Aspek dan Fungsi bahasa
dalam kehidupan
A.
Aspek Bahasa
Bahasa
memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks dari pada yang dapat
diperoleh dengan mempergunakan media. Dewasa ini sangat sulit bagi kita untuk
membayangkan asal dan perkembangan kebudayaan umat manusia yang begitu
kompleks tanpa bahasa.
Bahasa
merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi
ujaran) yang bersifat arbiter, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah
yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu. Simbol adalah tanda yang
diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap panca
indra.
Berarti
bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia, dan arti atau makan yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan
barang atau hal yang diwakilinya itu. Bunyi itu merupakan getaran yang
merangsang alat pendengar kita (= yang dicerap panca indra kita), sedangkan
arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi
atau tanggapan dari orang lain.
Arti
yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka.
Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu
rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Makna sebuah
kata tergantung dari konvensi (kesepakatan) masyarakat bahasa yang
bersangkutan. Apakah seekor hewan dengan ciri-ciri tertentu dinamakan anjing,
dog, hund, chien, atau canis itu tergantung dari kesepakatan anggota masyarakat
bahasa itu masing-masing.
Dalam
sejarah bahasa pernah diperdebatkan apakah ada hubungan yang wajar antara kata
dengan barangnya. Satu kelompok mengatakan ada; untuk itu diusahakan
bermacam-macam keterangan mengenai timbulnya kata-kata dalam bahasa. Etimologi
merupakan hasil dari kelompok ini. Namun etimologi yang mula-mula timbul untuk
mendukung pendapat itu terlalu dibuat-buat sehingga sulit diterima. Usaha lain
yang mempertahankan pendapat itu adalah apa yang dikenal dengan onomatope
(kata peniru bunyi). Namun hal ini pun sangat terbatas. Terakhir dikemukakan
bahwa tiap bunyi sebenarnya mengandung nilai-nilai tertentu, misalnya vokal a,
u, o, menyatakan sesuatu yang tinggi, kecil dan tajam. Demikian pula
konsonan-konsonan melambangkan bunyi-bunyi tertentu. Dalam beberapa hal
barangkali dapat ditunjuk contoh-contoh yang mungkin menyakinkan. Tetapi
terlalu banyak hal yang akan menentang contoh-contoh tadi. Dengan demikian
pendapat lain lebih dapat diterima antara kata dan barang tidak terdapat suatu
hubungan. Hubungan itu bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi masyarakat
bahasa yang bersangkutan.
B.
Fungsi Bahasa
Bila
kita meninjau kembali sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal hingga sekarang,
maka fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu
sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya dapat
berupa:
@ Untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai
alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala
sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan
keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
-
Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita
-
Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
Sebenarnya
semua fungsi bahasa sebagai yang dikemukakan di atas tidak terpisah satu sama
lain dalam kenyataan sehari-hari. Sehingga untuk menetapkan dimana yang satu
mulai dan di mana yang lain berakhir sangatlah sulit. Pada taraf permulaan,
bahasa pada anak-anak sebagai berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya
sendiri. Dalam buaian seorang bayi sudah dapat menyatakan dirinya sendiri, ia
menangis bila lapar atau haus. Ketika mulai belajar berbahasa, ia memerlukan
kata-kata untuk menyatakan lapar, haus dan sebagainya. Hal itu berlangsung
terus hingga seorang menjadi dewasa; keadaan hatinya, suka-dukanya, semuanya
coba diungkapkan dengan bahasa agar tekanan-tekanan jiwanya dapat tersalur.
Kata-kata seperti, aduh, hai, wahai, dan sebagainya. Menceritakan pada kita
kenyataan ini.
@ Alat komunikasi
Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan
sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan,
dan kita ketahui kepada orang-orang lain. Dengan komunikasi pula kita
mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek-moyang kita,
serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sejaman dengan kita.
Sebagai
alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan
perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga.
Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan
mengarahkan masa depan kita. Ia juga memungkinkan manusia menganalisa masa
lampaunya untuk memetik hasil-hasil yang berguna bagi masa kini dan masa yang
akan datang.
Dalam
pengalaman sehari-hari, atau katakanlah sejak kecil hingga seorang meningkat
dewasa, bahasa perseorangan mengalami perkembangan, sejalan dengan bertambahnya
kenyataan-kenyataan atau pengalaman-pengalaman seseorang. Bila kita
membandingkan bahasa sebagai suatu sistem keseluruhan dengan wujud dan fungsi
bahasa yang bertahap-tahap dalam kehidupan individual, yaitu wujud dan fungsi
yang terbatas pada masa kanak-kanak, serta wujud dan fungsi bahasa yang jauh
lebih luas pada waktu seorang telah dewasa, maka dapatlah dibayangkan betapa
wujud dan fungsi bahasa itu sejak awal mula sejarah umat manusia hingga kini. Bahasa
itu mengalami perkembangan dari jaman ke jaman sesuai dengan perkembangan
intelektual manusia dan kekayaan cipta karya manusia sebagai hasil dari
kemajuan intelektual itu sendiri.
Bila
kita menyetujui pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia primitif masih
sangat sederhana dan terbatas, serta kemampuan intelektual mereka masih sangat
rendah bila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, serta di pihak lain kita
mengakui bahwa bahasa adalah alat untuk mengungkapkan atau mengkonsumsikan
semua kebutuhan seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditegaskan
pula bahwa wujud dan fungsi bahasa pada manusia-manusia primitif masih
terbatas pula sesuai dengan keterbatasan kebutuhan dan kemampuan
intelektualnya. Tetapi seketika teknik manusia bertambah serta kebudayaan dan
kebutuhan manusia meningkat, maka bahasa itu turut pula berkembang untuk dapat
menampung semua apa yang telah dicapai oleh umat manusia sehingga komunikasi
tidak mengalami kemacetan.
@ Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa,
di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia
memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian
dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang
lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien
melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan
tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang
dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang
setinggi-tingginya. Ia memungkinkan untuk memperoleh (pembauran) yang sempurna
bagi tiap individu dengan masyarakatnya.
Melalui
bahasa seorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat
istiadat, tingkah laku, dan tata karma masyarakatnya. Ia mencoba menyesuaikan
dirinya (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Seorang pendatang bau dalam
sebuah masyarakat pun harus melakukan hal yang sama. Bila ingin hidup dengan
tentram dan harmonis dengan masyarakat itu ia harus menyesuaikan dirinya
dengan masyarakat itu; untuk itu ia memerlukan bahasa, yaitu bahasa masyarakat
tersebut. Bila ia dapat menyesuaikan dirinya maka ia pun dengan mudah membaurkan
dirinya (integrasi) dengan segala macam tata karma masyarakat tersebut.
Bahasa-bahasa
menunjukkan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, tetapi masing-masing
tetap mengikat kelompoknya penuturnya dalam satu kesatuan. Ia memungkinkan tiap
individu untuk menyesuaikan dirinya dengan adat istiadat dan kebiasaan
masyarakat bahasa itu. Dua orang yang mempergunakan bahasa yang sama, akan
mempergunakan pula kata-kata yang sama untuk melukiskan suatu situasi yang
identik. Kata sebagai sebuah simbol bukan saja melambangkan pikiran atau
gagasan tertentu, tetapi ia juga melambangkan perasaan, kemauan dan tingkah
laku seseorang.
@ Alat untuk mengadakan kontrol sosial
Yang
dimaksud dengan kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan
tindak tanduk orang-orang lain. Tingkah laku itu dapat bersifat terbuka (overt;
yaitu tingkah laku yang dapat diamati atau diobservasi), maupun yang bersifat
tertutup (covert; yaitu tingkah laku yang tak dapat diobservasi)
Semua
kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan
mempergunakan bahasa. Semua tutur pertama-tama dimaksudkan untuk mendapatkan
tanggapan, baik tanggapan yang berupa tutur, maupun tanggapan yang berbentuk
perbuatan atau tindakan. Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa
yang dipergunakan untuk menyampaikan intruksi atau penerangan kepada
bawahannya, adalah bahasa yang kacau dan tak teratur. Kekacauan dalam bahasanya
akan menggagalkan pula usahanya untuk mempengaruhi tingkah laku dan
tindak-tanduk bawahannya.
Dalam
mengadakan kontrol sosial, bahasa itu mempunyai relasi dengan proses-proses
sosialisasi suatu masyarakat. Proses-proses sosialisasi itu dapat diwujudkan
dengan cara-cara berikut. Pertama, memperoleh keahlian bicara, dan dalam
masyarakat yang lebih maju, memperoleh keahlian membaca dan menulis. Keahlian
berbicara dan keahlian menulis pada masyarakat yang sudah maju, merupakan
persyaratan bagi tiap individu untuk mengadakan partisipasi ay penuh dalam
masyarakat tersebut. Kedua, bahasa merupakan saluran yang utama di mana
kepercayaan dan sikap masyarakat diberikan kepada anak-anak yang tengah tumbuh.
Mereka inilah yang menjadi penerus kebudayaan kepada generasi berikutnya.
Ketiga, bahasa melukiskan dan menjelaskan peran yang dilakukan oleh si anak
untuk mengidentifikasikan dirinya supaya dapat mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan. Dan keempat, bahasa menanamkan rasa
keterlibatan (atau sense of belonging atau esprit de corps) pada si anak
tentang masyarakat bahasanya.
C.
Tujuan Kemahiran berbahasa
Melihat
fungsi-fungsi bahasa sebagai dikemukakan di atas, terutama fungsi sebagai alat
komunikasi dan kontrol sosial, maka maksud utama dari buku ini ialah berusaha
untuk memberikan dasar-dasar guna memperoleh kemahiran berbahasa, baik dalam
penggunaan bahasa secara lisan secara tertulis, agar mereka yang mendengar atau
diajak bicara, dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan.
Sebab
itu bahasa yang dipergunakan pertama-tama haruslah bahasa yang umum dipakai,
yang tidak menyalahi norma-norma yang umum berlaku. Seorang yang belum mahir
mempergunakan bahasa akan menemukan kesulitan-kesulitan, karena apa yang
dipikirkan atau dimaksudkan tidak akan sempurna dilahirkan kepada orang lain.
Demikian pula dalam pergaulan umum, kalau bahasa yang dipergunakan bukan merupakan
bahasa yang umum berlaku, maka sukar pula diperoleh komunikasi yang lancar.
Semua hal ini akan menimbulkan kesalah-pahaman. Sangsi yang langsung dapat
diterima oleh pembicara adalah bahwa apa yang diinginkan atau dikehendaki tidak
dapat segera mendapat tanggapan.
Latihan
kemampuan atau kemahiran pertama-tama bermaksud untuk menggelar dan
mengembangkan potensi-potensi pribadi. Dengan latihan-latihan yang intensif,
kita akan memperoleh keahlian bagaimana menggunakan daya pikir secara efektif,
menguasai struktur bahasa dan kosakata secara menyakinkan, menggunakan suara
dan artikulasi bahasa yang tepat, bagaimana menggunakan gerak-gerik, isyarat
dan air muka sesuai dengan suasana dan isi pembicaraan. Latihan-latihan ini
perlahan-lahan akan memungkinkan kita melahirkan ide, pengetahuan, perasaan dan
lain-lainnya dalam bentuk bahasa yang baik dan lancar, dengan cara yang teratur
dan logis.
Dengan
demikian, kemahiran berbahasa akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat,
bila ia dipergunakan sebagai alat komunikasi yang baik terhadap sesama warga
masyarakat, bila ia memungkinkan kita mengembangkan kesanggupan kita untuk
dapat mempengaruhi orang lain dalam mengembangkan kontrol sosial yang
diinginkan. Dengan bahasa kita dapat mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai
sosial kepada tingkat yang lebih tinggi dari apa yang biasa dipakai oleh
masyarakat umum.
Tingkat
kemungkinan integrasi yang dilakukan terhadap lingkungan sosial, serta tingkat
berhasilnya seseorang dalam menghendaki orang-orang lain berpikir, merasa dan
bertindak seperti pembicara, ditentukan oleh kesanggupan pembicara untuk
menyampaikan kepada orang lain apa yang dipikirkan atau dirasakan dengan jelas
dan teratur. Sikap pembicara yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi atau
kontrol sosial itu tergantung pula dari faktor; ketepatan dan ketelitian maksud
pembicara, dorongan untuk mengadakan kontrak dengan orang lain, makna dan arti
yang jelas dari rangkaian kata-kata yang digunakannya.
D.
Manfaat Tambahan
Bisa
tujuan utama tercapai, yaitu sudah memperoleh kemahiran berbahasa, maka secara
implisit kita memperoleh pula beberapa macam kesanggupan lain.
Kesanggupan-kesanggupan tersebut yang akan muncul dengan sendirinya pada
tahap seorang betul-betul mahir berbahasa ialah :
a)
Kita lebih mengenal diri kita sendiri : kita bisa mengetahui sampai di mana
kesanggupan kita untuk mempengaruhi orang lain, betapa hidupnya imaginasi kita,
beberapa jauh dapat kita harapkan hasil dari pemikiran atau buah pikiran kita
Pada umumnya bila kita sebagai penonton, kita dengan mudah menunjukkan
kesalahan-kesalahan yang dibuat orang lain, dapat memperlihatkan
kekurangan-kekurangan yang dilakukan orang lain. Tetapi seketika kita diberi
tugas untuk melakukan hal yang sama, barulah kita menyadari bahwa tugas itu
tidak semudah yang dapat kita bayangkan, atau sama sekali tidak pernah
terpikirkan bahwa tugas itu sukar. Sebab itu dengan latihan dan teori yang
diberikan perlahan-lahan kita mulai mengenal kekurangan kita, dan
perlahan-lahan kita mengatasinya
b)
Kita lebih dalam memahami orang lain : komunikasi tidak bisa berjalan searah,
harus terjadi secara timbal balik. Biasanya dalam keadaan biasa kita mudah
mengetahui kekurangan orang-orang lain, bagaimana bahasanya, bagaimana
keteraturan isi pikirannya dan sebagainya. Tetapi karena itu kita sendiri
sudah mulai memahami diri kita sendiri mengenai kesulitan-kesulitan yang kita
hadapi sendiri, maka kita pun secara tak langsung menyadari pula kesulitan yang
sama yang juga dihadapi orang lain. Dengan demikian kita mengembangkan pula
perasaan yang lebih mendalam terhadap sesama anggota masyarakat, lebih dalam
memahami reaksi-reaksi yang diberikannya, serta lebih banyak mengenal
motif-motif kemanusiaan yang universal.
c)
Belajar mengamati dunia sekitar kita dengan lebih cermat: dalam kehidupan
sehari-hari kita lebih banyak bertindak sebagai penonton dengan tidak
memikirkan lebih mendalam mengenai segala sesuatu yang berada di sekitar kita.
Tetapi seketika kita memperoleh tugas untuk membahas suatu persoalan baru
timbul masalah : bagaimana harus membahas masalah itu secara mendalam,
bagaimana harus menguraikan persoalan itu sehingga jelas diterima oleh
orang-orang lain. Mau tidak mau kita harus mempelajari hal itu secara lebih
seksama, meneliti masalah itu dari segala macam sudut, meneliti pendapat
ahli-ahli lain mengenai masalah tersebut dan sebagainya. Itulah sebabnya sebuah
tulisan ilmiah harus didahului dengan suatu penelitian. Dengan penelitian
tersebut kita semakin mengenal hal-hal yang berada di sekitar kita, sehingga
kita dapat memberi tanggapan-tanggapan yang lebih sensitive. Kita mengembangkan
pula kesanggupan untuk melihat detail-detail dari tiap situasi yang paling
utama dan menarik.
d) Kita
mengembangkan suatu proses berpikir yang jelas dan teratur: setiap orang selalu
beranggapan bahwa apa yang diucapkannya sudah sangat jelas. Sebab itu ia sering
heran mengapa orang-orang lain tidak dapat memahami apa yang diucapkannya.
Apakah benar ucapannya itu sudah sangat jelas dan teratur? Bila ucapannya itu
direkam kemudian diperdengarkan kembali, maka mungkin ia sangat keheran-heranan
mendengar betapa kacau bahasanya. Betapa kusut jalan pikirannya, sehingga ia
sendiri tidak mengerti apa yang diucapkannya tadi. Proses pemikiran dan
kebiasaan berpikir yang teratur dan logis terutama diperlukan dalam
ekspresi-ekspresi yang spontan.
No comments:
Post a Comment