BAHAN PENGAWET
DAN BAHAN TAMBAHAN PADA MAKANAN
A. Bahan Pengawet.
Bahan pengawet digunakan terutama untuk menghambat
kerusakan mikrobiologis.Bahan pangan dapat mengalami kerusakan secara kimiawi, mikrobiologis
dan enzimatis.
Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang
disebabkan mikroba.
Suatu zat kimia yang ditambahkan pada bahan pangan selama
pengolahan bukan selalu suatu pengawet, misalnya waku membuat makanan dalam
kaleng udara yang terdapat dalam head space dikeluarkan dan diganti dengan
nitrogen. Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mudah
rusak. tetapi erring terjadi produsen pangan menggunakannya pada bahan yang relatif awet, dengan tujuan untuk
memperpanjang masa simpan atau
memperbaiki tekstur.
Bahan pengawet yang banyak dijual di pasaran dan
digunakan untuk mengawetkan pangan adalah :
•
benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau kalium
benzoat yang bersifat mudah larut. Benzoat sering digunakan pada makanan dan minuman seperti saribuah,
saus tomat, saus sambal, selai dan jeli, manisan ( 1 g / kg ), minuman ringan ( 600 mg / kg ), dll.
•
propionat (dalam bentuk asam, atau garam kalium atau natrium propionat),
yaitu bahan pengawet untuk roti ( 2 g / kg ), dan keju olahan 3 g / kg ).
•
Nitrit (dalam bentuk garam kalium/ natrium nitrit ) dan nitrat (dalam benuk
garam kalium / natrium nitrat ), yaitu bahan pengawet untuk daging olahan atau
yang diawetkan seperti sosis ( 125 mg nitrit / kg atau 500 mg
nitrat / kg), korned dalam kaleng
( 50 mg nitrit / kg ), atau keju ( 50 mg nitrat / kg ).
•
Sulfit (dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit atau metabisulfit),
yaitu bahan pengawet untuk potongan kentang goreng ( 50 mg / kg ), udang beku (
100 mg / kg ), dan pekatan sari nenas ( 500 mg / kg ).
Pada saat sekarang banyak ditemukan penggunaan bahan
pengawet yang dilarang digunakan dalam makanan, misalnya boraks dan formalin.
Boraks banyak digunakan dalam baso, mie basah, lontong, siomay, dll., dengan
tujuan untuk mengawetkan dan mengenyalkan. Sebenarnya boraks bersifat
antiseptik dan pembunuh mikroba, oleh karena itu banyak digunakan sebagai anti
jamur, bahan pengawet kayu, dan sebagai bahan antiseptik pada kosmetik,
sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan. Penggunaan boraks seringkali mungkin
tidak disengaja, karena tanpa diketahui terkandung di dalam bahan-bahan
tambahan seperti pijer atau bleng, yang sering digunakan dalam pembuatan baso,
mie basah, lontong dan ketupat. Formalin juga banyak disalah gunakan untuk
mengawetkan tahu dan mie basah, padahal sebenarnya formalin digunakan untuk
mengawetkan mayat dan sangat berbahaya bagi kesehatan
Bahan tambahan
pangan (BTP) merupakan bahan atau campuran yang secara alamiah bukan
merupakan bagian dari bahan pangan, tetapi terdapat dalam makanan akibat
perlakuan pada waktu produksi, pengolahan, penyimpanan, dan pengemasan.
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Ri No.
722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan,
mempunyai atau tidak empunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke
dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk
menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi
sifat khas makanan tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah banyak digunakan
secara umum oleh masyarakat, baik oleh produsen skala besar, menengah atau
pengrajin makanan jajanan maupun dalam lingkungan rumah tangga. Dalam
prakteknya masih banyak digunakan BTP
yang beracun atau membahayakan bagi kesehatan, yang sebenarnya tidak boleh
digunakan dalam makanan. Sampai saat ini banyak terjadi kasus-kasus keracunan
makanan yang disebabkan penggunaan BTP, misalnya kasus biscuit beracun. Hal ini
disebabkan ketidak tahuan produsen atau masyarakat secara umum, baik mengenai
sifat-sifat dan keamanan BTP maupun mengenai peraturan tentang BTP.
Pengaruh BTP terhadap kesehatan umumnya tidak langsung
dapat dirasakan atau dilihat, sehingga produsen atau masyarakat tidak menyadari bahaya penggunaan
BTP yang tidak sesuai dengan peraturan. Penggunaan BTP yang beracun atau yang
elebihi batas akan membahayakan kesehatan masyarakat dan berbahaya bagi pertumbuhan generasi yang akan
datang.
Penyimpangan atau pelanggaran mengenai penggunaan bahan
tambahan pangan, yang sering dilakukan produsen pangan diantaranya :
1.
Menggunakan bahan tambahan pangan yang dilarang pengunaannya untuk makanan
2.
Menggunakan bahan tambahan pangan melebihi dosis yang diizinkan
Penggunaan bahan tambahan pangan yang beracun atau bahan
tambahan pangan yang melewati batas akan membahayakan kesehatan masyarakat, dan
berbahaya bagi pertumbuhan generasi yang akan datang. Oleh karena itu produsen bahan pangan,ibu
rumah tangga maupun masdyarakat umum perlu
mengetahui sifat-sifat dan keamanan penggunaan bahan tambahan pangan, serta
mengetahui peraturan – peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah
mengenai penggunaan bahan tambahan pangan.
B. Kegunaan
Bahan Tambahan Pangan dalam Makanan
Bahan tambahan pansn adalah bahan yang tidak dikonsumsi
langsung sebagaimakanan dan tidak meruipakan bahan baku pangan , dan
penambahannya ke dalam pangan ditujukan untuk mengubah sifat-sifat makanan
seperti bentuk, tekstur, warna , rasa, kekentalan, aroma, untuk mengawetkan
atau untuk mempermudah proses pengolahan.
Pemakaian BTP dapat memberi bantuan yang besar terhadap
pengawetan pangan, misalnya senyawa ini dapat membantu mencegah kelebihan
produksi pada waktu-waku tertentu. Pada negara-negara yang sedang berkembang,
umumnya masih terdapat kekurangan gudang-gudang untuk menyimpan hasil-hasil
pertanian, juga jalan-jalan dan pengangkutan belum mencukupi kebutuhan
masyarakat. Dengan demikian pemakaian
BTP untuk pengawetan pangan diperlukan.
Cara penggunaan yang tertua dari BTP ialah sebagai pengawet. Pada
permulaan kebudayaan manusia, asap telah digunakan untuk mengawetkan daging.
BTP yang digunakan untuk menambah zat-zat gizi yang telah
ada dalam makanan misalnya vitamin, mineral, dan protein. Sejak tahun 1941,
industri penggilingan di Amerika Serikat telah memberikan tambahan vitamin dan
mineral menggantikan zat-zat tersebut yang hilang atau berkurang pada waktu
penggilingan serealia. Di Indonesia
penambahan zat-zat gizi juga telah dilakukan pada sebagian bahan pangan,
contohnya pemberian mineral misalnya zat besi (Fe) telah dilakukan untuk
memperkaya tepung terigu.
Pada umumnya bahan
sintetis mempunyai kelebihan yaiu
lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun demikian ada kelemahannya
, yaitu sering terjadi ketidak sempurnaan proses, sehingga mengandung zat-zat
berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogenik. Karsinogenik
yaitu dapat meangsang terjadinya kanker pada hewan atau
manusia.
BTP digunakan
dalam pangan dengan tujuan sbb.:
1.
Memperpanjang umur simpan atau mengawetkan pangan , dengan mencegah
pertumbuhan mikro organisme perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi
kimia yang dapat menurunkan kualitas pangan.
2.
Meningkatkan kualitas pangan, baik dari segi nilai gizi maupun sifat
organolptik., menjadi lebih menarik sehingga menambah selera..
3.
Membantu pengolahan
4.
Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah, dan lebih enak di mulut.
5.
Menghemat biaya
Penggunaan BTP dilarang
jika sengaja ditambahkan ke dalam pangan dengan tujuan untuk
§ Menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang
tidak memenuhi persyaratan
§ Menyembunyikan cara kerja bertentangan dengan cara
produksi yang baik untuk makanan
§ Menyembunyikan kerusakan makanan
C Penggolongan
Bahan Tambahan Pangan (BTP )
Berdasarkan
PERATURAN MENTRI KESEHATAN RI Nomor :
722/ MEN.KES / PER /IX / 88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN, maka BTP yang diizinkan pada makanan terdiri
dari golongan :
1.
Antioksidan ( Antioksidant )
2. Antikempal ( Anticaking Agent )
3. Pengatur
Keasaman ( Acidity Regulator )
4. Pemanis Buatan
( Artificial Sweetener )
5. Pemutih dan
Pematang Tepung ( Flour Treatment Agent
)
6. Pengemulsi,
Pemantap, Pengental ( Emulisifer,
Stabilizer, Thickener )
7. Pengawet (
Preservatives )
8. Pengeras
(firming Agent )
9. Pewarna (
Colour )
10. Penyedap Rasa
dan Aroma, Penguat Rasa ( Flavour, Flavour Enhancer )
11.
Sekuestran ( Sequestrant )
a. Antioksidan
Perubahan
kimia dari lemak dan minyak mempunyai arti praktis yang besar. Kerusakan yang
terjadi berarti penurunan nilai gizi, rasa, bau / flavor dari lemak yang
bersangkutan.
Kerusakan lemak dapat disebabkan penyerapan bau,
hidrolisis atau autosikdasi. Selain oksidasi pada lemak, dapat pula terjadi
kerusakan oksidatif pada karbohidrat dan pigmen yang terikat dengan protein.
Oksidasi pada karbohidrat dapat menyebabkan terjadinya pemucatan warna dan
hilangnya flavor.
Antioksidan
adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat
oksidasi. Misalnya digunakan pada bahan
yang digoreng, makanan dari biji-bijian, dan makanan lain yang mengandung lemak
dan mudah tengik. Antioksidan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu antioksidan
alami dan antioksidan buatan. Antioksidan alami
misalnya vitamin E atau tokoferol. Penggunaan tokoferol misalnya pada
kaldu sebanyak 50 mg / kg.
Bahan antioksidan yang diizinkan digunakan dalam makanan
diantaranya :
•
Butil hidroksianisol ( BHA ), untuk lemak dan minyak makan serta mentega (
200 mg / kg ), dan margarin ( 100 mg /
kg ).
•
Butil hidroksitoluen ( BHT), untuk ikan beku ( 1 g / kg ), minyak, lemak,
margarin, mentega, dan ikan asin ( 200 mg / kg )
•
Propil galat, untuk lemak dan minyak makan, margarin dan mentega ( 100 mg /
kg)
c. Pemanis
Buatan (Artificial Sweetener )
Pemanis buatan sering ditambahkan ke dalam makanan dan
minuman sebagai pengganti gula, karena rasanya lebih manis dibandingkan dengan
pemanis alami Istilah zat pemanis telah dikenal cukup luas dan penggunaannya
telah berlangsung lebih dari 100 tahun. Yang dimaksud dengan pemanis buatan
adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan,
yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Pemanis buatan tidak menghasilkan
kalori, dan mempunyai struktur kimia
yang berbeda dengan struktur kimia gula alam Beberapa jenis pemanis buatan yang dikenal luas
penggunaannya dalam pangan adalah siklamat, sakarin, dan
aspartam.
•
Sakarin (dan garam natrium sakarin),
untuk es lilin, minuman ringan dan minumn yogurt berkalori rendah ( 300 mg / kg
)
•
Siklamat (dan garam natrium serta kalsium siklamat), untuk saus, minuman
ringan dan minuman yogurt berkalori rendah
3 g / kg )
Batas maksimum penggunaan siklamatadalah 500 mg – 3 g /
kg bahan, sedangkan batas maksimum penggunaan sakarin adalah 50 – 300 mg / kg
bahan.
d. Pemutih dan
Pematang Tepung
Tepung terigu yang masih baru digiling biasanya berwarna
kekuning-kuningan. Warna ini dapat diperbaiki secara perlahan selama
penyimpanan. Dengan penambahan
bahan pemutih, maka perbaikan warna dapat dipercepat,
misalnya ditambah benzoil peroksida, oksida-oksida dari nitrogen, khlorin
dioksida dan komponen khlorin lainnya.
Pemutih dan pematang tepung adalah bahan tambahan makanan
yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau pematangan tepung, sehingga
dapat memperbaiki mutu pemanggangan. Misalnya dalam pembuatan roti. biskuit,
dan kue. Beberapa bahan pemutih dan pematang tepung yang diizinkan untuk
pangan, a. l. :
•
Natrium stearoil-2-laktat, untuk adonan kue ( 5 g / kg bahan kering ), roti
dan sejenisnya ( 3,75 g / kg tepung)
•
Asam askorbat, untuk tepung ( 200 mg / kg )
e. Pewarna
Warna bahan pangan
selalu dihubungkan dengan
kualitas dan sifat-sifat organoleptiknya. Penambahan pewarna makanan pada umumnya
dilakukan dengan tujuan untuk :
•
memperbaiki penampakan bahan yang memudar
•
memberi kesan menarik bagi konsumen
•
menyeragamkan warna pngan
•
menstabilkan warna
•
menutupi atau mengatasi perubahan warna selama proses pengolahan
Yang dimaksud dengan pewarna adalah bahan tambahan
makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Beberapa
pewarna yang dilarang dan berbahaya sering ditemukan pada makanan, terutama
makanan jajanan, misalnya : Metanil Yellow (kuning metanil) yang berwarna
kuning, dan Rhodamin B yang berwarna merah. Kedua pewarna tersebut sering
digunakan dalam pembuatan siru, kue-kue, agar, tahu, pisang goreng, dll. Ternyata telah dapat dibuktikan bahwa kedua
pewarna tersebut dapat menyebabkan kanker.
Pewarna alami merupakan
alternatif untuk menggantikan
penggunaan pewarna buatan,
misalnya ekstrak daun pandan atau daun suji untuk warna hijau, kunyit untuk
warna kuning, dll. Penggunaan bahan pewarna alami juga ada batasannya sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan. Contohnya :
•
karamel, berwarna coklat digunakan untuk selai / jeli (200 mg / kg )
•
beta karoten, berwarna merah jingga digunakan untuk es krim ( 100 mg / kg),
keju (600 mg / kg )
•
kurkumin, berwarna kuning jingga untuk es krim dan sejenisnya ( 50 mg / kg
)
f. Pemantap
dan Pengental
Yang dimaksud dengan zat pengemulsi ialah zat-zat yang
dapat mempertahankan dispersi lemak di dalam air dan sebaliknya. Misalnya saus selada (mayonnaise) tanpa adanya zat
pengemulsi, maka lemaknya akan terpisah dari airnya. Emulsi saus selada pertahankan dengan
adanya kuning telur. Senyawa penting yang terdapat dalam kuning
elur yaitu lesitin.
Yang dimaksud dengan pengemulsi, pemantap, dan pengental
adalah bahan ambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan
system dispersi yang homogen pada makanan. Fungsi dari pengemulsi, pemantap dan
pengental dalam pangan adalah untuk memantapkan emulsi dari lemak dan air,
sehingga produk tetap stabil, tidak meleleh, tidak terpisah antara bagian lemak
dan air, serta mempunyai tekstur yang kompak. Beberapa senyawa ini yang
diizinkan digunakan dalam pangan, antara lain :
•
agar, untuk sardin dan sejenisnya ( 20 g / kg ), yoghurt ( 5 g / kg ), es
krim, es puter dan sejenisnya (10 g/kg), keju (8 g/kg) dan kaldu (secukupny)
•
gelatin, untuk yogurt ( 10 g / kg ) dan keju ( 5 g / kg )
•
lesitin, untuk es krim, es puter, keju, makanan bayi dan susu bubuk
instan (5 g / kg ), roti, margarin dan minuman
hasil olahan susu (secukupnya)
•
karboksi metil selulosa ( CMC ), untuk es krim, es puter dan sejenisnya (10
g/ kg), kaldu ( 4 g / kg ) .
·
Alginat (dalam bentuk asam atau garam kalium atau kalsium alginat), untuk
sardin dan sejenisnys (20g/kg), keju (5 g/kg) dan kaldu ( 3g/kg)
·
Dekstrin, untuk es krim, es puter dan sejenisnya (30 g/kg ) youghurt (10
g/kg), kaldu secukupnya.
·
Gom (bermacam-macam gom), untuk es krim, es puter, sadin dan sejenisnya ,
serta sayuran kaleng yang mengandung mentega, minyak dan lemak ( 10g/kg ), keju
( 8g/kg ), saus salad ( 7,5 g/kg ), youghurt (5g/kg ) minuman ringan dan acar
mentimun dalam botol 500 mg/kg )
·
Karagen, untuk sardin dan sejenisnya (20 g/kg ), es krim, es puter, sadin
dan sejenisnya , serta sayuran kaleng yang mengandung mentega, minyak dan lemak
( 10g/kg ), keju, youghurt dan kaldu
(5g/kg ), dan acar mentimun dalam botol 500 mg/kg )
·
Pektin, , untuk es krim, es puter dan sejenisnya ( 30 g/kg), sardin dan
sejenisnya (20 g/kg ), youghurt, minuman hasil olahan susu, dan sayuran yang
mengandung mentega, lemak dan minyak ( 10 g/kg ), keju ( 8g/kg ), jam, jelli
dan marmalad (5g/kg ), sirup (92,5 g/kg ), dan minuman ringan ( 500 mg/kg )
·
Pati asetat, , untuk es krim, es puter dan sejenisnya ( 30 g/kg), youghurt,
sayuran kaleng yang mengandung mentega, minyak dan lemak ( 10g/kg ), kaldu
secukupnya.
g. Penyedap
Rasa dan Aroma, atau Penguat Rasa
Yang dimaksud dengan penyedap rasa dan aroma, penguat
rasa adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas
rasa dan aroma. Salah satu penyedap rasa
dan aroma yang sudah dikenal dan banyak digunakan di Indonesia adalah
vetsin atau bumbu masak. Di pasaran
dapat dijumpai dalam berbagai merek sepert Ajinomoto, Miwon, dll. Penyedap rasa
mengandung senyawa yang disebut monosodium glutamat (MSG). Peranan asam
glutamat penting untuk merangsang dan menghantar sinyal-sinyal antar sel otak,
dan dapat memberikan citarasa pada makanan.
Namun demikian, penggunaan MSG dibatasi secukupnya, yang
berarti tidak boleh berlebihan.
Penggunaan MSG yang berlebihan dan digunakan terus menerus kemungkinan
akan menyebabkan kanker.
h. Pengatur
Keasaman
Yang dimaksud dengan pengatur keasaman adalah bahan
tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat
keasaman makanan. Fungsi pengatur keasamanpada pangan adalah untuk membuat
makanan menjadi lebih
asam, lebih basa, atau menetralkan pangan. Pengatur
keasaman mungkin ditambahkan
langsung ke dalam pangan, tetapi seringkali terdapat di
dalam bahan yang digunakan untuk membuat makanan. Beberapa pengatur keasaman
yang diizinkan untuk digunakan dalam pangan, a.l. :
•
asam laktat, untuk makanan pelengkap serealia ( 15 g / kg )
•
asam sitrat, untuk makanan pelengkap serealia ( 25 g / kg )
i. Antikempal
Yang dimaksud dengan antikempal adalah bahan tambahan
makanan yang dapat mencegah mengempalnya makanan yang berupa serbuk. Antikempal
biasa ditambahkan ke dalam bahan pangan yang berbentuk tepung atau bubuk. Peranannya di dalam pangan tidak secara
langsung, tetapi terdapat di dalam bahan-bahan yang digunakan untuk membuat
makanan seperti susu bubuk, tepung terigu, gula pasir, dsb. Beberapa bahan
antikempal yang diizinkan, a.l. :
• aluminium
silikat, untuk susu dan krim bubuk (1 g / kg )
• kalsium
aluminium silikat, untuk serbuk garam dengan rempah atau bumbu serta
merica ( 20 g / kg ), gula bubuk (15 g / kg), dan garam
meja (10 g /kg )
j. Pengeras
Yang dimaksud dengan pengeras adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Pengeras ditambahkan ke dalam
pangan untuk membuat bahan menjadi lebih keras atau mencegah makanan menjadi lunak
; banyak ditambahkan pada sayur-sayuran
dan buah-buahan. Beberapa bahan pengeras yang diizinkan untuk pangan, a.l. :
•
kalsium glukonat, untuk mengeraskan buah-buahan dan sayuran dalam kaleng
seperti irisan tomat kalengan ( 800 mg /
kg ), buah kalengan ( 350 g / kg )
•
kalsium khlorida, penggunaannya
seperti kalsium glukonat, ditambah dengan apel dan sayuran kalengan ( 260 mg /
kg )
•
kalsium sulfat, untuk irisan tomat
kalengan ( 800 mg / kg ), apel dan
sayuran kalengan ( 260 mg / kg )
k. Sekuestran
Sekuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat
mengikat ion logam yang ada dalam
makanan. Dengan penambahan sekuestran dapat memantapkan warna dan tekstur makanan atau
mencgah perubahan warna makanan. Beberapa bahan sekuestran yang diizinkan untuk
makanan, antara lain :
•
asam fosfat, untuk kepiting
kalengan (5 g / kg ), lemak dan minyak
makan ( 100 mg / kg)
•
asam sitrat, potongan kentang goring beku, lemak dan minyak makan
secukupnya
•
dikalium fosfat, untuk daging olahan, daging awetan ( 3 g / kg )
Batas penggunaan
secukupnya adalah penggunaan yang sesuai dengan cara produksi
yang baik.
D. Komponen-komponen
bahan
- Air
§ Air merupakan kompoenen
terbanyak dalam bahan pangan
§ Fungsi air senbagai karier
atau pengangkut zat-zat makanan
§ Air terdapat dalam jaringan
sel dan dalam ruang-ruang antar sel.
§ Kandungan air dalam bahan
menentukan baberapa karakteristik bahan seperti tekstur, kelezatan dan daya
awet.
§ Air berpengaruh terhadap
kualitas dan konsistensi bahan pangan.
§ Sebagian besar bahan pangan
segar mengandung air lebih dari 70 %, misalnya sayuiran dan buah-buahan
mengandung air 90 – 95 %, susu mengndung air 85-90 %, telur mengandung air 70 –
75 %, daging mengandung air 60 – 70 %
§ Sebagian besar air diperoleh
dari air minum, sayuran, buah-buahan dan minuman dan makanan olahan, misalnya :
- Air minum dapat
berupa air bening, air the, air the dalam botol atau kemasan karton, air kopi, susu dan lain-lain
- Sayuran yang banyak mengandung air, antara
lain : mentimun, tomat
- Buah-buahan yang banyak mengandung air,
antara lain: Semangka, melon, nenas
- Minuman : Soft
drink / minuman yang mengandung karbonat (limun, fanta, cocacola dll), minuman keras / minuman
yang mengandung alcohol, jus buah-buahan dll.
- Makanan olahan
:sop, gulai, soto, sayur asam, sayur lodeh dll
2. Karbohidrat
Fungsi karbohidrat
dalam tumbuhan dan hewan :
§ Sumber energi : glukosa,
fruktosa, sukrosa, laktosa
§ Sumber persediaan energi ;
zat pati (dalam tanaman), glikogen ( dalam hewan)
Fungsi karbohidat dalam tubuh:
§ Merupakan sumber energi
utama, energi yang dikandungnya 4 kkal/g
§ Pengatur metabolisme lemak,
karbohidrat dapat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna
§ Penghemat fungsi protein :
kebutuhan karbohidrat harus selalu duipenuhi dalam susunan menu sehari-hari
supaya protein dapat digunakan sesuai fungsinya.
§ Cadangan makanan dalam tubuh
manusia sebagai glikogen.
Sumber karbohidrat dalam pangan :
§ Serealia dan hasil olahannya
: padi, jagung, gandum, sorgum, mie, roti, maizena, nasi lontong, dll
§ Umbi-umbian dan hasil
olahannya : singkong, ubi jalar, talas, keripik, tape, dll
Pengelompokan karbohidrat :
§ Monosakarida
Merupakan senyawa gula, tediri dari
antara lain glukosa, fruktosa
§ Oligosakarida
Merupakan senyawa gula, terdiri antara
lain ; laktosa, sukrosa, maltosa
§ Poli sakarida
Terdiri antara lain ; pati, selulosa,
pectin, gum.
Sifat-sifat umum senyawa gula
(monosakarida dan oligo sakarida) :
§ Sifat fisik dan kimia
berbeda, yaitu dalam hal rasa manis, kelarutan dalam air dll, Bila rasa manis sukrosa atau disebut gula
pasir / ula putih – diberi nilai 100, maka fruktosa lebih manis dari pada
sukrosa. Daya larut dalam air berbeda-beda,, daya kelarutan dari gula tersebut
adalah sebagai berikut ; Fruktosa lebih larut dari pada sukrosa, sukrosa lebih
larut dari pada glukosa, glukosa lebih larut dari pada laktosa.
§ Pada konsentrasi tinggi
berfungsi sebagai pengawet, misalnya pada pembuatan manisan, dodol, selai.
§ Senyawa gula bila dipanaskan
akan mengalami karamelisasi, yaitu proses pembentukan pimen atau warna coklat
dan cita rasa yang khas. Prinsif ini
diterapkan dalam pembuatan kembang gula, misalnya permen caramel atau cake
caramel.
§ Senya gula (gula reduksi)
dapat bereaksi dengan protein, menimbulkan pencoklatan non enzimatis. Pada
umumnya proses ini merugikan karena :
-
Kenam,pakan menjadi jelek
-
Terjadinya flavor yang tidak dikehendaki
-
Menurunnya nilai gizi, karena protein menjadi tidak tersedia
Proses ini terjadi pada makanan yang
disimpan lama ( contohnya susu bubuk) atau bahan makanan yang mengalami
pemanasan. Pada kondisi tertentu, proses
ini berguna misalnya pada :
-
Pembuatan roti, biscuit
-
Pembuatan piusang goring
Sifat-sifat umum polisakarida :
a. Zat pati (amilum, starch)
§ Terdapat pada tumbuhan
§ Rasanya tidak manis
§ Tidak larut dalam air dingin,
tetapi bila dicampur dengan air panan akan membentuk suatu larutan kental. Bila larutan kental tersebut didinginkan, maka
akan terbentuk gel. Peristiwa tersebut
dinamakan gelatinisasi. Sifat tersebut
diterapkan dalam pembuatyan macasm-macam panganan, misalnya kerupuk, kue candil
dll. Gel ini bila disimpan akan
mengalami sineresis atau pemisahan air dari gel. Yang disebabkan karena zat
pati kembali menjadi bentuk tidak larut dalam air, misalnya pada pudding atau
agar-agar
§ Pati mengandung amilosa dan
amilkopektin dalam perbandingan yang berbeda, dan dapat mempengaruhi kepulenan
nasi. Bila amilosa rendah, sedangkan
amilopektin tinggi, maka nasinya lengket.
Bila amilosa tinggi, sedangkan amilopektin rendah, maka nasinya
pera. Yang dipakai standar kepulenan
nasi yaitu kadar amilosa .
b. Sellulosa
§ Merupakan bagian dari dinding
sel tumbuh-tumbuhan, karena itu berpengaruh terhadap tekstur dari sayuran dan
buah-buahan.
§ Tidak larut dalam air dingin
dan air panas
§ Tidak dapat dicerna oleh
tubuh m,anusia, kartena manusia tidak memiliki enzim-enzim untuk
menguraikannya. Sekalipun demikian
senyawa ini memegang peranan penting dalam proses pencernaan, karena berfungsi
sebagai ‘ dietary fiber” ( bahan kasar).
c. Senyawa pectin dan gum
§ Pektin banyak terdapat dalam
didnding sel sayuran dan buah-buahan, dan berfungsi sebagai bahan penunjang
yang nerekatkan sel-sel dalam jaringan.
§ Pektin larut dalam air panas,
membentuk suatu larutan koloidal, Dalam pengolahan pangan, pectin diterapkan
dalam pembuatan selai (jam) dan jeli, kartena sifatnya yang apabila dicampurkan
dengan asam dan gula akan membentuk suatu gel.
§ Senyawa gum rterdapat dalam
tumbuhan sebagai gum arabik dan dalam tumbuhan laut sebagai agar-agar, atau
gumkarangenan. Senyawa ini banyak
dipakai dalam industri pangan sebagai pengental.
3. Protein
·
Sumber kalori : 4 Kkal/g
·
Protein dijumpai pada semua mahluk hidup dan merupakan bagian dari sel,
otot, rambur, enzim, darah, air susu, dll
·
Merupakan polimer yang terdiri dari unit-unit asam amino; dibedakan menjadi
asam amino esensial dan asam amino non-esensial. Asam amino esensial adalah
asam amino yan tidak bisa dibuat dalam tubuh manusia, dan harus dipasok dari
luar me4lalui makanan. Yang termasuk asam amino esensial yaitu : leusin,
isoleusin, lisin, metionin, triptofan, fenilalanin, treonin, valin.
Sifat-sifat protein :
·
Mudah rusak karena pengaruh panas, reaksi kimia, dengan asam dan basa,
goncangan, dll. Perubahan yang terjadi berupa :
-
Penggumpalan, misalnya putih telur bila dipanaskan akan menggumpal; susu
segar bila ditambah asam akan menggumapal
-
Pengerutan, daging yang dipanaskan akan mengerut.
·
Larutan protein membentuk suatu lapisan tipis (film), misalnya bila putih
telur dikocok akan berbuih. Bila pengocokan berlebihan, maka selaputnya akan
pecah dan buihnya mengempis
Sumber protein dapat berupa :
·
Otot/daging, kulit, kuku, rambut pada sumber pangan hewani
Biji, daun, buah, rhizoma, pada sumber
pangan nabati
4. Lemak
·
Sumber kalori : 9 Kkal/g
·
Bikan polimer, tetapi merupakan ester asam lemak dengan gliserol
·
Dibedakan atas minyak dan lemak. Minyak bersifat cair paa suhu kamar,
sedangkan lemak bersifat padat pada suhu kamar
·
Tercampur dengan kompone lain misalnya dengan vitamin (A, D, E & K)
·
Dalam pengolahan pangan, lemak dan minyak digunakan sebagai minyak goreng,
bahan baku pembuatan margarin dan mentega putih, bahan pembuatan emulsi, dan
sebagai zat pengemulsi.
·
Minyak/lemak dapat menjadi tengik
- Vitamin dan
mineral
a. Vitamin
Berdasarkan kelarutannya dibedakan antara lain :
·
Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, vitamin D, vitamin e, dan
vitamin K
·
Vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin C, vitamin B-kompleks
·
Vitamin A hanya dijumpai pada bahan hewani seperti susu, telur dan daging.
Pada bahan nabati terdapat sebagai pro vitamin A berupa karoten banyak dijumpai
pada sayur-sayuran hijau dan buah-buahan yang berwarna jingga.
b. Mineral
·
Diperlukan oleh tubuh manusia sebagai pembentuk struktur.
Mineral yang
penting pada :
Ø Jaringan keras seperti
tulang,gigi yaitu kalsium (Ca) fosfor (P)
Ø Jaringan seperti oto daging
yaitu kalium (K) tembaga (Cu) dan P
Ø Pembentukan sel darah merah
yaitu besi (Fe), Cu, dan cobalt (Co)
·
Sebagai pengatur proses dan fungsi tubuh
Ø Menjaga tekanan osmosistubuh
yaitu natrium (Na), K, Ca
Ø Menjaga fungsi syaraf yaitu
Ca, magnesium (Mg)
Sumber vitamin dan
mineral
·
Sayur-sayuran
·
Buah-buahan
Selain menyediakan vitamin dan
mineral, berbagai jenis sayuran dan buah-buahan juga mengandung serat makanan
dalam jumlah yang relatif sekitar 1 – 6 %. Serat makanan berguna untuk membantu
pencernaan dan memperlancar ekskresi, mencegah penyakit kanker kolon, dan
atherosklerosis. Konsumsi sayuran berwarna hijau dan kuning dapat membantu
memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin, khususnya vitamin A dan vitamin C serta mineral. Pada umumnya makin tua warna
sayuran, makin tinggi kandungan vitamin A dan mineral Fe.
6. Komponen
lain/zat non gizi
a. Enzim
·
Meupakan katalais biologi yang dapat membantu bermacam-macam reaksi
biokimia.
·
Setelah tanaman dipanen atau hewan dipotong, sebagian enzim masih
meneruskan keaktifannya didalan berbagai reaksi biokimia. Contohnya :Amilase
yang terdapat dalam air ludah, merombak pati dalam mulut
§ Pepsin yang terdapat dalam
lambung, mecerna protein
§ Lipase memecah lemak
Peranan enzim di dalam berbagai proses
kimia
1) Mengatur reaksi yang
menyebabkan kematangan sebelum dipanen
2) Meneruskan proses pematangan
setelah panen, kecuali jika enzim di nonaktifkan dengan panan, secara kimia
atau perlakuan lain
3) Menyebabkan perubahan
flavor(cita rasa), warna, tekstur, dan sifat-sifat lain dari bahan pangan.
4) Proses pemanasan dalam
pengolahan pangan ditujukan bukan saja untuk membunuh mikroba, tetapi juga
untuk meginaktifkan enzim, sehingga bahan pangan tetap stabil selama
penyimpanan.
5) Enzim dapat diekskresi dari
bahan hayati dan dapat dimurnikan
Penggunaan enzim di dalam pengolahan
panganantara lain :
§ Memecah pati
§ Mengempukan daging
§ Menjernihkan minuman anggur
§ Mengumpulkan protein susu
Sifat-sifat enzim:
§ Bersifat biokatalisator
§ Merupakan protein
§ Reaksi enzim bersifat
spesifik, artinya hanya dapat mengkatalisis reaksi tertentu, misalnya protein
diuraikan hanya oleh enzin proteinase.
§ Enersi ativasinya rendah,
karena itu dapa aktif pada suhu rendah
§ Mekanisme suatu enzim adalah
sebagai berikut :
Faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas enzim
§ pH
§ suhu (lamanya pemanasan)
§ logam berat dapat menghambat
aktivitas enzim
b. Pigmen dan warna
Warna bahan pangan disebabkan oleh
beberapa sumber, antara lain oleh adanya pigmen. Pada makanan egar umumnya
didapatkan pigmen alami, tetapi pula sering kali di sebabkan oleh
senyawa-senyawa hasil perombakan pigmen.
Alasan pemberian zat warna pada bahan
pangan: supaya menampakan bahan menjadi lebih menarik, sehingga menimbulkan
selera. Zat warna dibedakan antara :
§ Zat warna alami atau pigmen
§ Zat warna buatan,
penggunaanya dibatasi karena kemungkinan dapat membahayakan kesehatan manusia
Pigmen dalam tanaman berbeda, terdiri
dari :
Khlorofil
§ Berwarna hijau
§ Bersifat labil karena
pengaruh panas atau asam
Misalnya : kangkung yang dipanaskan,
warnanya akan berubah menjadi hijau kotor atau kecoklatan.
karotenoid
§ Berwarna merah jingga,
misalnya pada wortel
Berwarna merah, misalnya pada omat
§ Mudah teroksidasi, terutama
pada suhu tinggi
§ Tidak larut dalam air
Anthosianin
§ Berwarna merah,biru atau ungu
misalnya paa bit, buah murbei
§ Larut dalam air
Anthoxanthin atau flavonoid
§ Berwarna kuning, misalnya
pada terong ; berwarna putih misalnya pada lobak
Pigmen dalam hewan misalnya dalam
daging yaitu mioglobin yang berwarna merah. Bila dibiarkan lama di udara
terbuka, mioglobin akan mengalami oksidasi sehingga warnanya berubah menjadi
kecoklatan.
Pada pengolahan pangan tradisional banyak
digunakan zat warna alam, misalnya :
§ Pada pembuatan cendol
ditambahkan ekstrak daun suji supaya warnanya jadi hijau
§ Pada pembuatan nasi kuning
atau tahu ditambahkan parutan kunyit, supaya warnanya jadi kuning
§ Pada pembuatan tape ketan
putih kadang-kadang ditambahkan perasan daun katuk supaya warnanya agak
kehijauan
Warna dapat pula terjadi karena
pengaruh panas, misalnya:
§ Pada pemanggangan roti,
tebentuk warna coklat pada pewrmukaan roti yang menunjukan bahwa roti tersebut
telah matang.
§ Pada pembuatan pisang goreng,
terbentuk warna coklat yang menunjukan bahwa pisang tersebut telah matang.
§ Gula pasir yang dipanaskan
pada suhu inggi akan menghasilkan karamel yang berwarna coklat
Pada pengolahan pangan, warna hasil
akhir biasanya didapatkan dari kombinasi bebrapa peristiwa perubahan warna.
c. Flavor atau cita rasa
Istilah flavor atau
cita rasa menunjukan adanya gabungan dari rasa dan aroma. Hanya ada 4 rasa
utama yang dapat dirasakan oleh lidah manusia yaitu asam, manis, asin dan
pahit. Lidah, kerongkongan dan mulut juga peka atau sensitif terhadap suhu,
tekstur, dan variabel-variabel lainnya. Beberapa kali dalam sehari kita
dirangsang oleh flavor dari makanan, minuman ataupun obat-obatan, seperti juga
rangsangan-rangsangan dari mulut dari bahan makanan yang tidak dimakan seperti
pasta gigi, permen karet ataupun tembakau.
Beberapa jenis
makanan sebenarnya mendorong manusia untuk menderita, contohnya:
Ø Iritasi mulut oleh alkohol
dalam minuman keras atau korbonatasi dalam soft drink atau minuman ringan.
Ø Perasaan terbakar karena
“capsaicin” dari cabe merah
Ø Rasa pedas (“pungency”) dari
merica atau jahe
Berjuta – juta penduduk di dunia
mengendalikan stimulan yang menyakitkan ini menjadi menyenangkan dan diiginkan
dalam makanannya. Mahusia bukan saja menginginkan kesenangan dari makanan yang
dikomsumsinya, tapi juga kepuasan dan keamanannya. Tidak peduli nilai gizinya,
harganya, atau menariknya suatu makanan, tetapi bila cita rasanya tidak
diinginkan maka makanan tersebut akan ditolak.
Perubahan yang terjadi pada cita rasa
lebih komplek di bandingkan dengan perubahan yang terjadi pada warna bahan
pangan. Misalnya pada kopi terdapt 200 komponen penyebab cita rasa dan aroma.
Cita rasa bersifat tidak stabil, peka terhadap udara dan panas, dan dapat
mengalami perubahan selama penanganan, pengolahan, dan penyimpanan.
d. Asam organik
Kalau kita makan sesuatu misalnya
jeruk, atau apel akan memdapatkan rasa asam dari buah tersebut. Hal ini
disebabkan adanya asam organik yang terdapat secara alamiah dalam buah tersebut.
Kalau kita mencicipi yoghurt atau acar, juga akan merasakan rasa tersebut.
Dalam pangan, asam organik dihasilkan dari beberapa proses, yaitu:
·
Hasil metabolisme dari mahluk hidup
-
Asam sitrat terdapat dalam jeruk
-
Asam malat terdapat dalam apel
-
Asam tartarat terdapat dalam anggur
·
Merupakan hasil permentasi :
-
Asam laktat pada yoghurt
-
Asam asetat pada pembuatan cuka
e. Emulsifier (pengemulsi)
Lemak dan minyak tidak larut dalam air
bila minyak dan air digojog bersama dan didiamkan sebentar, maka kedua cairan
tersaebut akan terpisah, minyak membentuk suatu lapisan di atas air campuran
yang stabil antara lemak dan air dimungkin kan karena adanya sesuatu substansi
tertentu yang disebut sebagai agensia pengemulsi. Agensia pengemulsi, baik
alami maupun buatan, digunakan dalam penyiapan bahan makanan, misalnya mayones
merupakan emulsi stabil dari minyak dalam vinegar (cuka). Tanpa pengemulsi,
mayones akan terpisah menjadi air dan lapisan minyak. Emulsi mayones
distabilkan oleh kuning telur, karena dalam kuning telur terdapat suati zat
pengemulsi alami yaitu lesitin.
Pengemulsi buatan yang banyak
digunakan misalnya gliserol mono stearaf, ester gliserol dan asam stearat,
dalam pembuatan margarin, es krim, dan krim salad.
Komponen – komponen penyusun bahan
pangan tediri dari :
·
Zat-zat gizi :
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, air
·
Zat-zat non gizi :
enzim,pigmen, asam organik, flavor, pengemulsi
REFERENSI
1.Anonimous, 1997,
Dasar-dasar Pengawetan Pangan. Bahan
Pelatihan Industri Kecil / Rumah tangga Direktorat Pengawasan Manakan Jakarta.
2.Anonimous, 1997,
Bahan Tambahan Pangan Pangan. Bahan
Pelatihan Industri Kecil / Rumah tangga Direktorat Pengawasan Makanan Jakarta
3 Saripah Hudaya, 1984 Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung.
4.Saripah Hudaya, 2003 Pengolahan dan Pengawetan Pangan dalam Buku Ajar
Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian Lembaga Penelitian UNPAD Bandung
No comments:
Post a Comment