaring sosial yang sedang menjamur adalah friendster,
twitter, mailinglist, facebook, dan sebagainya. Jejaring sosial yang paling
populer saat ini adalah facebook.
C.
Teori
Ketergantungan Media
Teori Ketergantungan Media (Dependency
Theory) adalah teori tentang komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin
seseorang tergantung pada suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media
tersebut menjadi semakin penting untuk orang itu. Teori ini diperkenalkan oleh Sandra
Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur. Mereka memperkenalkan model yang
menunjukan hubungan integral tak terpisahkan antara pemirsa, media dan sistem
sosial yang besar.
Konsisten dengan teori-teori yang
menekankan pada pemirsa sebagai penentu media, model ini memperlihatkan bahwa
individu bergantung pada media untuk pemenuhan kebutuhan atau untuk mencapai
tujuannya, tetapi mereka tidak bergantung pada banyak media dengan porsi yang
sama besar.
Besarnya ketergantungan seseorang
pada media ditentukan dari dua hal.
ü Pertama,
individu akan condong menggunakan media yang menyediakan kebutuhannya lebih
banyak dibandingkan dengan media lain yang hanya sedikit. Sebagai contoh, bila
anda menyukai gosip, anda akan membeli tabloid gosip dibandingkan membeli koran
Kompas, dimana porsi gosip tentang artis hanya disediakan pada dua kolom di
halaman belakang, tetapi orang yang tidak menyukai gosip mungkin tidak tahu
bahwa tabloid gosip kesukaan anda, katakanlah acara Cek dan ricek, itu ada, ia
pikir cek dan ricek itu hanya acara di televisi, dan orang ini kemungkinan sama
sekali tidak peduli berita tentang artis di dua kolom halaman belakang Kompas.
ü Kedua, persentase ketergantungan juga
ditentukan oleh stabilitas sosial saat itu. Sebagai contoh, bila negara dalam
keadaan tidak stabil, anda akan lebih bergantung atau percaya pada koran untuk
mengetahui informasi jumlah korban bentrok fisik antara pihak keamanan dan
pengunjuk rasa, sedangkan bila keadaan negara stabil, ketergantungan seseorang
akan media bisa turun dan individu akan lebih bergantung pada institusi -
institusi negara atau masyarakat untuk informasi. Sebagai contoh di Malaysia
dan Singapura dimana penguasa memiliki pengaruh besar atas pendapat rakyatnya,
pemberitaan media membosankan karena segala sesuatu tidak bebas untuk digali,
dibahas, atau dibesar-besarkan, sehingga masyarakat lebih mempercayai
pemerintah sebagai sumber informasi mereka.
No comments:
Post a Comment